Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
MASIH banyak orangtua yang menganggap kental manis sebagai susu dan memberikannya secara rutin kepada anak balita tanpa mengetahui dampaknya. Oleh karena itu, Majelis Kesehatan Pimpinan Pusat PP Asiyiyah menyelenggarakan sosialisasi gizi yang menyasar kader wilayah Banjarmasin. Kegiatan ini berkolaborasi dengan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) dan menjangkau sekitar 50 kader.
Dalam acara ini digelar sosialisasi mengenai pencegahan stunting dan pemberian edukasi tentang penggunaan kental manis pada balita.
Menurut Wakil Ketua Majelis Kesehatan Pimpinan Pusat Aisyiyah, Chairunnisa, kegiatan ini sangat diperlukan mengingat masih banyaknya orang tua yang kurang memahami penyebab utama stunting, termasuk dampak buruk konsumsi kental manis pada balita. "Dari hasil penelitian kami di berbagai daerah di Indonesia, balita yang diberikan kental manis memiliki risiko stunting yang lebih tinggi," jelasnya.
Baca juga : Anggap Kental Manis sebagai Susu, Masyarakat Ikuti Sosialisasi dan Edukasi Pencegahan Stunting
Chairunnisa menambahkan, konsumsi kental manis dapat mengurangi nafsu makan balita, yang kemudian berdampak pada kurangnya asupan nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang optimal. "Kandungan gula yang tinggi dalam kental manis menurunkan nafsu makan anak, sehingga mereka kekurangan gizi, protein, dan nutrisi penting lainnya. Akibatnya, risiko stunting meningkat secara signifikan," tambahnya.
Ia juga menyoroti kesalahpahaman di masyarakat yang sering menganggap kental manis sebagai pengganti susu formula atau ASI, terutama karena harganya yang lebih terjangkau. "Kami berharap kader Aisyiyah bisa terus mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya mencegah stunting, terutama dalam hal memberikan informasi yang benar mengenai penggunaan kental manis pada balita."
Selain edukasi gizi untuk kader, juga dilakukan kunjungan keluarga dengan anak yang mengalami persoalan gizi di wilayah Palembang. Dari lima keluarga yang dikunjungi, keseluruhan balitanya mengkonsumsi kental manis sebagai minuman susu sejak usia 1 tahun. Hal inilah yang berkontribusi terhadap rendahnya kebutuhan gizi anak.
Siti Samah, ibu dari Nur Mutia yang masih berusia 2 tahun mengatakan anak keempatnya itu memiliki berat badan hanya 6,3 kg dan pertumbuhan gigi yang baru dimulai. Mutia berada di bawah garis merah dalam kurva pertumbuhan. "Kakaknya dulu sering minum kental manis, dan Mutia juga pernah dicobakan. Dia minum menggunakan botol, seminggu bisa habis tiga kaleng," aku Siti.
Senada dengan Chairunnisa, Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat, mengungkapkan bahwa dari penelitian yang dilakukan oleh YAICI, 3 dari 5 balita yang terkena stunting ternyata terbukti mengonsumsi kental manis. “Kental manis tidak bisa menggantikan susu formula, apalagi ASI,” tegas Arif menggarisbawahi pentingnya pemahaman masyarakat mengenai hal ini. (S-1)
Bagi anak-anak, susu memiliki peranan penting dalam mendukung pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak, terutama pada usia emas.
Konsekuensi dari konsumsi susu berlebihan adalah anak akan merasa kenyang dan kehilangan selera untuk mengonsumsi makanan lain. Akibatnya, asupan gizi menjadi tidak seimbang.
Pemerintah bersama pelaku industri terus mendorong peningkatan konsumsi susu nasional, yang sempat terpukul akibat wabah PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) yang menggerus populasi sapi perah
Dua dari lima penduduk Indonesia berisiko terkena osteoporosis, kondisi yang dapat melemahkan dan merapuhkan tulang sehingga lebih berisiko patah.
Dalam susu sapi, kami menemukan enam jenis oligosakarida asam dan empat jenis oligosakarida netral yang memiliki potensi bioaktif.
Susu digunakan sebagai sumber utama nutrisi bagi bayi sebelum mereka bisa makan makanan padat, dan juga sangat bermanfaat untuk semua usia karena kandungan gizinya yang lengkap.
ASRP berfokus pada optimalisasi 1.000 hari pertama kehidupan bagi anak usia 0–23 bulan di wilayah perkotaan dan perdesaan, salah satunya di Kota Bogor, Jawa Barat.
bila dibandingkan tahun 2024 dengan 2023 maka stunting berhasil diturunkan dari 4,8 juta menjadi 4,4 juta atau berhasil menurun 357.705 balita.
DISPARITAS prevalensi stunting antara provinsi masih sangat besar. Provinsi Bali menjadi provinsi terbaik dalam hal penurunan stunting, bahkan jauh di bawah angka nasional.
PREVALENSI stunting pada kelompok Kuintil 1 (Q1) atau yang relatif miskin jauh lebih tinggi, sekitar 26%. Sementara di kelompok Kuintil 5 (Q5) atau kelompok yang relatif lebih kaya hanya 13%.
Kegiatan ini menjangkau 8 titik lokasi di Kabupaten Banyuwangi dan berkolaborasi dengan tiga Puskesmas: Genteng Kulon, Singojuruh, dan Gitik.
ANGKA prevalensi stunting Provinsi Jawa Timur (Jatim) berhasil mengalahkan Jawa Barat (Jabar) dan DKI Jakarta.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved