Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengusulkan agar operasi modifikasi cuaca (OMC) menjadi operasi yang dilakukan rutin. Hal itu mengingat adanya perubahan iklim semakin membuat kondisi cuaca ekstrem dan tak menentu. Adanya OMC, menurut Dwikorita dapat mengurangi kerugian akibat dampak cuaca saat ini.
“Sebelum dampak perubahan iklim semakin intensif, modifikasi cuaca ini merupakan kegiatan yang sifatnya insidental, kalau diprediksi akan ada bencana, baru dilakukan, dan tidak sering,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam agenda rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPR RI, Selasa (27/8).
Menurut dia, OMC dapat mengurangi dampak dari cuaca ekstrem, seperti kebakaran hutan dan lahan. Hal itu terbukti dari total kerugian yang tercatat pada masa el nino 2015, 2019 dan 2023. Dituturkan Dwikorita, pada 2015, belum ada OMC yang dilakukan intensif untuk pencegahan karhutla, dan hasilnya kerugian akibat karhutla di tahun itu mencapai kurang lebih Rp200 triliun. “Di kala itu belum ada OMC seintensif mulai 2023. Jadi OMC dilakukan untuk membasahi lahan gambut yang biasanya terjadi karhutla,” imbuh dia.
Baca juga : Kepala BMKG: Pengamatan Sistematis Dukung Analisis dan Prediksi Iklim
Selanjutnya, pada tahun 2019, kembali terjadi el nino moderat. Saat itu, OMC telah dilakukan, untuk mengantisipasi moderat, namun belum secara permanen. Dengan meningkatnya OMC, kerugian akibat karhutla pun turun menjadi sekitar Rp70 triliun.
“Dan pada 2023, kita dahului OMC karena sudah memprediksi ke depan. Biaya untuk OMC sekitar ratusan miliar untuk enam bulan, dan kerugian karhutla di tahun itu juga sangat minim, tidak sampai triliunan,” kata dia.
Fenomena anomali iklim seperti el nino dan la nina, kata Dwikorita, hendaknya disikapi dengan langkah antisipasi seperti OMC agar tidak menimbulkan kerugian yang besar kelak. “Sehingga OMC ini dirasa tiak bisa insidental, jadi harus merupakan program permanen dan operasional rutin. Kebutuhan itu memang sangat urgent, karena fenomena perubahan iklim dan dampaknya, seperti karhutla, banjir, longsor, kekeringan. Itu juga menjadi solusi penghematan uang negara, karena bila tidak dicegah kerugiannya akan sangat besar,” pungkas dia. (H-2)
BMKG membuat sistem peringatan dini tsunami Indonesia (InaTEWS) yang resmi beroperasi sejak 11 November 2008.
BMKG memprakirakan hujan lebat hingga sangat lebat akan melanda beberapa wilayah Indonesia pada Sabtu, 16 Agustus 2025.
Untuk kota-kota besar di Indonesia, akan mengalami potensi berawan, berawan tebal, cerah berawan, hujan ringan, hujan sedang, hingga hujan disertai petir
BMKG kini menempatkan diri sebagai lembaga strategis berbasis sains dan teknologi yang menjadi salah satu ujung tombak pembangunan dan kebijakan nasional.
Warga DKI Jakarta hari ini, Kamis 14 Agustus 2025, bisa menyiapkan agenda luar ruang tanpa khawatir hujan.
Berdasarkan BMKG, gempa bumi tektonik magnitudo 4.7 terjadi Rabu (13/8) sekitar pukul 08.32 WIB terletak di koordinat 7.66 LS dan 107.15 BT.
FENOMENA alam El Nino yang sedang menyelimuti wilayah Provinsi Aceh sudah berlangsung sekitar tiga bulan.
Di kawasan Desa Dayah Caleue, Kecamatan Indrajaya misalnya, hasil panen kali ini menurun luar biasa.
PENCEMARAN laut dan cuaca ekstrem El Nino menyebabkan hasil tangkapan nelayan di Kota Padang, Sumatra Barat, turun drastis hingga 40 persen.
Di tengah terjadinya fenomena El Nino yang memicu kekeringan di berbagai wilayah Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya anomali yang menarik pada komoditas beras
BPS memperkirakan produksi beras nasional tahun 2024 turun 760 ribu ton atau 2,43% dibandingkan 2023. Kementan meresponsnya dengan mengklaim sudah mengambil langkah mitigasi
Pada periode ini, fenomena El Nino memang menimpa Indonesia. Namun, itu sebenarnya sudah diprediksi sejak akhir 2023.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved