Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Simulasi Kebencanaan Harus Dilakukan Agar Siap Hadapi Potensi Megathrust

Devi Harahap
11/9/2024 19:32
Simulasi Kebencanaan Harus Dilakukan Agar Siap Hadapi Potensi Megathrust
Simulasi megathrust.(MI/YOSE HENDRA)

GEMPA Megathrust adalah serangkaian proses kejadian di mana salah satu lempeng tektonik bertemu dan meluncur perlahan-lahan di bagian bawah lempeng lainnya. Sumber gempa ini terbanyak berasal dari zona megathrust, yaitu antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Menurut Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono, Sumber gempa ini terbanyak berasal dari zona megathrust, yaitu antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia.

Secara geografis, Indonesia berada di wilayah lingkaran api pasifik atau cincin api pasifik dimana merupakan pertemuan tiga lempeng tektonik dunia utama dunia yakni Eurasia, Hindia-Australia (Indo-Australia), dan Pasifik. Pergerakan terus-menerus dari lempeng-lempeng tersebut, baik mendekat maupun menjauh satu sama lain, menjadi penyebab utama tingginya kerawanan gempa bumi besar (megathrust).

“Pergerakan penunjaman lempeng samudera indo-australia ke bawah lempeng benua Eurasia terkunci di bidang kontak antar lempeng. Hal ini menyebabkan terjadi akumulasi Medan tegangan atau stres batuan sampai pada batas elastisitasnya. Selanjutnya terjadi patahan dengan tiba-tiba ya dimanifestasikan sebagai gempa kuat dan dapat memicu terjadinya tsunami,” katanya dalam diskusi Forum Diskusi Denpasar12 ke-204 bertajuk “Ancaman Gempa Megathrust Di Indonesia” pada Rabu (11/9).

Baca juga : Industri Dalam Negeri Didorong Perkuat Manajemen Bencana

Tumbukan ini dapat memicu guncangan atau terjadinya gempa Bumi. Megathrust lebih dikenal sebagai gempa tektonik dengan skala yang besar atau tinggi. Di Indonesia, zona sumber gempa ini telah ada sejak jutaan tahun yang lalu ketika rangkaian busur kepulauan terbentuk.

Daryono menyatakan potensi gempa megathrust sudah diumumkan oleh para ahli jauh sebelum tsunami Aceh terjadi. Gempa ini diperkirakan bisa mencapai sangat besar bahkan diprediksi berkekuatan hingga 8,9 hingga 9,0 sehingga ini menjadi satu hal yang sangat penting untuk dipahami.

“Indonesia memiliki 13 segmentasi Megathrust atau sumber gempa zona Megathrust dan yang paling tinggi yaitu Megathrust Mentawai pagai sebesar 8,9 dan Megathrust Selat Sunda Banten yaitu 8,7 namun sejarah gempa mencatat wilayah Selatan Banten dan Selat Sunda mengalami kekosongan gempa besar-besar atau seismik sejak 1757 atau terjadi kekosongan selama 267 tahun,” katanya.

Baca juga : Pengetahuan Lokal Efektif Tekan Risiko Bencana

Untuk menghadapi potensi Megathrust tersebut, dibutuhkan kesiapan semua pemangku kepentingan dalam menindaklanjuti prediksi BMKG ini, salah satunya dengan persiapan sosialisasi, edukasi, TES (Tempat Evakuasi Sementara) dan penanganan pasca bencana serta penanggulangan darurat darurat kebutuhan dasar seperti tersedianya air bersih, listrik, pelayanan kesehatan, perbankan dan komunikasi.

Deputi Bidang Penanganan Darurat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lukmansyah menjelaskan pihaknya terus melakukan apel kesiapsiagaan dan simulasi penanggulangan penanganan darurat gempa bumi.

“Hingga 5 September 2024 secara serentak telah dilakukan simulasi evakuasi mandiri bencana gempa di 4 kabupaten dalam zona megathrust seperti Mentawai dan wilayah pesisir Jawa yang melibatkan multipihak dengan total lebih dari 1.000 orang. Untuk menguji rencana operasional penanganan darurat bencana gempa bumi, penyiapan TES, dan pemutakhiran protap tanggap darurat bencana,” jelasnya.

Baca juga : Indonesia Perlu Kembangkan Industri Teknologi Peringatan Dini Kebencanaan

Lukman menjelaskan simulasi kesiapsiagaan mandiri di Mentawai menunjukkan bahwa masyarakat mampu mengevaluasi diri kurang dari 10 menit dengan ketinggian lokasi simulasi kurang lebih 50 hingga 60 meter di suatu gereja sebagai tempat multifungsi untuk evakuasi.

“Jadi ini memerlukan latihan dan evaluasi, dan perlu diujicobakan. Simulasi ini untuk mengukur kesiapsiagaan karena sifat ancaman tsunami jika di modeling itu berkekuatan 8,9 itu maka ketika kita hitung berapa lama waktu tempuh saat mengevakuasi, ini belum termasuk pelatihan bagi kelompok rentan seperti perempuan, anak dan lansia,” ujarnya.

Terkait jalur dan infrastruktur evakuasi, dikatakan bahwa efektivitas dalam simulasi menunjukkan bahwa masyarakat terlambat hingga 3 sampai 5 menit terkait. Menurut Lukman, waktu hitungan menit sangat berarti terkait dengan evakuasi mandiri.

Lukman menilai perlunya berbagai pihak untuk terus mendorong komitmen lebih dari 500 lebih kepala daerah kabupaten dan kota sebagai garda terdepan penanganan bencana untuk lebih aktif dalam memberi stimulasi dan mempersiapkan mitigasi kebencanaan.

“Khusus lagi untuk daerah-daerah yang berada di wilayah berpotensi akan terpapar Megathrust ini yang jumlah sekitar 100 hampir 200-an, kita harus menguatkan koordinasi terkait dengan kapasitas daerah. Jangan ada dikotomi antara pusat dan daerah karena penanganan kebencanaan tidak bisa kaku, tentu prioritasnya adalah layanan masyarakat agar tidak ada satupun korban jiwa,” tuturnya. (S-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya