Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
DAMPAK dari perubahan iklim saat ini telah mengancam berbagai spesies dunia. Termasuk spesies yang berada dalam perlindungan hutan.
Spesies yang tidak dapat bertahan hidup karena perubahan cuaca dan iklim yang ekstrem akan dengan cepat mengalami kepunanahan. Tak hanya itu, ini juga dapat mengakibatkan perubahan drastis terhadap habitat mereka, sehingga banyak spesies yang terpaksa untuk beradaptasi atau beimigrasi.
Menyoroti hal tersebut, Direktur Program Kehutanan KEHATI, Samedi memberikan contoh terkait spesies yang memiliki rentang suhu hidup yang sempit. Kata Samedi, "Ada beberapa serangga yang sifatnya hanya bisa hidup di selang suhu yang sempit. Contohnya nyamuk, yang hanya bisa hidup di suhu sekitar 20 hingga 30 derajat (Celcius)".
Baca juga : Forum SSKE Komitmen Bersama Cegah Laju Perubahan Iklim
Ia melanjutkan, jika suhu berada dibawah atau melebihi puncaknya, populasi nyamuk akan turun drastis atau bahkan menghilang. "Begitu di bawah atau berada dipuncaknya, mungkin nyamuk sudah jalan (menghilang)," kata Samedi kepada media dalam acara Forum Bumi di Jakarta, Kamis (8/8).
"Itu juga sekarang kalau ada iklim berubah, suhunya semakin berubah, itu tuh (penyebab) beberapa spesies itu juga akan hilang," imbuhnya.
Pertama, perubahan iklim memengaruhi suhu dan curah hujan. Artinya, beberapa spesies tidak mampu beradaptasi, terutama spesies yang memiliki toleransi yang rendah terhadap perubahan suhu.
Baca juga : Kayu dan Bambu Lokal Bersertifikasi FSC Solusi Masalah Iklim
Selain itu, perubahan iklim akan berdampak pada perubahan fenologi, yaitu pengaturan waktu musiman untuk tahapan atau pristiwa siklus kehidupan. Contohnya siklus reproduksi dan pertumbuhan banyak organisme, seperri migrasi dini burung dan gangguan perkembangbiakan karena telur tidak dapat dibuahi.
Perubahan iklim juga dapat mengubah siklus hidup beberapa hama dan penyakit, sehingga bisa menyebabkan terjadinya penyebaran penyakit.
Dampak dari perubahan iklim akan berakibat pada kompleksitas interaksi antar spesies, seperti predation, kompetisi, penyerbukan dan penyakit. Artinya ekosistemnya tidak berfungsi dengan baik.
Baca juga : AS Resmi Dukung Pengelolaan Hutan dan Tata Guna Lahan Indonesia
Terakhir, dampak dari perubhan iklim terhadap spesies di hutan adalah lajunya kepunahan.
Kepunahan telah menjadi kenyataan sejak awal waktu spesies muncul. Bahkan beberapa juta spesies yang ada saat ini adalah spesies yang berhasil bertahan dari setengah miliar spesies yang pernah ada sebelumnya.
Di masa lalu, spesies yang punah digantikan dengan spesies baru yang mengisi sisa-sisa atau celah yang ada. Namun saat ini hal tersebut tidak mungkin terjadi karena banyak tempat atau habitat yang rusak dan hilang.
Dengan demikian, kemungkinan perubahan iklim di masa depan akan semakin meluas akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer yang akan meningkatkan suhu permukaan bumi. Sehingga, perubahan-perubahan tersebut dapat memberikan tekanan besar pada seluruh ekosistem.
Penurunan luas karhutla dimulai sejak 2015 seluas 2,6 juta hektare, menjadi 1,6 juta hektar (2019), 1,1 juta hektare (2023), dan 24.154 hektare pada 2024.
Kucing merah Kalimantan, atau dikenal sebagai kucing Borneo (Catopuma badia), adalah spesies kucing liar endemik yang hanya ditemukan di Pulau Kalimantan.
Di tengah krisis iklim dan ancaman terhadap keanekaragaman hayati, wilayah yang dikelola oleh masyarakat adat terbukti memiliki tingkat deforestasi yang jauh lebih rendah.
JURU Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Refki Saputra mengatakan untuk mengoptimalkan program perhutanan sosial diperlukan kolaborasi.
Kadin Indonesia melalui inisiatif Regenerative Forest Business Hub (RFBH) mengambil langkah strategis untuk mempercepat transformasi sektor kehutanan nasional.
Jika masyarakat tidak dilibatkan maka hutan sulit untuk terjaga kelesatariannya.
Undur-undur laut, atau dikenal juga sebagai mole crab, merupakan krustasea kecil penghuni pantai berpasir.
Perubahan iklim membuat serangga harus beradaptasi. Bagi yang bisa, mereka bertahan. Tapi bagi yang tidak, mereka akan punah.
Fosil tengkorak dinosaurus yang diperkirakan berusia sekitar 200 juta tahun berhasil ditemukan di wilayah Lufeng, barat daya Tiongkok.
Peneliti dalam ekspedisi di Peru menemukan 27 spesies hewan baru, termasuk ikan berkepala aneh dan tikus semi-akuatik.
Sebelum nama Charles Darwin dikenal luas sebagai tokoh utama dalam teori evolusi, gagasan tentang perubahan spesies seiring waktu sudah mulai muncul sejak abad ke-18.
Simbiosis komensalisme adalah salah satu bentuk interaksi antara dua organisme yang berbeda spesies, di mana satu pihak mendapatkan keuntungan
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved