Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan ancaman terkait kekurangan penawar bisa ular.
Ini disebabkan masalah gigitan ular, yang menewaskan puluhan ribu orang setiap tahun, serta diperburuk oleh banjir akibat iklim di sejumlah negara dengan akses terbatas ke penawar racun.
Setiap tahun, sekitar 2,7 juta orang mengalami gigitan ular berbisa, dengan jumlah kematian yang diperkirakan mencapai 138.000.
Baca juga : WHO: Setiap 4 Menit Satu Orang Meninggal Digigit Ular
"Satu orang meninggal karena gigitan ular setiap empat hingga enam menit. Bahkan, sekitar 240.000 orang setiap tahunnya mengalami cacat permanen," ungkap pakar gigitan ular dari WHO David Williams.
Bisa ular dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius, termasuk kelumpuhan yang mengganggu pernapasan, gangguan pendarahan yang dapat berakibat fatal, gagal ginjal yang tak bisa diobati, serta kerusakan jaringan yang bisa mengakibatkan cacat permanen atau kehilangan anggota tubuh.
Sebagian besar korban gigitan ular tinggal di wilayah tropis dan termiskin di dunia, serta anak-anak lebih rentan terkena dampaknya karena ukuran tubuh mereka yang lebih kecil.
Baca juga : WHO Berencana Mengucurkan Dana Senilai Rp2,1 Triliun untuk Atasi Wabah Mpox
Williams juga menekankan bahwa kecacatan akibat gigitan ular tidak hanya dapat memengaruhi korban, tetapi seluruh keluarga korban.
Hal ini disebabkan oleh tingginya biaya pengobatan dan hilangnya pendapatan jika pencari nafkahnya terkena.
Ia memperingatkan bahwa masalah utama adalah kurangnya akses terhadap perawatan yang aman dan efektif di beberapa wilayah dunia. Misalnya, Afrika Sub-Sahara, yang hanya memiliki akses sekitar 2,5% dari perawatan yang dibutuhkan.
Baca juga : WHO dan CEPI Tingkatkan Upaya Penelitian untuk Antisipasi Pandemi Masa Depan
Lebih lanjut, pada 2019, Badan kesehatan PBB menjelaskan bahwa produksi antiracun yang menyelamatkan nyawa telah ditinggalkan oleh sejumlah perusahaan sejak tahun 1980-an, yang memicu banyaknya kekurangan di Afrika dan beberapa negara Asia.
India adalah negara yang paling parah terkena dampak di dunia, dengan sekitar 58.000 orang meninggal di sana akibat gigitan ular setiap tahun, sementara negara tetangganya Bangladesh dan Pakistan juga terkena dampak keras, kata Williams.
Sementara itu, ia mengungkapkan bahwa dampak dari perubahan iklim turut memperburuk situasi di beberapa tempat. Terutama menunjuk pada bagaimana banjir sering kali dapat meningkatkan jumlah gigitan ular.
Baca juga : Bahaya Konsumsi Obat Kadaluarsa dan Palsu, Begini Cara Membedakannya
"Nigeria, yang saat ini mengalami kekurangan antibisa ular yang parah akibat banyaknya kasus gigitan ular tambahan yang disebabkan oleh banjir," ucap Williams
"Dan ini adalah masalah yang terjadi di banyak wilayah di dunia di mana bencana semacam ini terjadi secara berkala," imbuhnya.
Banjir besar di Pakistan, Myanmar, Bangladesh, Sudan Selatan, dan negara lainnya juga disertai dengan peningkatan kasus gigitan ular. WHO memperingatkan bahwa perubahan iklim dapat memengaruhi distribusi dan jumlah ular berbisa, sehingga berpotensi membuat negara-negara yang sebelumnya tidak terdampak menjadi lebih berisiko. (ABS-CBN News/Z-10)
Virus Chikungunya sedang menyebar ke wilayah Samudera Hindia, Eropa, hingga wilayah lain. WHO mengeluarkan seruan mencegah terjadinya pandemi virus Chikungunya
Tank Israel memasuki Deir al-Balah di Gaza tengah untuk pertama kalinya dalam 21 bulan perang. PBB perkirakan 80 ribu warga harus dievakuasi.
BEBAN penyakit pneumonia di Indonesia masih tergolong tinggi, khususnya pada kelompok usia dewasa dan lansia, serta individu dengan penyakit penyerta.
KEPALA Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, Kamis (26/6), mengatakan bahwa badan tersebut berhasil mengirimkan pengiriman medis pertamanya ke Gaza sejak 2 Maret.
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2021, 10 penyebab kematian teratas menyumbang 39 juta kematian, atau 57% dari total 68 juta kematian di seluruh dunia.
Kanker hati kini jadi penyebab kematian tertinggi akibat kanker secara global. Tepatnya peringkat 6 berdasarkan data WHO.
Sebagai langkah nyata mendukung tumbuhnya industri beauty and wellness nasional, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menginisiasi pameran wellness terbesar di Tanah Air.
Monk fruit adalah pemanis alami bebas kalori yang cocok untuk penderita diabetes dan diet rendah gula. Simak manfaatnya sebagai antioksidan, antiinflamasi, dan solusi manis sehat.
MENU kopi hitam dan singkong rebus seringkali menjadi kombinasi yang cocok untuk santap pagi hari atau sebagai cemilan mengobrol dengan kerabat.
Vaksin memiliki beragam manfaat, antara lain untuk melindungi anak dari berbagai macam penyakit berbahaya seperti polio serta mencegah komplikasi berat yang dapat menyebabkan kecacatan.
Untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, dibutuhkan generasi yang tidak hanya cerdas dan kreatif, tetapi juga sehat secara fisik dan mental, memiliki ketahanan terhadap tantangan global.
Pameran ini diadakan di Lapangan Banteng dengan slogan Life Well with How Well, yang bertujuan untuk mendorong setiap orang agar dapat meraih kualitas hidup yang lebih baik melalui kesehatan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved