Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
ADELE telah menjadi sorotan media selama beberapa tahun terakhir berkat transformasi fisiknya yang signifikan, terutama setelah mengalami penurunan berat badan yang dramatis.
Hal ini telah memunculkan spekulasi tentang kondisi kesehatannya, termasuk kemungkinan adanya sindrom metabolik.
Baca juga : Jangan Mager! Jalani 9 Perubahan Gaya Hidup Sederhana Ini agar Hidup Kamu Lebih Lama
Meskipun Adele tidak pernah secara eksplisit menyatakan bahwa dia didiagnosis dengan sindrom metabolik, perjalanan kesehatannya mencerminkan banyak perubahan gaya hidup yang disarankan untuk mengelola atau mencegah kondisi ini.
Adele mengungkapkan bahwa motivasinya untuk berubah terutama didorong oleh keinginannya untuk meningkatkan kesehatan mental dan fisiknya.
Dia menyebutkan bahwa fokusnya pada kebugaran membantu mengelola kecemasan, yang secara tidak langsung berkontribusi pada penurunan berat badannya.
Baca juga : Ternyata, Ini Dia Batas Gula Darah dalam Tubuh yang Ideal!
Penurunan berat badan ini, bersama dengan rutinitas olahraga dan pola makan sehat, sangat sejalan dengan rekomendasi utama untuk mengelola sindrom metabolik—seperti mengurangi lingkar pinggang, memperbaiki kadar kolesterol, serta mengelola tekanan darah dan gula darah
Sindrom metabolik adalah kumpulan kondisi yang terjadi bersamaan dan dapat meningkatkan risiko serius terhadap penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2.
Kondisi-kondisi yang termasuk dalam sindrom metabolik sering kali berkaitan dengan faktor gaya hidup yang tidak sehat, seperti pola makan yang buruk, kurangnya aktivitas fisik, dan obesitas.
Baca juga : 6 Kiat Menjaga Kebugaran Tubuh
Berikut ini adalah beberapa kondisi utama yang menjadi indikator sindrom metabolik:
Lingkar pinggang yang besar, terutama di sekitar perut, merupakan salah satu indikator utama dari sindrom metabolik. Lemak yang menumpuk di area perut ini dikenal sebagai lemak visceral, yang lebih berbahaya dibandingkan lemak subkutan karena lebih aktif secara metabolik dan dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit.
Tekanan darah yang tinggi dapat merusak arteri dan memperbesar risiko terjadinya penyakit jantung dan stroke. Hipertensi sering kali tidak menunjukkan gejala yang jelas, sehingga dikenal sebagai "silent killer."
Baca juga : Ini Tips Diet Sehat Bagi Penderita Obesitas
Ini merujuk pada kadar trigliserida yang tinggi dan kadar kolesterol HDL (kolesterol "baik") yang rendah.
Trigliserida yang tinggi dapat menyumbat arteri dan menyebabkan aterosklerosis, sementara kolesterol HDL yang rendah tidak cukup untuk melindungi jantung dari serangan penyakit.
Kondisi ini terjadi ketika tubuh tidak menggunakan insulin secara efektif, sehingga menyebabkan peningkatan kadar gula darah. Resistensi insulin adalah langkah awal menuju diabetes tipe 2 jika tidak dikelola dengan baik.
Ini adalah kondisi di mana kadar gula darah puasa tinggi atau terdapat diabetes yang belum terdiagnosis. Kadar gula darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah dan organ-organ penting seperti jantung, ginjal, dan mata.
Seseorang didiagnosis dengan sindrom metabolik jika memiliki setidaknya tiga dari kondisi-kondisi di atas. Penyebab utama sindrom metabolik sangat terkait dengan gaya hidup, dan pengelolaannya melibatkan perubahan signifikan dalam kebiasaan sehari-hari. Perubahan gaya hidup yang disarankan meliputi:
Diet Sehat: Mengadopsi pola makan yang seimbang dengan memperbanyak sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan protein rendah lemak. Membatasi asupan gula, lemak jenuh, dan makanan olahan juga sangat penting.
Olahraga Teratur: Aktivitas fisik, seperti berjalan cepat selama 30 menit setiap hari, dapat membantu menurunkan berat badan, mengontrol tekanan darah, dan meningkatkan sensitivitas insulin.
Penurunan Berat Badan: Mengurangi berat badan, bahkan dalam jumlah kecil, dapat berdampak besar terhadap resistensi insulin dan risiko penyakit lainnya.
Penggunaan Obat: Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan obat untuk membantu mengontrol tekanan darah, kadar gula darah, dan kolesterol.
Sindrom metabolik bukanlah kondisi yang bisa diabaikan. Dengan memahami faktor risiko dan melakukan langkah-langkah pencegahan yang tepat, kita bisa mengurangi risiko komplikasi kesehatan yang serius.
Jika Anda merasa memiliki gejala atau kondisi yang terkait dengan sindrom metabolik, berkonsultasilah dengan tenaga medis untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
TERAPAN stem cell therapy diklaim mampu mengobati penyakit yang sulit diobati dengan obat-obatan konvensional. Ada sejumlah terapi stem cell yang berkembang.
Pneumonia bisa menjadi invasif dan berat bagi orang dewasa, terlebih bagi individu yang memiliki penyakit komorbid misalnya HIV atau penyakit jantung pada usia lanjut.
Gejala pneumonia berbeda dengan flu dan pada kasus berat, penyakit bisa menyebar ke organ tubuh lain.
Gejala awal pneumonia pada anak sering disalahartikan sebagai batuk pilek biasa, sehingga tidak jarang kondisi ini disepelekan begitu saja.
Pada dasarnya, ciri-ciri campak pada orang dewasa dan anak-anak memang hampir sama. Namun, gejala pada orang dewasa biasanya lebih berat dan bertahan lebih lama.
Aktris asal Korea Selatan, Kang Seo Ha, meninggal dunia di usia 31 tahun. Sebelum meninggal, Kang Seo Ha berjuang melawan kanker lambung.
Hasil pemeriksaan kesehatan ASN DKI Jakarta pada 2024 menunjukkan salah satunya, sebanyak soal ASN Jakarta yang mengalami obesitas dan masalah kejiwaan.
BANYAK mengonsumsi gula bisa berbahaya bagi tubuh untuk jangka panjang karena bisa terserang berbagai penyakit salah satunya obesitas hingga diabetes melitus.
Pembatasan bertujuan agar anak tidak terpengaruh mengonsumsi makanan dengan kandungan garam, gula dan lemak tinggi yang kerap kali dipromosikan melalui iklan.
Obesitas terbukti meningkatkan risiko kanker empedu melalui pembentukan radikal bebas dan peradangan kronis.
Data terbaru Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat bahwa 19,7% anak usia 5–12 tahun dan 14,3% anak usia 13–18 tahun mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
Penurunan berat badan ternyata tak hanya mengurangi lemak, tapi juga 'meremajakan' jaringan lemak di tingkat sel.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved