Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
KRITERIA laki-laki idaman selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Terlebih ketika kita berbicara tentang pergeseran nilai dan preferensi dari generasi ke generasi.
Apa yang diinginkan perempuan pada laki-laki idamannya dulu mungkin berbeda dengan apa yang diharapkan sekarang. Seiring waktu, perubahan budaya, sosial, dan teknologi turut memengaruhi bagaimana perempuan memandang pasangan
Pada generasi yang lebih dulu, khususnya di era 80-an hingga 90-an, kriteria laki-laki idaman cenderung didominasi aspek-aspek tradisional. Banyak perempuan pada masa itu lebih mengutamakan ciri-ciri seperti:
Seiring dengan norma sosial yang berkembang, laki-laki yang mampu memberi keamanan finansial menjadi salah satu standar utama. Kemandirian finansial dianggap sebagai indikator kematangan dan kesiapan untuk membina keluarga.
Konsep kepemimpinan di keluarga juga menjadi pertimbangan. Laki-laki diharapkan untuk menjadi kepala rumah tangga yang bisa diandalkan dalam mengambil keputusan dan melindungi keluarga.
Pada masa itu, gambaran laki-laki idaman sering kali berhubungan dengan ketangguhan fisik dan keperkasaan. Ciri-ciri maskulinitas seperti keberanian, kekuatan, dan ketegasan adalah hal yang sangat dihargai.
Namun, seiring berjalannya waktu, perubahan dalam pola pikir masyarakat, terutama di kalangan generasi muda, menyebabkan kriteria laki-laki idaman menjadi lebih fleksibel dan beragam. Dengan masuknya era globalisasi, pengaruh media sosial, dan semakin terbukanya pandangan dunia, banyak perempuan di generasi Z dan milenial mulai mencari pasangan yang memiliki nilai-nilai yang lebih progresif dan berbasis pada kesetaraan.
Di generasi sekarang, banyak perempuan yang menghargai pria yang tidak hanya kuat secara fisik atau finansial, tetapi juga mampu berperan sebagai partner sejajar. Kesetaraan dalam hubungan menjadi sangat penting, dengan laki-laki yang memahami pentingnya berbagi tugas dalam keluarga, baik itu pekerjaan rumah tangga atau pengasuhan anak.
Salah satu aspek yang mendapat perhatian besar di generasi sekarang adalah kemampuan laki-laki untuk terbuka dengan emosi mereka. Perempuan menginginkan laki-laki yang dapat saling mendukung dalam kondisi apapun, baik dalam hal karir, kesehatan mental, atau kesejahteraan emosional. Laki-laki yang bisa mendengarkan dan memberi ruang untuk komunikasi emosional menjadi semakin dihargai.
Di luar stabilitas ekonomi, banyak perempuan sekarang mencari pasangan yang cerdas dan ambisius. Kriteria intelektual dan passion untuk meraih impian dianggap penting, karena perempuan masa kini sering kali ingin memiliki pasangan yang bisa diajak berkembang dan berbagi visi tentang masa depan.
Berbeda dengan generasi sebelumnya yang cenderung menganggap penampilan fisik sebagai hal yang tidak terlalu penting, generasi sekarang menganggap penampilan adalah cerminan dari gaya hidup sehat dan kesadaran diri. Laki-laki yang memperhatikan kesehatan tubuh, memiliki gaya hidup aktif, dan tampil rapi menjadi semakin diminati.
Meski ada perubahan signifikan dalam kriteria laki-laki idaman, satu hal yang tetap konstan dari generasi ke generasi adalah kebutuhan akan rasa aman dan percaya. Keamanan emosional, baik dalam bentuk rasa dihargai, diterima, dan tidak dikhianati, tetap menjadi prioritas utama. Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, generasi sekarang cenderung lebih selektif dalam memilih pasangan yang bisa memberi rasa aman dan stabilitas emosional.
Secara keseluruhan, kriteria laki-laki idaman memang mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman. Namun ada nilai-nilai inti yang tetap relevan, seperti kepercayaan, rasa aman, dan kemampuan untuk menjadi partner yang suportif dan bertanggung jawab.
Generasi milenial dan Z mengutamakan kualitas-kualitas yang lebih berfokus pada kesetaraan dan emosional. Sementara generasi sebelumnya lebih menekankan pada tanggung jawab sosial dan material.
Kriteria laki-laki idaman bukanlah standar yang kaku, tetapi lebih merupakan refleksi dari perubahan nilai dan harapan yang terus berkembang. (fimela/quora/goodstats/Z-3)
Journal of the American Heart Association mengungkapkan fakta mengejutkan: sindrom "patah hati" atau kardiomiopati takotsubo justru lebih mematikan bagi pria.
Sebuah studi internasional terbaru mengungkapkan alasan ilmiah mengapa pria dan wanita mengalami risiko, gejala, serta hasil kesehatan yang berbeda dalam menghadapi penyakit
Para ilmuwan menemukan penurunan risiko ini mungkin berbeda antara pria dan perempuan. Jadi siapa yang perlu berolahraga lebih banyak?
Sindrom patah hati bukan hanya istilah puitis. Sebuah studi medis terbaru membuktikan bahwa kondisi ini benar-benar bisa menyebabkan kematian—dan pria ternyata jauh lebih rentan.
Pria dalam penelitian ini, 45,4 persen diklasifikasikan sebagai penderita obesitas, dan hampir sepertiga memiliki kondisi pradiabetes 29,2% dan prahipertensi 31,1%.
Sebuah studi dari National Institute of Cardiology di Warsawa menemukan pria yang sudah menikah memiliki risiko 3,2 kali lebih besar mengalami obesitas dibandingkan pria lajang.
BAHASA berkembang berbanding lurus dengan kelahiran tiap generasi. Gen Alpha yang tumbuh bersama internet, memberikan sumbangsih besar terhadap siniar dunia maya.
Masa awal tumbuh kembang anak merupakan periode krusial dalam kehidupan yang tidak hanya berdampak pada masa depan anak
KELOMPOK tari asal Jakarta, Kembalikan Baliku tampil dalam helatan New York Indonesia Fashion Week di New York, Amerika Serikat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved