Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PRESIDEN Prabowo Subianto diminta tidak melanjutkan program bauran bahan bakar minyak dengan biodiesel sawit hingga 50% atau B50 karena ancaman deforestasi yang semakin parah akibat ekspansi lahan perkebunan sawit baru.
Direktur Eksekutif Satya Bumi Andi Muttaqien berpandangan pemerintah cukup memberlakukan program bauran bahan bakar minyak dengan 35% dari biodiesel sawit (B35) hingga ke depannya. Hal ini disampaikan dalam Diskusi Publik Gagasan Perbaikan Tata Kelola Sawit Bagi Kabinet Merah Putih Prabowo-Gibran di Jakarta, Rabu (6/11).
Program B35 sebenarnya sudah cukup. Kalau dipaksa hingga B50 itu tidak relevan lagi karena pertimbangan deforestasi yang lebih besar dari pembukaan jutaan hektare lahan sawit," ungkap Andi.
Laporan terbaru Satya Bumi, Greenpeace, Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) dan Traction Energy Asia pada Maret 2024 yang berjudul Sawit dan Biodiesel: Tren, Potensi Deforestasi dan Upaya Perlindungan Hutan Alam, mengungkap potensi deforestasi yang akan terjadi jika pemerintah memaksakan ambisi B50 di 2025. Jika pemerintah menetapkan target ambisius biodiesel sebesar 40% di 2024, menurutnya kebutuhan perluasan mencapai 138 ribu hektare. Lalu, sambungnya, apabila target campuran ditingkatkan menjadi 50% di 2025, kebutuhan perluasan menjadi lebih tinggi dan lebih cepat, yakni sebesar 746,4 ribu hektare.
Dalam skenario ambisius yang disusun berdasarkan laporan tersebut, total potensi deforestasi diperkirakan mencapai 280 ribu hektare di 2024 dan bertambah menjadi hampir 1 juta hektare di 2038. Sementara itu, dalam skenario agresif menunjukkan potensi deforestasi yang lebih besar, mencapai 1,5 juta hektare di 2042.
Andi menuturkan desakan program bauran biodiesel tersebut menjadi ancaman bagi hutan alam Indonesia. Sebab, riwayat pembangunan kebun sawit baru selama tahun 2001-2022 menunjukkan bahwa deforestasi tidak pernah absen. Rata-rata deforestasi dalam pembangunan kebun sawit baru tersebut, ujar dia, mencapai 28%. Pihaknya meminta kepada pemerintah agar mengkaji kembali rencana peningkatan bauran biodiesel hingga 50%.
"Kebijakan ini harus dipikirkan ulang lagi, jangankan sampai timbulkan dampak deforestasi yang lebih besar, dan juga harus terhindar dari konflik lahan dan lingkungan," tegasnya. (H-3)
Kurang dari 24 jam, Bolsonaro menandatangani anggaran federal 2021 yang mencakup 2 m reais atau US$365,30 juta untuk kementerian lingkungan, turun dari 2,6 m reais yang awalnya disetujui
Pada 2020, luas yang hilang mencapai 13.789 kilometer persegi. Hampir 60% lahan yang mengalami deforestasi pada 2021 berada di Amazon, hutan hujan tropis terbesar di dunia.
Kepala Program Pemantauan Kebakaran Alberto Setzer mengatakan tidak ada indikasi kebakaran bersifat alamiah. Sebaliknya, dia menduga bencana ini dilatarbelakangi modus deforestasi
Presiden Luiz Inacio Lula da Silva menindak aktivitas komersial tanpa izin yang mengancam hutan dan masyarakat yang tinggal di dalam kawasan hutan Amazon.
Seorang warga Manila, Filipina, Rowena Jimenez, 49, keberatan dengan deforestasi. Pasalnya setiap kali hujan, rumahnya pasti tergenang banjir.
Pemerintah Brasil melaporkan penurunan sebesar 33,6% tersebut didasarkan pada citra satelit yang diambil oleh Institut Penelitian Antariksa Nasional.
Atas tujuan apa sebenarnya Mendagri memutuskan Sumut menjadi pemilik baru empat pulau itu? Adakah agenda tersembunyi baik ekonomi atau politik?
Apakah itu juga pertanda inilah akhir episode 'petualangan' politik Jokowi pascalengser dari kursi kekuasaan yang sebelumnya sarat dengan cawe-cawe?
Akankah ancaman terkini senasib dengan ancaman-ancaman sebelumnya? Bukan janji tapi sekadar basa-basi? Jika benar dia akan merombak kabinet, siapa saja yang bakal diganti?
Ada spekulasi bahwa Presiden Prabowo Subianto yang memerintahkan. Benarkah?
Apakah semua ini mengonfirmasi bahwa ada matahari kembar di tampuk kekuasaan? Juga, akankah Prabowo akan mulai berpaling dari Jokowi setelah bertemu Megawati?
Atau, yang dikhawatirkan banyak kalangan, jangan-jangan itu wujud dari koncoisme yang bisa berdampak buruk pada bangsa dan negara?
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved