Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

WHO dan CEPI Tingkatkan Upaya Penelitian untuk Antisipasi Pandemi Masa Depan

Eve Candela F
04/8/2024 14:56
WHO dan CEPI Tingkatkan Upaya Penelitian untuk Antisipasi Pandemi Masa Depan
Penelitian WHO dan CEPI sebagai langkah antisipatif mencegah pandemi(Freepik)

THE Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) dan World Health Organization (WHO) mengajak para peneliti dan pemerintah untuk memperkuat dan mempercepat penelitian global guna bersiap menghadapi pandemi berikutnya.

Menurut pernyataan dari Kementerian Kesehatan RI, Minggu (4/8), Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Kunta Wibawa Dasa Nugraha mendukung penuh inisiatif CEPI dalam mempersiapkan dan mencegah epidemi di masa depan.

CEPI adalah kemitraan internasional yang melibatkan pemerintah, akademisi, filantropis, dan perusahaan swasta, dengan visi menciptakan dunia bebas dari ancaman pandemi dan epidemi.

Baca juga : Jaringan Keselamatan Kesehatan Global Dapat Dibangun Sepenuhnya Dengan Mengikutsertakan Taiwan.

CEPI dan WHO menekankan pentingnya peningkatan penelitian yang mencakup semua keluarga virus yang dapat menginfeksi manusia tanpa memandang risiko pandemi.

Mereka menyoroti pendekatan ini dalam Global Pandemic Preparedness Summit 2024 yang diadakan di Rio de Janeiro, Brasil, dan menekankan perlunya strategi yang dapat beradaptasi dengan cepat terhadap ancaman yang muncul.

"Profiling terhadap data backlog ini perlu dilakukan sehingga rumah yang dibangun nantinya dapat ter-deliver secara baik, terjaga, dan tepat sasaran," ujar CEO CEPI  Richard Hatchett.

Baca juga : Pentingnya Taiwan Dalam Upaya Global Menghadapi Pandemi di Masa Depan

Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan pengetahuan operasional yang komprehensif, alat, dan tindakan penanggulangan yang dapat cepat beradaptasi terhadap ancaman yang muncul.

Proses ini juga bertujuan mempercepat observasi dan penelitian untuk memahami bagaimana patogen menyebar dan menginfeksi manusia serta bagaimana sistem kekebalan tubuh meresponsnya.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan, sejarah mengajarkan bahwa pandemi berikutnya adalah masalah waktu, bukan apakah akan terjadi. S

Baca juga : 1.038 Juta Penduduk Dunia Alami Obesitas

"ejarah juga mengajarkan kita pentingnya sains dan tekad politik dalam mengurangi dampaknya," tambah dia.

Untuk memfasilitasi penelitian ini, WHO menggunakan pusat-pusat penelitian di seluruh dunia untuk membentuk Collaborative Open Research Consortium (CORC) untuk setiap keluarga patogen, dengan Pusat Kolaborasi WHO yang bertindak sebagai pusat penelitian untuk setiap keluarga.

CORC global ini akan melibatkan peneliti, pengembang, regulator, pemberi dana, pakar penelitian, dan pihak lainnya, dengan tujuan untuk mendorong kolaborasi penelitian yang lebih besar dan partisipasi yang setara, terutama di wilayah di mana patogen tersebut diketahui atau kemungkinan beredar.

Baca juga : Tiga Langkah Kemenkes Bangun Sistem Kesehatan Global

Inisiatif ini didukung oleh lebih dari 200 ilmuwan dari lebih dari 50 negara, yang meneliti 28 keluarga virus dan satu kelompok inti bakteri.

Mereka menganalisis data mengenai pola penularan, ketersediaan tes diagnostik, virulensi, vaksin, dan pengobatan untuk menentukan risiko epidemi dan pandemi.

Upaya kolaboratif ini merupakan langkah penting dalam mempersiapkan dunia menghadapi ancaman kesehatan global di masa depan. (WHO/Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya