Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Aksi Kecil Juga Diperlukan dalam Upaya Transisi Energi

Ihfa Firdausya
13/9/2024 19:46
Aksi Kecil Juga Diperlukan dalam Upaya Transisi Energi
Salah satu aksi kecil kurangi emisi.(ANTARA)

PEMBANGUNAN pemahaman yang tepat mengenai transisi berkeadilan perlu digalakkan untuk memobilisasi dukungan dan partisipasi masyarakat.

Manajer Proyek Clean, Affordable and Secure Energy (CASE) for Southeast Asia, Institute for Essential Services Reform (IESR) Agus Tampubolon menyampaikan, beragam metode peningkatan kesadaran masyarakat tentang transisi energi dapat dilakukan. Contohnya mulai dari pengembangan cerita yang inspiratif, hingga melakukan aksi-aksi kecil penurunan emisi secara kolektif.

Agus mengatakan bahwa cerita inspiratif di sekitar topik aksi iklim dan transisi energi mempunyai kekuatan untuk menyatukan tujuan dan memotivasi tindakan bersama dalam membentuk masa depan yang berkelanjutan.

Baca juga : Pertamina Patra Niaga Gandeng PT Sojitz untuk Kurangi Emisi Karbon

“Setiap orang adalah penjaga bumi. Saya yakin bahwa masing-masing individu mempunyai cerita yang menginspirasi, serta dapat mengambil tindakan yang membawa perubahan yang positif bagi planet kita ini. Cerita-cerita inilah yang perlu digaungkan untuk menciptakan suara kolektif yang kuat untuk membangun dunia yang berkelanjutan dan adil,” kata Agus dalam acara Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW) 2024 di Jakarta, Jumat (13/9).

Agus menjelaskan bahkan aksi-aksi kecil yang dilakukan secara bersama-sama, seperti menanam pohon, bersepeda ke sekolah, dan mematikan lampu saat tidak digunakan, dapat berkontribusi secara signifikan bagi penurunan emisi.

Menurutnya, hal terpenting adalah setiap orang mengambil tanggung jawab untuk membebaskan bumi dari cengkraman emisi yang telah meningkatkan suhu global sehingga menyebabkan krisis iklim.

Baca juga : Pembangunan PLTS Jadi Realisasi Komitmen Penggunaan Energi Terbarukan

Pada kesempatan yang sama, Pendiri dan Direktur Eksekutif Buibu Baca Buku Puty Puar mengungkapkan, sejauh ini kalangan ibu-ibu jarang terlibat dalam agenda transisi energi sehingga suara mereka untuk isu ini pun terendap dan kurang terdengar. Padahal, menurutnya, kalangan ibu-ibu merupakan kelompok yang paling terdampak perubahan iklim dan perubahan kebijakan di sektor energi.

“Dalam situasi sehari-hari, misalnya ada pemadaman listrik, yang paling merasakan adalah kalangan ibu-ibu karena membuat pekerjaan rumahnya terhambat. Atau, jika polusi di Jakarta semakin membahayakan, maka kelompok yang paling banyak mengantri di rumah sakit, adalah kalangan ibu-ibu. Ibaratnya, ibu-ibu kena getahnya duluan, padahal suaranya belum tentu dipertimbangkan,” ungkap Puty.

Untuk mendorong pelibatan semua kelompok, Wahyu Hantoro, Kepala Desa Tampir Wetan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menyoroti pentingnya membangun komunikasi dan diskusi dengan masyarakat. “Di desa kami, kami mempunyai potensi air yang besar, tapi ironisnya dua pertiga lahan pertanian kami mengalami kekeringan. Kami membangun pompa air bertenaga surya. Awalnya, warga ragu terhadap penggunaan sistem energi surya yang berbeda dari yang dipasok oleh pemerintah," papar Wahyu.

"Namun, komunikasi dan diskusi yang rutin akhirnya mengubah persepsi warga yang awalnya pesimis menjadi mendukung pemanfaatan pompa air bertenaga surya. Lahan pertanian juga dapat diolah tanpa memandang musim. Awalnya yang pakai pompa air ini hanya 25 pelanggan, sekarang malah meningkat menjadi 176 pelanggan,” imbuhnya. (S-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya