Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KETUA Asosiasi Perkumpulan Pabrik Mononatrium Glutamat dan Asam Glutamat Indonesia (P2MI) Satria Gentur Pinandita mengimbau agar masyarakat tidak mudah termakan berita tidak benar (hoaks) terkait produk MSG (mono sodium glutamat) dan mie instan yang mengandung bahan tidak halal.
”Dapat dipastikan bahwa berita tersebut tidak benar karena semua brand MSG yang dihasilkan para anggota kami telah mendapatkan sertifikasi halal resmi dari lembaga yang diakui pemerintah," kata Satria dalam keterangan tertulisnya, hari ini.
Sebelumnya, baru-baru ini beredar kembali pesan berantai di WAG (WhatsApp Group) yang menyebutkan beberapa produk MSG dan mie instan mengandung bahan tidak halal.
Baca juga : MUI Klarifikasi Soal Status Haram Produk-produk AS-Israel yang Viral di Internet
Menurut Satria, pertama kali berita tersebut beredar pada 2016 dengan mengatasnamakan sebuah pondok pesantren di Kediri, Jawa Timur, yang menurut mereka sumber informasinya berasal dari salah satu anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.
Beberapa brand yang turut disebutkan mengandung bahan tidak halal di antaranya adalah Masako, Sasa, Ajinomoto, dan Indomie.
Ia menjelaskan sejak pesan tersebut beredar, Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika (LPPOM) MUI dan Yayasan Pondok Pesantren Wali Barokah di Kediri juga mengeluarkan surat sanggahan yang isinya menolak kebenaran berita tersebut.
Baca juga : MUI dan YKMI Tanggapi Isu Bromat Sejumlah AMDK
Hal itu tertuang dalam Surat Pemberitahuan Nomor: DN23/Dir/LPPOM MUI/XII/16 dan Yayasan Pondok Pesantren Wali Barokah melalui Surat Klarifikasi Nomor: 659/Y-WB/SUM/I/2017. Pernyataan sikap dan klarifikasi juga disampaikan MUI Pusat dengan surat Nomor: Kep-696/DP-MUI/V/2019.
Satria menambahkan saat ini masyarakat sudah semakin cerdas dalam membaca berita sehingga sangat penting untuk mengecek kembali ketika menerima sebuah informasi agar tidak sampai termakan berita hoaks serta meresahkan dan merugikan industri pangan di Indonesia.
"Kami ingin menyampaikan terima kasih atas dukungan dan kepercayaan yang terus diberikan kepada kami. Kami siap menjawab segala pertanyaan atau kekhawatiran terkait produk-produk kami,” pungkas Satria. (H-2)
MAJELIS Ulama Indonesia (MUI Jawa Barat (Jabar), meminta agar Kementerian Agama (Kemenag), sebaiknya melakukan pengkajian secara matang.
MUI juga ingin mendengar penjelasan dari Menpora dan PSSI sebagai penyelenggara Piala Dunia U-20.
SEPERTI tahun-tahun sebelumnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) melakukan pemantauan tayangan televisi pada bulan Ramadan.
MUI mengimbau umat Islam agar segera menunaikan kewajiban membayar zakat, baik zakat fitrah (badan) maupun zakat mal (harta).
BERTEPATAN denga hari Jumat, 27 November 2020, Wakil Presiden RI Prof Dr KH Ma'ruf Amin, yang sekaligus juga terpilih sebagai Ketua Umum Dewan Pertimbangan MUI,
Duduk bersama, berkolaborasi dan saling mendukung untuk kemajuan arah pembangunan industri halal Indonesia terasa sangat urgent.
Negara berdaulat hanya bisa diakui jika memiliki pemerintahan yang berdaulat, memiliki wilayah, rakyat, dan mampu menjalin hubungan internasional dengan negara lain.
"MSG bukan unsur kimia yang berbahaya. Bahan bakunya dari tetes tebu melalui proses fermentasi."
"Karena faktor usia hormon-hormon pengatur selera makan pada lansia cenderung sudah menurun, sehingga berpotensi menyebabkan lansia mengalami malnutrisi."
Kata Kevin, penelitian yang dilakukan oleh Maluly pada 2020 menyebutkan penggunaan garam dapur dengan MSG bisa menurunkan kadar natrium sebanyak 37 persen.
Dalam sejumlah penelitian dari 1997-2020 mengatakan bahwa dengan menggunakan MSG, dapat menurunkan konsumsi garam harian kurang lebih sebesar 30%.
“MSG itu bukan zat asing untuk tubuh. MSG juga aman untuk dikonsumsi semua tahapan usia, bahkan bayi pun memiliki kemampuan metabolik yang sama dengan orang dewasa. "
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved