Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Kolaborasi Multipihak dan Pendanaan yang Adil Kunci Tercapainya SDGs

Ihfa Firdausya
13/9/2024 21:24
Kolaborasi Multipihak dan Pendanaan yang Adil Kunci Tercapainya SDGs
Gerakan cegah stunting.(ANTARA)

TANOTO Foundation, organisasi filantropi bidang pendidikan dari pengusaha Sukanto Tanoto, menilai bahwa kolaborasi multipihak diperlukan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).

Di samping itu, dampak nyata dari dukungan pendanaan global untuk SDGs tersebut harus lebih utama ketimbang keuntungan ekonominya.

CEO Tanoto Foundation Benny Lee menyebut pihaknya berkomitmen memberikan dukungan pendanaan yang berdampak nyata terhadap pembangunan berkelanjutan (SDGs).

Baca juga : Tanoto Foundation Kembangkan DBM untuk Menekan Angka Stunting

“Dengan waktu kurang dari enam tahun hingga 2030, capaian SDGs memerlukan pendekatan multi-pihak guna mendorong percepatan di tingkat lokal sekaligus menyadari perlunya mengatasi kesenjangan antara pembiayaan SDGs dan efektivitas program-programnya,” kata Benny dalam keterangan resmi, Jumat (13/9).

Untuk itu, Tanoto Foundation telah menginisiasi sejumlah program kolaboratif. Program tersebut antara lain Partnership To Accelerate Stunting Reduction In Indonesia (Pasti) untuk mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia.

Dalam program Pasti, Tanoto Foundation berkolaborasi dengan banyak pihak, seperti BKKBN, USAID, Amman Minerals, BCA, Bakti Barito, dan Wahana Visi Indonesia. Kemitraan tersebut menyediakan pendanaan untuk mendukung pelaksanaan program BKKBN selama empat tahun yang dimulai pada 2022.

Baca juga :  Penanganan Stunting Belum Didukung secara Maksimal

Bertindak sebagai katalis, Tanoto Foundation menggalang dukungan finansial dan mengawasi desain program, pemilihan area, dan proses pemantauan untuk memastikan dampak yang menyeluruh.

Selain Pasti, Tanoto Foundation juga memprakarsai SDG Academy Indonesia yang menekankan pentingnya penguatan kapasitas baik secara internal maupun eksternal. Menggandeng UNDP dan Bappenas, program ini memberi pelatihan pada lebih dari 15.000 individu dan memberikan sertifikasi kepada 400 sosok-sosok pemimpin yang sesuai SDGs.

Benny menambahkan bahwa kolaborasi bukan hanya tentang pendanaan, namun juga termasuk mengkolaborasikan pengetahuan dan keahlian masing-masing.

Baca juga : Program Tumbuh Bahagia, Dirancang untuk Tingkatkan Kesehatan Ibu dan Anak

“Kami telah memulai berbagai kerja sama dengan berbagai pihak, bukan hanya untuk mengumpulkan sumber daya, melainkan juga berbagi pengalaman, pengetahuan, dan jejaring, yang tentu akan melengkapi satu sama lainnya dalam mencapai tujuan kemitraan,” tutup Benny.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Bidang Ekonomi dan Sosial Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) Li Junhua menilai saat ini komitmen pendanaan global tak selaras dengan prinsip-prinsip SDGs.

“Beberapa upaya sedang dilakukan untuk menyelaraskan hal itu. Kita harus berhasil, berhasil bersama-sama, melalui perubahan secara menyeluruh,” ujar Junhua.

Ia menjelaskan, pembiayaan inovatif harus berfokus pada dampak nyata di negara-negara berkembang. Bukan hanya di bidang lingkungan hidup, melainkan juga mengintegrasikan pembangunan berkelanjutan dalam kebijakan multi-pihak, secara bilateral dan trilateral.

"Selain itu, mendorong kolaborasi negara Selatan-Selatan untuk memastikan bahwa aliran dana tersebut efektif,” tandasnya. (S-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik