Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
GUNUNG Anak Krakatau di perairan Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, kembali mengeluarkan erupsi pada Senin (4/12) siang pukul 12.41 WIB, dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 2.000 meter di atas puncak atau sekitar 2.157 meter di atas permukaan laut.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan bahwa erupsi tersebut terjadi pada Senin, pukul 12.41 WIB.
Erupsi itu terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 71 milimeter dan durasi lebih kurang 1 menit 50 detik. Kolom abu teramati berwarna hitam dengan intensitas tebal ke arah tenggara.
Baca juga : Gunung Anak Krakatau Kembali Erupsi Setinggi 1.200 Meter
Kolom abu teramati berwarna hitam dengan intensitas tebal condong ke arah barat laut.
Kepala Pos Pantau Gunung Anak Krakatau di Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Andi Suardi, Senin mengatakan Gunung Anak Krakatau kini berada pada status level III atau siaga.
PVMBG merekomendasikan masyarakat untuk tidak mendekati Gunung Anak Krakatau atau beraktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah aktif.
Baca juga : Tinggi Asap Gunung Anak Krakatau Capai 150 M, Masyarakat Dilarang Mendekat
Ia mengatakan pemukiman terdekat dari Gunung Anak Krakatau terdapat di Pulau Sebesi yang berjarak 16,5 kilometer.
Andi mengimbau masyarakat dan nelayan untuk tidak mendekati kawasan Gunung Anak Krakatau pada radius 5 kilometer.
"Saat ini Gunung Anak Krakatau berada pada level III, siaga, dengan rekomendasi masyarakat, nelayan, pendaki gunung, tidak mendekati gunung dengan radius lima kilometer," katanya.
Baca juga : PVMBG: Gunung Anak Krakatau Semburkan Abu Setinggi 750 Meter
Sejak kelahiran Gunung Anak Krakatau pada Juni 1927 hingga saat ini, erupsi berulang kali terjadi, sehingga Gunung Anak Krakatau tumbuh semakin besar dan tinggi.
Karakter letusan Gunung Anak Krakatau berupa erupsi eksplosif dan erupsi efusif dengan waktu istirahat letusan nya berkisar antara satu sampai enam tahun.
Gunung anak Krakatau yang berada di perairan selat Sunda Kabupaten Lampung Selatan, pada Senin telah mengeluarkan erupsi sebanyak 8 kali. (Ant/Z-4)
Untuk aktivitas kegempaaan, terpantau adanya tremor menerus yang terekam dengan amplitudo 8-32 mm.
Hasil monitoring pada beberapa stasiun pasang surut milik Badan Informasi Geospasial (BIG) di sekitar Selat Sunda, imbuhnya menunjukkan tidak ada catatan perubahan muka air laut (tsunami).
Ketika diamati melalui Pos Pantau Pasauran, Carita, Banten milik Badan Geologi tinggi Gunung Anak Krakatau hanya 110 meter.
Dari penjelasan dalam konferensi pers yang dilakukan Badan Geologi, Sabtu (28/12), terungkap fakta bahwa volume material pada gunung tersebut sudah berkurang drastis sejak erupsi sebelumnya.
Dalam status Siaga, siapapun tidak diizinkan masuk dalam radius 5 km dari bibir kawah terkecuali untuk keperluan penelitian atau hal mendesak lainnya, seperti pemasangan alat sensor dan lain-lain.
Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Achamd Yurianto mengatakan penyakit yang menjangkiti para pengungsi di antaranya influenza, demam dan infeksi saluran pernapasan (Ispa).
Kajian pemodelan tsunami Jakarta dibuat paling pahit agar masyarakat lebih siap dan tangguh sehingga mengurangi risiko yang mungkin terjadi
Kecepatan angin tertinggi terpantau di perairan Kepulauan Nias - Kepulauan Mentawai, dan Selat Sunda bagian selatan.
Kecepatan angin tertinggi terpantau di perairan Bengkulu, barat Lampung, Selat Sunda, Laut Jawa bagian barat, Laut Natuna Utara dan perairan selatan Kalimantan
Kecepatan angin tertinggi terpantau di Laut Flores, perairan Kep. Sermata - Kep. Tanimbar, Laut Banda dan Laut Arafuru.
Kecepatan angin tertinggi terpantau di Laut Natuna utara, perairan Kep. Anambas - Kepulauan Natuna, perairan Kepulauan Sangihe - Talaud.
Kecepatan angin tertinggi terpantau di perairan selatan NTT, Samudra Hindia Selatan NTT, perairan Kep. Sermata - Kep. Tanimbar, Laut Arafuru, Laut Seram, Laut Banda.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved