Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Peningkatan Literasi Matematika juga Berlaku pada Siswa Sekolah Luar Biasa

M Iqbal Al Machmudi
27/10/2024 21:45
Peningkatan Literasi Matematika juga Berlaku pada Siswa Sekolah Luar Biasa
Sejumlah siswa disabilitas menyanyi bersama saat mengikuti kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) di SLB Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Jakarta, Selasa (9/7/2024)(ANTARA/SULTHONY HASANUDDIN)

DIREKTUR Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) Baharudin mengatakan peningkatan literasi matematika juga berlaku pada siswa siswi sekolah luar biasa (SLB).

"Berlaku semua. Disana ada program literasi numerasi untuk semua anak. Berlaku semua, hanya saja memang disana kan ada kurikulum yang berbeda yakni kurikulum pendidikan khusus. Jadi ada kurikulum yang berbeda dengan yang umum," kata Baharudin saat ditemui di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Minggu (27/10).

Tetapi, lanjut Baharudin, ada juga siswa luar biasa yang secara intelijensi lebih baik dan juga ada anak-anak yang tidak double handicap. Misalnya tuna rungu atau tuna netra tidak dengan hambatan intelektual. Itu menggunakan kurikulum umum.

"Tetapi literasi numerasi tetap kita prioritaskan semua. Ini kan upaya pemerintah melalui kementerian pendidikan terus membangun kolaborasi dengan kemitraan dan lingkungan KL lain untuk membangun generasi cerdas termasuk di dalam yang tadi yang disebut itu generasi sehat," ujarnya.

Kurikulum merdeka belajar ada materi esensial dan pembelajaran diferensiasi di dalamnya sehingga pendekatan matematika sesuai dengan kebutuhan khusus anak. Pemerintah mendukung literasi numerasi dan akan mengejar peningkatan skor PISA anak dengan program-program yang terukur.

Sebelumnya Presiden RI Prabowo Subianto berencana memperbaiki metode pembelajaran matematika di tingkat SD dan mulai memperkenalkan matematika di tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) untuk meningkatkan literasi matematika pada anak.

Selain itu, ia menjelaskan hak baca anak untuk pendidikan khusus memiliki perbedaan. Untuk anak-anak yang pendidikan khusus kan ada beberapa karakter. Terutama untuk anak-anak yang tunagrahita.

"Jadi di sana ada pelajaran numerasi yang memang mulai dari 0 sama sekali. Dan kemudian ada perlakuan sesuai dengan kondisi anak, misalnya tunanetra ada Orientasi Mobilitas Sosial dan Komunikasi (OMSK) dibantu dengan program pembelajaran individual (PPI)," ungkapnya.

Sementara untuk anak-anak tuna rungu itu ada Pengembangan Komunikasi, Persepsi, Bunyi, dan Irama (PKPBI). Kemudian ada yang tunagrahita itu pengembangan intelijensi ada. Nah kemudian yang tuna dasar untuk motorik dan gerak. Autism itu untuk komunikasi dan sosial. 

"Jadi itu selalu ada dan berbeda dengan yang pada umumnya untuk anak-anak disabilitas," pungkasnya. (H-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya