Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Dewan Pers: Media Harus Beradaptasi agar Tetap Hasilkan Produk Jurnalistik Berkualitas

Ardi Teristi
28/9/2024 10:59
Dewan Pers: Media Harus Beradaptasi agar Tetap Hasilkan Produk Jurnalistik Berkualitas
Ilustrasi(MI/ARDI TERISTI)

ANGGOTA Dewan Pers, Tri Agung Kristanto menyatakan, tantangan bisnis media ke depan semakin berat. Perusahaan media ke depan harus terus beradaptasi agar tetap mampu menghasilkan produk jurnalistik yang berkualitas.

"Hari ini, kalau media hanya berdiri dengan dua kaki (iklan dan oplah) itu tidak akan jadi apa-apa," terang dia saat menjadi pembicara dalam Capacity Building wartawan yang bertugas meliput di Bank Indonesia Perwakilan DIY, Kamis (27/9) malam, di Bandung.

Media saat ini sudah berdiri di kaki ketiga, yaitu teknologi informasi. Oleh sebab itu, media harus memiliki tim TI yang kuat agar setiap produk redaksi bisa keluar di Google sehingga muncul istilah search engine optimization.

Baca juga : 45% Jurnalis Pernah Mengalami Tindak Kekerasan

Namun, ia menyebut, perusahaan media saat ini juga sudah bersiap-siap dengan kebijakan baru algoritma dari google. Mulai tahun ini, Google menerapkan Google artificial intelligence (AI) Overview.

Dengan algoritma itu, ketika melakukan pencarian lewat Google, pengguna akan mendapatkan hasil ringkasan dari AI Overview. Dengan algoritma ini, pendapatan perusahaan media akan mengalami penurunan pendapatan akibat diterapkannya kebijakan tersebut. Untuk mengantisipasi itu, Dewan Pers sudah membentuk Komite Publish Rights. 

"Iklan sekarang juga sudah mulai turun sehingga media harus mengembangkan kaki-kaki baru," terang dia. 

Baca juga : Dewan Pers Gelar Uji Publik Pencegahan Kekerasan terhadap Wartawan Peliput Pemilu

Artinya, perusahaan media tidak cukup hanya hidup dari oplah, iklan, dan tim IT yang kuat. Kaki-kaki baru, seperti event organizer, institut tentang pelatihan jurnalistik, tallent management, hingga bisnis properti, dibuat untuk menopang bisnis media.

Ia menyebut, inovasi bisnis itu tidak hanya ada di Indonesia. Ia mencontohkan, media Metro yang berpusat di Swedia yang mengembangkan public relation global. Dari situlah, Metro bisa tetap hidup dan korannya bisa dibagikan gratis.

"Inovasi bisnis dilakukan menjadi upaya agar media tetap dapat menghasilkan karya jurnalistik yang berkualitas," terang dia. Dari situ pula, para wartawan bisa bekerja sesuai etika jurnaslistik dan Peraturan Dewan Pers No. 03 tahun 2024 tentang pedoman perilaku dan standar pers profesional.

Kepala Tim Implementasi Kajian Ekonomi Daerah (KEKDA) BI DIY, Dian Wening Tiastuti, kegiatan Capacity Building ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi para jurnalis, terutama yang meliput di khususnya di wilayah DIY. Dengan demikian, para awak media mampu memberikan informatif dan faktual kepada masyarakat. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya