Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Nasib Bisnis Penyiaran Konvesional Terancam Konsep Streaming

Despian Nurhidayat
30/7/2024 19:03
Nasib Bisnis Penyiaran Konvesional Terancam Konsep Streaming
Tayangan televisi yang menampilkan siaran langsung acara debat capres(MI / Ramdani)

WAKIL Ketua Umum 1 ATVSI (Asosiasi Televisi Swasta Indonesia) Taufan Eko Nugroho mengatakan bahwa saat ini dinamika bisnis penyiaran telah berlangsung sangat cepat di berbagai aspek, mulai dari pola bisnis, regulasi, sistem, hingga teknologi. Untuk itu, dia mengajak para pemangku kepentingan memberi perhatian terhadap hal tersebut.

"Kami melihat juga teknologi penyiaran menjadi salah satu aspek yang paling dinamis perkembangannya," ungkapnya dalam acara ATVSI Business Forum bertajuk 5G Broadcasting: Challenge & Opportunity di SCTV Tower, Senayan City, Jakarta, Selasa (30/7).

Lebih lanjut, menurutnya teknologi 5G saat ini sudah diuji coba dalam penyelenggaran penyiaran di berbagai negara, seperti Tiongkok, Amerika Serikat, Jerman, Spanyol, Italia, Austria, Estonia, hingga Republik Ceko. Selain itu, ada beberapa negara sedang mengajukan studi kelayakan teknologi ini untuk diuji coba, yaitu India, Turki, dan Malaysia.

Baca juga : Rumah untuk Peminat Puisi

"Untuk itu, perkembangan ini diharapkan bisa menjadi perhatian para pemangku kepentingan penyiaran di Indonesia.Harapan kami, melalui ATVIS Business Forum 2024 ini, para pengambil kebijakan dan regulasi, seperti DPR, Kementerian Kominfo, KPI, serta para pelaksana regulasi yakni industri penyiaran bisa mendapat update terbaru atas perkembangan teknologi penyiaran 5G," tegasnya.

Dalam kesempatan tersebut, ia juga menyatakan, pilar demokrasi keempat di Indonesia yakni free media tengah terancam.

"Jadi, kami melihat juga ini sangat penting sekali untuk diperhatikan. Jangan sampai pilar demokrasi keempat nanti dikuasai oleh algoritma-algoritma," ujar Taufan.

Baca juga : UE Tanyai TikTok, X, Aplikasi Lain terkait Risiko AI terhadap Pemilu

Ia menuturkan, peran algoritma dari media sosial seperti YouTube, Instagram, serta TikTok sudah begitu besar. Karenanya, ia khawatir, jika pemangku kepentingan tidak mewaspadai hal tersebut, algoritma bisa menguasai pilar keempat demokrasi.

Kendati demikian, ia tidak memungkiri kalau teknologi bisa membantu mengembangkan industri penyiaran di Tanah Air. Untuk itu, ia menyatakan, pelaku industri ke depan tidak hanya bekerja sama dengan sesama pelaku industri di bidang yang sama, tapi juga dengan pihak lain.

"Saya rasa teknologi ke depannya akan semakin convergence, kian menyatu. Kita tidak bisa sebagai pelaku industri hanya bekerja sama dengan pelaku industri TV, tapi kita juga harus berkolaborasi dengan pihak lain, contohnya operator-operator," imbuhnya.

Baca juga : Reddit Ingin Raup US$500 Juta dalam Debut Pasar Saham

Oleh sebab itu, ia menyatakan sinergi antar pemangku kepentingan di industri penyiaran menjadi hal yang penting.

"Kami berharap bisa bersinergi bersama untuk mengawal, memperkuat pilar demokrasi yang keempat yaitu free media," tandas Taufan. (Z-8)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda
Berita Lainnya