Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
MASIH banyak orang tua yang menganggap kental manis sebagai susu dan memberikannya secara rutin kepada anak balita tanpa mengetahui dampaknya. Oleh karena itu, Majelis Kesehatan Pimpinan Pusat PP Asiyiyah menyelenggarakan sosialisasi gizi yang menyasar kader wilayah Banjarmasin. Kegiatan ini berkolaborasi dengan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) dan menjangkau sekitar 50 kader.
Dalam acara ini digelar sosialisasi mengenai pencegahan stunting dan pemberian edukasi tentang penggunaan kental manis pada balita.
Menurut Wakil Ketua Majelis Kesehatan Pimpinan Pusat Aisyiyah, Chairunnisa, kegiatan ini sangat diperlukan mengingat masih banyaknya orang tua yang kurang memahami penyebab utama stunting, termasuk dampak buruk konsumsi kental manis pada balita. "Dari hasil penelitian kami di berbagai daerah di Indonesia, balita yang diberikan kental manis memiliki risiko stunting yang lebih tinggi," jelasnya.
Baca juga : Kolaborasi Multipihak dan Pendanaan yang Adil Kunci Tercapainya SDGs
Chairunnisa menambahkan, konsumsi kental manis dapat mengurangi nafsu makan balita, yang kemudian berdampak pada kurangnya asupan nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang optimal. "Kandungan gula yang tinggi dalam kental manis menurunkan nafsu makan anak, sehingga mereka kekurangan gizi, protein, dan nutrisi penting lainnya. Akibatnya, risiko stunting meningkat secara signifikan," tambahnya.
Ia juga menyoroti kesalahpahaman di masyarakat yang sering menganggap kental manis sebagai pengganti susu formula atau ASI, terutama karena harganya yang lebih terjangkau. "Kami berharap kader Aisyiyah bisa terus mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya mencegah stunting, terutama dalam hal memberikan informasi yang benar mengenai penggunaan kental manis pada balita."
Selain edukasi gizi untuk kader, juga dilakukan kunjungan keluarga dengan anak yang mengalami persoalan gizi di wilayah Palembang. Dari lima keluarga yang dikunjungi, keseluruhan balitanya mengkonsumsi kental manis sebagai minuman susu sejak usia 1 tahun. Hal inilah yang berkontribusi terhadap rendahnya kebutuhan gizi anak.
Siti Samah, ibu dari Nur Mutia yang masih berusia 2 tahun mengatakan anak keempatnya itu memiliki berat badan hanya 6,3 kg dan pertumbuhan gigi yang baru dimulai. Mutia berada di bawah garis merah dalam kurva pertumbuhan. "Kakaknya dulu sering minum kental manis, dan Mutia juga pernah dicobakan. Dia minum menggunakan botol, seminggu bisa habis tiga kaleng," aku Siti.
Senada dengan Chairunnisa, Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat, mengungkapkan bahwa dari penelitian yang dilakukan oleh YAICI, 3 dari 5 balita yang terkena stunting ternyata terbukti mengonsumsi kental manis. “Kental manis tidak bisa menggantikan susu formula, apalagi ASI,” tegas Arif menggarisbawahi pentingnya pemahaman masyarakat mengenai hal ini. (H-2)
Pemerintah berharap program Makan Bergizi Gratis dapat mendukung upaya penurunan tengkes.
Penyakit anemia lebih rentan terjadi pada kaum perempuan, terutama anak-anak, remaja putri, dan perempuan hamil
Agar anak tidak stunting, upaya pencegahan perlu dilakukan sejak jauh hari, bahkan sebelum masa kehamilan.
Mencuci tangan pakai sabun berperan penting untuk menghindarkan si kecil dari stunting. Bagaimana kaitan stunting dengan cuci tangan? Mari simak penjelasannya.
Edukasi yang dibarengi contoh nyata diperlukan untuk menambah pengetahuan ibu hamil dalam mempersiapkan bayinya agar tidak stunting.
Daun kelor kering sebanyak 100 gram diketahui mengandung senyawa protein 2 kali lebih tinggi daripada yoghurt, vitamin A yang 7 kali lebih tinggi daripada wortel.
Sosialisasi manfaat daun kelor untuk mengatasi prevalensi stunting atau gagal tumbuh digencarkan. Stunting merupakan ancaman besar bagi bangsa untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Audit dilakukan sebagai upaya preventif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, khususnya ibu hamil dan balita
Angka tengkes di Kota Tasikmalaya telah mengalami peningkatan. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) jumlahnya mencapai 27,1%.
Program Kader Penting akan berlangsung selama lima bulan. Programnya dilaksanakan di 11 sekolah.
Angka tengkes di wilayahnya mengalami kenaikan mencapai 27,1%. Untuk itu, pemerintah kota bekerja keras untuk menurunkannya.
Kota Bandung pada 2023 telah mendeklarasikan sebagai kota ODF (Open Defecation Free), dengan komitmen mengupayakan peningkatan akses sanitasi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved