Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
DALAM Temu Ilmiah Nasional Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) 2025, yang digelar di Jakarta, 11-12 Juli 2025, Badan Pangan Nasional (BPN) menekankan pentingnya optimalisasi pangan lokal sebagai langkah strategis mendukung ketahanan pangan dan perbaikan gizi masyarakat Indonesia.
Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan BPN, Rinna Syawal, menjelaskan bahwa Indonesia dianugerahi kekayaan pangan yang sangat melimpah dan beragam. Potensi ini mencakup berbagai jenis bahan pangan dari berbagai kategori utama.
Untuk sumber karbohidrat, Indonesia memiliki sebanyak 77 jenis tanaman pangan yang dapat dimanfaatkan. Selain itu, terdapat 75 jenis pangan sumber protein, baik yang berasal dari hewan maupun tumbuhan.
Dalam hal konsumsi buah, kekayaan Indonesia juga luar biasa, dengan tercatat 389 jenis buah-buahan yang tersebar di seluruh wilayah nusantara.
Keanekaragaman ini dilengkapi dengan 228 jenis sayuran yang dapat menjadi sumber vitamin dan mineral penting bagi masyarakat.
Tidak hanya itu, warisan kuliner Indonesia juga diperkuat oleh 110 jenis bumbu dan rempah-rempah, serta 26 jenis kacang-kacangan yang memiliki nilai gizi tinggi dan potensi ekonomi besar.
“Sayangnya, meskipun memiliki keragaman pangan yang begitu besar, potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam pola konsumsi harian masyarakat. Banyak dari jenis pangan tersebut belum dikenal luas atau masih terbatas pada konsumsi lokal di daerah-daerah tertentu. Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang untuk mendorong penganekaragaman konsumsi pangan nasional,” ujar Rinna.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, data Badan Pangan Nasional menunjukkan bahwa kontribusi protein masyarakat Indonesia masih didominasi oleh padi-padian (42,8%), dengan pangan hewani (36,5%) dan kacang-kacangan (10,8%) menjadi sumber sekunder.
Padahal, peningkatan konsumsi protein hewani lokal dapat berkontribusi besar terhadap pencegahan stunting, peningkatan produktivitas SDM, serta stabilitas sosial ekonomi pedesaan.
Beragam sumber protein lokal telah berhasil diidentifikasi dan dikonsumsi secara luas di berbagai wilayah Indonesia, mencerminkan kekayaan kuliner dan budaya pangan yang dimiliki oleh bangsa ini.
Beberapa di antaranya termasuk entok, burung emprit, burung dara, dan burung puyuh, yang umum dijumpai sebagai bahan lauk-pauk dalam berbagai hidangan tradisional.
Selain itu, protein laut dan air tawar seperti bulu babi, teripang, kupang, keong gonggong, serta tutut juga merupakan bagian penting dari konsumsi masyarakat pesisir dan pedalaman.
Tidak kalah menarik, sejumlah sumber protein yang kurang umum namun kaya gizi seperti daging kelinci, kodok (yang dikenal luas dalam sajian swike), dan bekicot juga menjadi bagian dari kuliner khas di daerah tertentu.
Selain itu, serangga dan hewan kecil seperti belalang, laron, larva lebah, serta ulat daun jati diketahui menjadi sumber protein alternatif yang dikonsumsi oleh masyarakat lokal di beberapa wilayah dengan cara pengolahan yang unik dan tradisional.
Tidak ketinggalan, susu kerbau juga termasuk dalam jajaran protein hewani lokal yang memiliki nilai gizi tinggi dan telah lama menjadi bagian dari tradisi kuliner di daerah-daerah seperti Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan.
“Masing-masing daerah di Indonesia memiliki olahan khas dari bahan-bahan tersebut. Berbagai bentuk pengolahan seperti sate, gulai, pepes, rica-rica, hingga bentuk makanan siap saji modern menunjukkan betapa fleksibelnya pangan lokal untuk disesuaikan dengan selera dan kebiasaan konsumsi masyarakat. Hal ini tidak hanya memperkaya keragaman menu makanan, tetapi juga memperkuat identitas budaya dan potensi ekonomi lokal,” papar Rinna.
Komitmen pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional secara berkelanjutan tercermin dalam terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 81 Tahun 2024 tentang Percepatan Penganekaragaman Pangan Berbasis Potensi Sumber Daya Lokal.
Regulasi ini dirancang sebagai langkah strategis untuk membentuk pola konsumsi masyarakat yang mengacu pada prinsip Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA) yang tidak hanya menyehatkan, tetapi juga memiliki dampak luas secara sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan.
Melalui pendekatan B2SA, pemerintah tidak hanya menargetkan tercapainya pola makan sehat dan bergizi bagi masyarakat, tetapi juga menyasar manfaat yang lebih luas bagi kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan. Pertama, penerapan pola konsumsi berbasis B2SA diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
Dengan semakin banyaknya masyarakat yang mengonsumsi pangan lokal, permintaan terhadap hasil produksi petani, nelayan, pembudidaya ikan, serta pelaku UMKM akan meningkat. Hal ini secara langsung akan menciptakan efek berganda terhadap perputaran ekonomi di tingkat daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat produsen pangan.
Kedua, konsumsi pangan lokal juga menjadi bentuk nyata dalam melestarikan budaya dan kuliner tradisional.
Setiap daerah di Indonesia memiliki makanan khas yang unik, yang merupakan bagian dari identitas budaya bangsa. Melalui upaya ini, warisan kuliner Nusantara dapat terus dikenal, diapresiasi, dan diwariskan kepada generasi muda sebagai bagian dari jati diri bangsa.
Ketiga, pendekatan B2SA memiliki nilai tambah dari sisi lingkungan. Konsumsi bahan pangan lokal memungkinkan rantai distribusi yang lebih pendek, sehingga mengurangi jejak karbon yang dihasilkan dari proses transportasi dan logistik panjang.
Dengan demikian, pola makan lokal juga menjadi langkah nyata dalam mendukung gaya hidup ramah lingkungan.
Keempat, yang tidak kalah penting, penguatan konsumsi pangan lokal turut meningkatkan rasa nasionalisme. Ketika masyarakat memilih untuk mengonsumsi hasil bumi negeri sendiri, hal itu menjadi simbol kedaulatan dan kemandirian bangsa dalam memenuhi kebutuhan pangannya.
Dengan memprioritaskan pangan lokal, bangsa Indonesia tidak hanya menjaga ketahanan pangan, tetapi juga memperkuat identitas nasional di tengah globalisasi.
Untuk merealisasikan visi tersebut, pemerintah menyusun rencana aksi nasional yang mencakup berbagai pendekatan lintas sektor.
Salah satu langkah penting adalah mengintegrasikan materi tentang pangan lokal ke dalam kurikulum pendidikan, dimulai dari tingkat usia dini hingga menengah, agar generasi muda sejak awal mengenal dan mencintai pangan daerahnya. Progam Makan Bergizi Gratis (MBG) juga didorong untuk mencakup pangan lokal.
Selain itu, pemerintah memberikan dukungan insentif dan pembiayaan bagi pelaku usaha kecil dan menengah yang bergerak di sektor pangan lokal. Dukungan ini mencakup bantuan peralatan, pelatihan usaha, dan kemudahan perizinan untuk meningkatkan kapasitas produksi serta daya saing produk.
“Strategi promosi juga menjadi perhatian utama. Pemerintah mendorong kampanye dan edukasi pangan B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman) melalui berbagai kanal media, komunitas kuliner, dan kegiatan gastronomi, agar masyarakat semakin sadar akan pentingnya pola makan yang sehat dan berbasis lokal,” kata Rinna.
Tidak kalah penting, pengembangan kawasan agribisnis terpadu serta pemanfaatan lahan pekarangan turut dioptimalkan guna meningkatkan ketersediaan pangan lokal. Pendampingan teknis dan pelatihan juga diberikan kepada petani, peternak, nelayan, serta pelaku UMKM agar mereka mampu menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, aman, bervariasi, serta memiliki kemasan menarik yang sesuai dengan pasar modern.
Melalui pendekatan yang menyeluruh ini, Perpres 81/2024 diharapkan mampu menjadi landasan kuat dalam mempercepat transformasi sistem pangan nasional menuju kemandirian dan keberlanjutan.
“Pangan lokal tidak hanya soal makanan, tapi juga tentang identitas, kesehatan, dan masa depan bangsa. Mari jadikan kuliner Nusantara sebagai tuan rumah di negeri sendiri,” pungkas Rinna.
Pada kesempatan sama, Ketua Panitia Temu Ilmiah Nasional Persagi 2025, Marudut Sitompul, menjelaskan, acara temu ilmiah tahun ini diikuti para pemerhati di bidang gizi, tamu dan undangan dari unsur pemerintah dan industri Pangan, organisasi kesehatan dan gizi, nutrisionis dan dietisien, serta mahasiswa sarjana dan pascasarjana.
“Dalam acara ini kami menghadirkan narasumber yang sangat kompeten di bidang gizi masyarakat, gizi klinik, gizi olahraga, food service, dan teknologi pangan,” ujar Marudut, yang juga seorang pakar gizi.
Ia menambahkan, selain temu ilmiah, kegiatan yang diadakan secara luring di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta 11 - 12 Juli 2025 ini juga mencakup pameran Nutrition Expo dan UMKM. (Z-1)
SEBAGAI upaya memperluas jangkauan produk protein hewani ke wilayah penyangga Jakarta, Perumda Dharma Jaya (DJ) resmi menggandeng PT Agrobisnis Banten Mandiri (ABM).
BADAN Usaha Milik Daerah (BUMD) Perumda Dharma Jaya terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Ibu Kota dengan mengoptimalkan pengembangan rencana bisnis perusahaan.
MAJELIS Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MN KAHMI) akan mengadakan Rakornas I & Silaknas 2025 di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta pada 10-11 Juli 2025.
Program Jaksa Garda Desa mengambil tema Pemberdayaan Lahan dan Badan Usaha Milik Desa dalam rangka Swasembada Pangan yang dirangkaikan dengan penanaman bawang merah.
Dalam sambutannya, Novianto Sulastono mengatakan, keterlibatan Imigrasi dalam gerakan tanam jagung ini merupakan rangkaian peringatan Hari Bhayangkara ke 79.
Kegiatan dikemas dalam format talkshow, workshop, dan nonton bareng, dengan melibatkan para ibu rumah tangga sebagai peserta aktif.
Kebiasaan makan bergizi seimbang beragam dan aman pada anak bukan semata tentang apa yang disajikan, namun juga penanaman nilai gizi secara konsisten dalam keluarga.
Ajang Peduli Gizi 2025 kembali digelar sebagai bentuk apresiasi terhadap individu, institusi, dan pelaku industri yang dinilai telah memberikan kontribusi nyata.
Konsekuensi dari konsumsi susu berlebihan adalah anak akan merasa kenyang dan kehilangan selera untuk mengonsumsi makanan lain. Akibatnya, asupan gizi menjadi tidak seimbang.
Pemenuhan gizi yang cukup dan seimbang tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik anak, tetapi juga sangat menentukan perkembangan kognitif, motorik, hingga sosial emosionalnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved