Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
DOKTER Spesialis Gizi Klinik Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Melinda, Bandung, Johanes Chandrawinata, menyarankan pemberian makanan bergizi agar difokuskan di 1.000 hari pertama kehidupan atau usia 0-2 tahun.
"Bayi sejak dalam kandungan harus diperhatikan kecukupan gizinya sampai dia lahir agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, juga
untuk mencapai potensi yang maksimal dari gen-nya. Jadi, seribu hari pertama itu sangat penting," katanya saat dihubungi, Selasa (20/8).
Ia menyampaikan hal tersebut merespons diterbitkannya Peraturan Presiden (Perpres) nomor 83 Tahun 2024 yang mengatur pembentukan Badan Gizi Nasional, dengan terdapat empat kelompok prioritas pemenuhan gizi yang akan disasar yakni peserta didik, anak usia di bawah lima tahun (balita), ibu hamil, dan ibu menyusui.
Baca juga : Orangtua Diingatkan Perhatikan Komposisi Gizi Bekal Anak
Ia menegaskan, pemberian makanan bergizi gratis juga harus memperhatikan kebutuhan gizi di setiap usia.
"Memang kalau balita itu kita harus melihat usianya berapa. Nah, bayi pun makannya berbeda, kan? Enam bulan pertama mesti diberikan ASI
eksklusif, setelah enam bulan ke atas baru mulai pemberian makanan pendamping ASI, kemudian satu tahun setengah ke atas sudah bisa makanan seperti orang dewasa, tetapi disesuaikan juga untuk si bayi, jangan diberikan makanan yang terlalu keras atau pedas misalnya, sesuaikan dengan tahap tumbuh kembang si anak," paparnya.
Menurutnya, pemenuhan gizi ibu hamil juga harus benar-benar diperhatikan, utamanya terkait kecukupan asam folat yang salah satu khasiatnya dapat memperlancar ASI.
Baca juga : Ini Hal-Hal yang Mempengaruhi Tinggi Badan Anak
"Sebelum hamil pun ibu-ibu harus dijaga, harus cukup asam folatnya supaya kalau tiba-tiba hamil, perempuan usia subur itu kandungan asam folatnya cukup, sehingga bayinya tidak terkena risiko cacat bawaan," ucapnya.
Ia juga mengemukakan, pemberian makanan bergizi pada balita dan usia yang menjadi sasaran lainnya mesti diperhatikan juga.
"Tumbuh kembang jangan sampai itu jadi stunting. Kalau tumbuh kembangnya terganggu, nanti kualitas manusianya juga tidak sebaik apabila gizinya cukup. Kalau yang usia sekolah, memang kita lihat penting juga, semua yang diprioritaskan dalam Perpres itu juga penting kecukupan gizinya karena tumbuh kembang sampai usia 18 tahun, bahkan kadang-kadang sampai umur 21 tahun," ujar dia.
Baca juga : Orangtua Diingatkan Perhatikan Pemenuhan Gizi Anak Saat Berpuasa
Namun, Johanes mengingatkan pentingnya memfokuskan sasaran makanan bergizi gratis, utamanya di 1.000 hari kehidupan agar program yang dibuat pemerintah dapat lebih tepat sasaran, apabila memang cita-citanya untuk mengentaskan stunting dan malnutrisi.
Ia juga mengemukakan pentingnya memperhatikan pedoman pemberian gizi karena kebutuhan menurut usia dan jenis kelamin bisa berbeda-beda.
"Memang ada pedoman secara umum, misalnya untuk anak usia 1-2 tahun, untuk laki-laki berapa, untuk perempuan berapa ada pedoman kebutuhan kalori dan proteinnya, sudah ada perhitungan dan ketentuannya," kata dia.
Selain itu, Johanes juga menyampaikan pentingnya memperhatikan aktivitas fisik seseorang apabila akan mengintervensi pemenuhan gizinya.
"Apalagi kalau usia sekolah misalnya, akan tergantung aktivitas fisiknya. Tinggi dan berat badan itu berpengaruh. Memang ada patokannya
untuk usia sekian berapa, kebutuhan kalori rata-ratanya berapa, tentu laki-laki dan wanita berbeda, laki-laki biasanya lebih aktif," pungkasnya. (Ant/Z-1)
Seorang ayah melakukan kekerasan kepada anak usai viral kedapatan tengah melakukan perilaku yang tidak sepatutnya dilakukan.
Peringatan Hari Anak Nasional merupakan bentuk nyata dari penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak anak sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki peran strategis.
Pengawasan orangtua kepada anak saat mengakses gadget dibutuhkan agar anak bisa memahami batasan akses ke jenis-jenis konten yang sesuai untuk usia mereka.
Stimulasi sensorik sendiri melibatkan penggunaan panca indra anak mulai dari penglihatan hingga sentuhan sehingga anak bisa memahami dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Ternyata kebiasaan mengakses gadget ini malah membuat pola makan anak menjadi tidak teratur, anak cenderung tidak menyadari rasa lapar.
Anak yang terpapar lagu-lagu dari lingkungannya perlu bimbingan orangtua untuk mengarahkan referensi musik yang lebih sesuai kepada anak dan menikmatinya bersama.
Investasi gizi sejak dini merupakan kunci untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas di masa mendatang.
Pemerintah sangat sadar asupan gizi berperan dalam meningkatkan dan mendukung perkembangan kecerdasan anak, terutama pada periode 1.000 hari pertama kehidupan.
Indonesia dianugerahi kekayaan pangan yang sangat melimpah dan beragam. Potensi ini mencakup berbagai jenis bahan pangan dari berbagai kategori utama.
Kegiatan dikemas dalam format talkshow, workshop, dan nonton bareng, dengan melibatkan para ibu rumah tangga sebagai peserta aktif.
Kebiasaan makan bergizi seimbang beragam dan aman pada anak bukan semata tentang apa yang disajikan, namun juga penanaman nilai gizi secara konsisten dalam keluarga.
Ajang Peduli Gizi 2025 kembali digelar sebagai bentuk apresiasi terhadap individu, institusi, dan pelaku industri yang dinilai telah memberikan kontribusi nyata.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved