Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
KEPALA Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa suhu permukaan Bumi terus meningkat dengan cepat setiap tahunnya. Berdasarkan laporan World Meteorological Organization (WMO), suhu global pada tahun 2020 mencapai 1,2 derajat Celcius di atas suhu rata-rata global sejak era Revolusi Industri.
Angka ini meningkat menjadi 1,4 derajat Celcius pada tahun 2023, menjadikan tahun tersebut sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat. Data ini, lanjutnya, hanya dapat diperoleh melalui pengamatan sistematis yang terus menerus.
"Pengamatan sistematis sangat penting, baik di tingkat nasional, regional, maupun global, terutama dalam konteks adaptasi dan mitigasi perubahan iklim," ujar Dwikorita.
Baca juga : El Nino dan La Nina, Bedanya Dimana?
Ia menegaskan bahwa tanpa pengamatan yang tepat, informasi yang disajikan bisa menyesatkan, yang pada akhirnya berdampak pada kebijakan dan keputusan yang tidak akurat.
Dwikorita juga menyoroti peristiwa El Nino yang menyebabkan gelombang panas laut di Pasifik tropis timur pada tahun 2023. Menurutnya, fenomena ini menggarisbawahi pentingnya pemantauan sistematis, termasuk melalui satelit, untuk memahami dampak perubahan iklim secara lebih komprehensif.
Lebih lanjut, analisis BMKG menunjukkan bahwa peningkatan suhu global telah menyebabkan peningkatan frekuensi dan intensitas bencana seperti kekeringan dan banjir.
Baca juga : Sains, Kebijakan, dan Layanan Iklim Perlu Diperkuat untuk Atasi Perubahan Iklim
"Kita menghadapi semakin banyak peristiwa ekstrem yang berlangsung lebih lama dan dengan intensitas yang lebih tinggi," tambahnya.
Di tingkat nasional, BMKG telah mengimplementasikan teknologi digital twin untuk memperkuat layanan. Upaya ini termasuk peningkatan jaringan pengamatan di laut dan darat, serta peningkatan kapasitas pemrosesan data dan penyebaran informasi kepada publik dan sektor pengguna.
"Laut memainkan peran penting dalam mengatur iklim Bumi, sehingga pengamatan laut yang sistematis dan terintegrasi dengan atmosfer sangat penting," jelas Dwikorita.
Baca juga : El Nino
Dwikorita menggarisbawahi pentingnya mengintegrasikan hasil sains dalam proses negosiasi UNFCCC.
"Tanpa pengamatan sistematis, kita tidak bisa melakukan analisis yang tepat dan memberikan informasi yang akurat," tegasnya.
Ia berharap upaya pengamatan sistematis ini dapat dipertimbangkan lebih lanjut dalam proses negosiasi di UNFCCC untuk menghasilkan kebijakan yang berbasis ilmu pengetahuan.
Partisipasi BMKG dalam Ocean and Climate Change Dialogue 2024 menunjukkan komitmen Indonesia dalam mendukung aksi global untuk menghadapi tantangan perubahan iklim melalui pendekatan yang nyata, khususnya BMKG senantiasa memberikan informasi yang akurat dan terpercaya. (H-2)
Studi terbaru mengungkap populasi burung tropis turun hingga 38% sejak 1950 akibat panas ekstrem dan pemanasan global.
Dengan cara mengurangi emisi gas rumah kaca, beradaptasi perubahan iklim, dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Perubahan iklim ditandai dengan naiknya suhu rata-rata, pola hujan tidak menentu, serta kelembaban tinggi memicu ledakan populasi hama seperti Helopeltis spp (serangga penghisap/kepik)
PEMERINTAH Indonesia menegaskan komitmennya dalam mempercepat mitigasi perubahan iklim melalui dukungan pendanaan dari Green Climate Fund (GCF).
Indonesia, dengan proposal bertajuk REDD+ Results-Based Payment (RBP) untuk Periode 2014-2016 telah menerima dana dari Green Climate Fund (GCF) sebesar US$103,8 juta.
Periset Pusat Riset Hortikultura BRIN Fahminuddin Agus menyatakan lahan gambut merupakan salah satu penyumbang emisi karbon terbesar, terutama jika tidak dikelola dengan baik.
Studi terbaru mengungkap populasi burung tropis turun hingga 38% sejak 1950 akibat panas ekstrem dan pemanasan global.
Studi Nature ungkap pemanasan global tingkatkan fotosintesis darat, tapi lemahkan produktivitas laut. Hal itu berdampak pada iklim dan rantai makanan global.
Komitmen terhadap pengelolaan lingkungan berkelanjutan harus ditegakkan secara konsisten demi menjawab ancaman serius akibat pemanasan global.
Riset terbaru mengungkap pemanasan global membuat ribuan meteorit tenggelam di bawah es Antartika setiap tahun.
Mencairnya gletser memuci letusan gunung api yang lebih sering dan eksplosof, yang memperparah krisis iklim.
Penelitian terbaru mengungkap hilangnya hutan tropis menyebabkan pemanasan global berkepanjangan setelah peristiwa Great Dying 252 juta tahun lalu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved