Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

BMKG Siapkan Langkah Mitigasi Potensi Megathrust di Selat Sunda dan Banten

Atalya Puspa
27/8/2024 21:58
BMKG Siapkan Langkah Mitigasi Potensi Megathrust di Selat Sunda dan Banten
Ilustrasi.(MI/Ruta Suryana)

BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengarahkan fokus lebih terhadap wilayah Selat Sunda dan Banten untuk mitigasi ancaman megatrhust. Hal itu disebabkan karena wilayah tersebut merupakan wilayah industri kimia dan banyak masyarakat yang tinggal di sekitarnya. “Kami sangat-sangat serius menyiapkan itu, di Banten dan Selat Sunda, karena di situ ada industri, dampaknya akan berbeda dengan lokasi yang tidak ada industri,” kata Kepala BMKG saat agenda Rapat Dengar Pendapat bersama dengan Komisi V DPR RI, Selasa (27/8).

Menurut dia, sejak tahun 2018, pihaknya telah berkoordinasi dengan berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah, pihak industri, pelaku pariwisata hingga masyarakat. Keseriusan BMKG dalam melakukan mitigasi dampak megatrhust di wilayah tersebut terlihat dari banyaknya alat deteksi yang sudah dipasang. Di antaranya kini ada sebanyak 39 seismograf terpasang, dari yang sebelumnya pada 2018 hanya sebanyak 10 alat. Kemudian BMKG pun telah memasang sebanyak 20 alat akselerograf dan sebanyak 22 automatic water level atau tsunami gates untku mendeteksi adanya aktivitass anak krakatau. “Jadi yang dikhawatirkan bukan hanya megatrhust, tapi juga gunung anak krakatau yang bisa memicu erupsi dan longsor bawah laut,” imbuh Dwikorita.

Selain itu, BMKG juga telah memasang sebanyak 15 sirine untuk evakuasi, yang sebelumnya hanya dua pada tahun 2018. Kemudian, warning reciver system pun dipasang di BPBD, lokasi hotel, industri, sebanyak 81 alat.

Baca juga : Pakar UGM Benarkan Adanya Ancaman Gempa Megathrust dan Tsunami

“Dan kami lakukan sekolah lapang gempa ada di tujuh lokasi. Dan ini masih terus, terutama untuk memberdayakan pemerintah daerah dan masyarakat agar mereka mampu mandiri. Jadi mohon doanya, semoga yang kami lakukan bukan prediksi, kami tidak mampu melakukan prediksi karena akurasinya masih sangat rendah,” kata Dwikorita.

Menurut dia, setelah mengetahui adanya potensi megatrhust, yang terpenting dilakukan ialah langkah mitigasi. Dalam hal ini, BMKG pun telah melakukan studi bersama para pakar dari pihak lain, misalnya dari perguruan tinggi, dari BRIN, dari pihak-pihak riset institut.

“Jadi kita melakukan studi bahwa memang potensi di situ relatif yang lebih tinggi dibandingkan daerah megatrhust lainnya, yakni Selat Sunda Banten dan Mentawai Siberut. Jadi kita bukan melakukan prediksi, tapi monitoring. Yang diprediksi adalah tsunaminya, bukan gempa buminya,” pungkas Dwikorita. (S-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya