Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
GUNUNG Anak Krakatau yang berada di perairan Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, kembali mengalami erupsi pada Kamis Siang pukul 12.15 WIB, dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 1.200 meter di atas puncak atau sekitar 1.357 meter di atas permukaan laut.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan bahwa erupsi tersebut terjadi pada Kamis (7/12), pukul 12.15 WIB.
Erupsi itu terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 49 milimeter dan durasi lebih kurang 1 menit 13 detik. Kolom abu teramati berwarna hitam dengan intensitas tebal ke arah timur laut.
Baca juga: Pengawasan 3 Gunung Aktif Diperketat
Kepala Pos Pantau Gunung Anak Krakatau di Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Andi Suardi, mengatakan pemukiman terdekat dari Gunung Anak Krakatau berada pada Pulau Sebesi yang berjarak 16,5 kilometer.
Andi mengimbau masyarakat dan nelayan untuk tidak mendekati kawasan Gunung Anak Krakatau pada radius lima kilometer.
"Saat ini Gunung Anak Krakatau berada pada level III, siaga, dengan rekomendasi masyarakat, nelayan, pendaki gunung, tidak mendekati gunung dengan radius lima kilometer," kata Andi seperti dilansir dari Antara.
Baca juga: Masyarakat Pesisir Diimbau Waspadai Erupsi Gunung Anak Krakatau
Sejak kelahiran Gunung Anak Krakatau pada Juni 1927 hingga saat ini, erupsi berulang kali terjadi, sehingga Gunung Anak Krakatau tumbuh semakin besar dan tinggi.
Karakter letusan Gunung Anak Krakatau berupa erupsi eksplosif dan erupsi efusif dengan waktu istirahat letusannya berkisar antara satu sampai enam tahun. Untuk diketahui, gunung anak Krakatau yang berada di perairan selat Sunda Kabupaten Lampung Selatan, pada hari ini telah mengeluarkan erupsi sebanyak 4 kali. (Z-6)
Untuk aktivitas kegempaaan, terpantau adanya tremor menerus yang terekam dengan amplitudo 8-32 mm.
Hasil monitoring pada beberapa stasiun pasang surut milik Badan Informasi Geospasial (BIG) di sekitar Selat Sunda, imbuhnya menunjukkan tidak ada catatan perubahan muka air laut (tsunami).
Ketika diamati melalui Pos Pantau Pasauran, Carita, Banten milik Badan Geologi tinggi Gunung Anak Krakatau hanya 110 meter.
Dari penjelasan dalam konferensi pers yang dilakukan Badan Geologi, Sabtu (28/12), terungkap fakta bahwa volume material pada gunung tersebut sudah berkurang drastis sejak erupsi sebelumnya.
Dalam status Siaga, siapapun tidak diizinkan masuk dalam radius 5 km dari bibir kawah terkecuali untuk keperluan penelitian atau hal mendesak lainnya, seperti pemasangan alat sensor dan lain-lain.
Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Achamd Yurianto mengatakan penyakit yang menjangkiti para pengungsi di antaranya influenza, demam dan infeksi saluran pernapasan (Ispa).
Kepala Tim Kerja Gerakan Tanah PVMBG, Oktory Prambada, menjelaskan faktor seperti curah hujan tinggi dan kondisi geologi memicu terjadinya longsor.
Gunung tersebut mengeluarkan lahar dan melontarkan abu vulkanik setinggi kurang lebih 500 meter di atas puncak gunung.
Di Jabar dan wilayah lain Indonesia masih banyak sesar-sesar aktif yang belum teridentifikasi dengan baik sehingga berpotensi menimbulkan dampak serius ketika gempa bumi terjadi.
PVMBG kembali menaikkan status Gunung Ruang menjadi Awas. Masyarakat di sekitar serta wisatawan diminta tetap waspada dan tidak memasuki wilayah radius 6 km dari pusat kawah aktif.
BNPB, PVMBG, dan BMKG masih melakukan pemetaan wilayah di sekitar Gunungapi Marapi yang masuk dalam kawasan rawan bencana.
Hasil asesmen dari PVMBG dan BPBD, lokasi yang dipasangi LEWS berpotensi mengalami tanah gerak ketika musim hujan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved