Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
DAMPAK dari perubahan iklim saat ini telah mengancam berbagai spesies dunia. Termasuk spesies yang berada dalam perlindungan hutan.
Spesies yang tidak dapat bertahan hidup karena perubahan cuaca dan iklim yang ekstrem akan dengan cepat mengalami kepunanahan. Tak hanya itu, ini juga dapat mengakibatkan perubahan drastis terhadap habitat mereka, sehingga banyak spesies yang terpaksa untuk beradaptasi atau beimigrasi.
Menyoroti hal tersebut, Direktur Program Kehutanan KEHATI, Samedi memberikan contoh terkait spesies yang memiliki rentang suhu hidup yang sempit. Kata Samedi, "Ada beberapa serangga yang sifatnya hanya bisa hidup di selang suhu yang sempit. Contohnya nyamuk, yang hanya bisa hidup di suhu sekitar 20 hingga 30 derajat (Celcius)".
Baca juga : Forum SSKE Komitmen Bersama Cegah Laju Perubahan Iklim
Ia melanjutkan, jika suhu berada dibawah atau melebihi puncaknya, populasi nyamuk akan turun drastis atau bahkan menghilang. "Begitu di bawah atau berada dipuncaknya, mungkin nyamuk sudah jalan (menghilang)," kata Samedi kepada media dalam acara Forum Bumi di Jakarta, Kamis (8/8).
"Itu juga sekarang kalau ada iklim berubah, suhunya semakin berubah, itu tuh (penyebab) beberapa spesies itu juga akan hilang," imbuhnya.
Pertama, perubahan iklim memengaruhi suhu dan curah hujan. Artinya, beberapa spesies tidak mampu beradaptasi, terutama spesies yang memiliki toleransi yang rendah terhadap perubahan suhu.
Baca juga : Kayu dan Bambu Lokal Bersertifikasi FSC Solusi Masalah Iklim
Selain itu, perubahan iklim akan berdampak pada perubahan fenologi, yaitu pengaturan waktu musiman untuk tahapan atau pristiwa siklus kehidupan. Contohnya siklus reproduksi dan pertumbuhan banyak organisme, seperri migrasi dini burung dan gangguan perkembangbiakan karena telur tidak dapat dibuahi.
Perubahan iklim juga dapat mengubah siklus hidup beberapa hama dan penyakit, sehingga bisa menyebabkan terjadinya penyebaran penyakit.
Dampak dari perubahan iklim akan berakibat pada kompleksitas interaksi antar spesies, seperti predation, kompetisi, penyerbukan dan penyakit. Artinya ekosistemnya tidak berfungsi dengan baik.
Baca juga : AS Resmi Dukung Pengelolaan Hutan dan Tata Guna Lahan Indonesia
Terakhir, dampak dari perubhan iklim terhadap spesies di hutan adalah lajunya kepunahan.
Kepunahan telah menjadi kenyataan sejak awal waktu spesies muncul. Bahkan beberapa juta spesies yang ada saat ini adalah spesies yang berhasil bertahan dari setengah miliar spesies yang pernah ada sebelumnya.
Di masa lalu, spesies yang punah digantikan dengan spesies baru yang mengisi sisa-sisa atau celah yang ada. Namun saat ini hal tersebut tidak mungkin terjadi karena banyak tempat atau habitat yang rusak dan hilang.
Dengan demikian, kemungkinan perubahan iklim di masa depan akan semakin meluas akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer yang akan meningkatkan suhu permukaan bumi. Sehingga, perubahan-perubahan tersebut dapat memberikan tekanan besar pada seluruh ekosistem.
Gerakan Wakaf Hutan ini disosialisasikan dalam acara ‘Sehati untuk Bumi’ yang berlangsung di Gedung Sate, Kota Bandung
Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) menyatakan, kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di dalam kawasan tersebut, Rabu (19/6) petang kemarin, berhasil dipadamkan
EMPAT anak yang hilang selama 40 hari di hutan Amazon dalam sebuah kecelakaan pesawat, ditemukan dalam keadaan hidup, sedangkan ibu mereka meninggal dunia.
KANADA sedang mengalami musim kebakaran hutan yang hebat. Masyarakat adat setempat atau yang dikenal First Nations, mengatakan bahwa sudah waktunya bagi mereka untuk
Pemerintah Brasil melaporkan penurunan sebesar 33,6% tersebut didasarkan pada citra satelit yang diambil oleh Institut Penelitian Antariksa Nasional.
Tanah gundul besar di antara kanopi hutan terlihat dari atas pegunungan Carpathian Rumania. Tunggul-tunggul yang menancap di tanah mengingatkan pohon yang ditebang menjadi batang kayu.
Spesies yang paling ikonik dalam daftar tersebut adalah burung pelatuk berparuh gading, yang terakhir kali terlihat sekitar tahun 1940-an.
Australia kehilangan lebih banyak spesies mamalia dibandingkan benua lain dan menjadi salah satu negara dengan tingkat penurunan jumlah spesies terburuk.
Jerapah betina itu berwarna cokelat solid tanpa ciri khas spesiesnya yang membantu mereka melakukan kamuflase di alam liar.
Bulu puma yang baru lahir umumnya berwarna cokelat muda atau kemerahan dengan bintik hitam. Mutasi genetik menyebabkan bulunya berwarna putih dan kejadian ini sangat langka.
Spesies baru ini diberi nama Primula medogensis, diambil dari nama daerah tempat ditemukannya.
Seorang fotografer amatir menemukan burung Green Honeycreeper dengan bulu biru jantan di satu sisi dan bulu hijau betina di sisi lainnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved