Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Hari Pria Sedunia 2024, Masalah-Masalah yang Sering Dihadapi Kaum Pria

Ernest Narus
19/11/2024 13:07
Hari Pria Sedunia 2024, Masalah-Masalah yang Sering Dihadapi Kaum Pria
Peringatan Hari Pria Sedunia menyoroti isu-isu penting seperti kesehatan mental, kesehatan fisik, tekanan sosial, diskriminasi gender, dan pelecehan seksual.  (freepik)

HARI Pria Sedunia diperingati setiap tahun pada 19 November. Hari ini diciptakan untuk merayakan kontribusi pria dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk keluarga, pekerjaan, masyarakat, dan budaya. 

Tujuan utama peringatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran tentang kesehatan pria, memperbaiki hubungan gender, serta menghargai peran positif pria dalam masyarakat.

Melansir dari Awareness Days, Hari Pria Sedunia juga menjadi momen untuk menyoroti isu-isu yang dihadapi pria, seperti kesehatan mental, tingkat harapan hidup yang lebih pendek dibandingkan perempuan, serta perjuangan melawan stereotip gender, bahkan pelecehan seksual.

Hari Pria Sedunia yang diperingati setiap tahun ini merupakan kesempatan untuk meningkatkan kesadaran tentang berbagai masalah yang dihadapi pria, baik dari bidang kesehatan fisik, mental, sosial, maupun ekonomi. 

Lantas, apa saja yang masalah yang dihadapi oleh kaum pria, baik itu dari dulu hingga sekarang? 

Masalah utama yang sering dialami pria.

1. Kesehatan Mental

Stigma terhadap kesehatan mental 

Banyak pria merasa sulit untuk berbicara tentang perasaan mereka karena stereotip bahwa pria harus kuat secara emosional. Hal ini menyebabkan banyak pria menahan emosi dan enggan mencari bantuan.

Tingginya angka bunuh diri 

Data global menunjukkan pria memiliki risiko bunuh diri lebih tinggi dibandingkan perempuan. Hal ini seringkali terkait dengan tekanan sosial, isolasi, dan kurangnya dukungan.

Depresi dan kecemasan 

Masalah ini sering tidak terdiagnosis pada pria, karena cenderung menyembunyikan gejalanya atau tidak menyadari tanda-tandanya.

2. Kesehatan Fisik

Penyakit yang kurang diperhatikan 

Penyakit seperti kanker prostat dan kanker testis sering kali tidak mendapatkan perhatian yang cukup, meskipun mereka adalah masalah kesehatan utama bagi pria.

Kurangnya kebiasaan pemeriksaan rutin 

Banyak pria enggan memeriksakan kesehatan secara rutin, sehingga penyakit sering kali terdeteksi pada tahap lanjut.

Kebiasaan hidup tidak sehat 

Konsumsi alkohol berlebihan, merokok, dan kurangi aktivitas fisik lebih sering ditemukan pada pria, yang meningkatkan risiko penyakit seperti penyakit jantung dan diabetes.

3. Tekanan Sosial dan Budaya

Ekspektasi maskulinitas tradisional 

Pria sering diharapkan menjadi pencari nafkah utama, kuat, dan tidak menunjukkan kelemahan. Ekspektasi ini dapat menimbulkan tekanan besar, terutama jika mereka tidak memenuhi standar tersebut.

Kekerasan berbasis gender 

Pria juga menjadi korban kekerasan, baik fisik maupun emosional, tetapi sering kali tidak melaporkannya karena rasa malu atau kurangnya dukungan.

4. Ketimpangan dalam Pengasuhan Anak

Hak asuh yang terbatas 

Dalam kasus perceraian, pria sering kali menghadapi kesulitan mendapatkan hak asuh anak karena bias sistem hukum atau sosial yang menganggap ibu lebih layak sebagai pengasuh utama.

Kurangnya dukungan untuk ayah 

Ayah yang ingin lebih terlibat dalam pengasuhan sering memperlakukan kekurangan cuti ayah yang mampu atau stigma sosial yang meremehkan peran mereka dalam pengasuhan.

5. Diskriminasi dan Stereotip Gender

Diskriminasi dalam isu gender 

Meskipun fokus pada kesetaraan gender sering kali penting bagi perempuan, pria juga menghadapi stereotip gender yang membatasi pilihan mereka, seperti bidang karir tertentu yang dianggap “tidak maskulin”.

Kurangnya perhatian terhadap korban pria dalam kekerasan domestik 

Banyak sistem hukum dan layanan sosial yang tidak menyediakan dukungan yang memadai untuk pria yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga.

6. Pelecehan Seksual 

Pelecehan seksual pada pria adalah masalah serius yang sering kali terabaikan dan kurang mendapatkan perhatian publik dibandingkan dengan kasus mengingat yang dialami perempuan. 

Meskipun ada stigma sosial yang cenderung menutup-nutupi isu ini, memikirkan seksual pada pria adalah kenyataan yang perlu diakui dan ditangani secara serius. Pelecehan ini bisa dilakukan oleh perempuan maupun sesama pria.

Pelecehan seksual dari perempuan bisa berupa tindakan fisik (seperti sentuhan atau ciuman yang tidak diinginkan) atau verbal (seperti komentar atau rayuan yang tidak diinginkan). Sedangkan, pelecehan oleh pria lain termasuk dalam bentuk serangan fisik, pemaksaan, atau memahami emosional dan psikologis.

7. Tekanan Ekonomi

Tanggung jawab keuangan 

Dalam banyak budaya, pria masih dianggap sebagai pencari nafkah utama. Hal ini menciptakan tekanan besar, terutama dalam situasi ekonomi yang sulit.

Tingkat kemiskinan 

Ketidakstabilan pekerjaan atau kemiskinan dapat berdampak besar pada kesehatan mental dan harga diri pria.

8. Kurangnya Dukungan dan Kesadaran

Minimnya kampanye kesehatan pria 

Dibandingkan dengan kesehatan perempuan, kesehatan pria sering kali mendapat perhatian lebih sedikit di media dan kebijakan publik.

Kesepian 

Banyak pria, terutama di usia tua, mengalami kesepian akibat kekurangan hubungan sosial yang mendalam.

Hari Pria Sedunia mengajak kita untuk memahami dan menangani isu-isu ini. Momen ini juga menjadi peluang untuk menghormati kontribusi pria dalam keluarga, masyarakat, dan dunia, serta mendorong kesetaraan gender yang benar-benar inklusif. (Action Mental Health/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya