Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Buku Pengantar Linguistik Nariq Edang, Ikhtiar Revitalisasi Bahasa Daerah di Lembata

Alexander P. Taum
30/5/2024 17:47
Buku Pengantar Linguistik Nariq Edang, Ikhtiar Revitalisasi Bahasa Daerah di Lembata
Cover Buku dan wajah Penulis(MI/Alexander Taum)

BUKU Pengantar Lingustik Nariq Edang (Nariq-bahasa) dan (Edang-Kedang), ditulis oleh Alex Puaq Wulohering, diluncurkan pada Rabu, (29/5/2024).

Peluncuran buku berukuran 155 x 230 mm, tebal 440 halaman dengan pendekatan fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik ini berlangsung di Olimpic Ballroom kota Lewoleba, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur.

Karya yang bertujuan menjaga originalitas Bahasa Kedang dari ancaman kepunahan tersebut dipandang penting oleh Pemerintah daerah kabupaten Lembata, hingga Pemda pun secara resmi meluncurkan buku tersebut.

Baca juga : Badan Bahasa: Perkembangan Pelestarian Bahasa Daerah Sudah Berjalan Positif

"Ada 86 bahasa lokal di NTT namun, ada 11 di antaranya sudah tidak lagi digunakan atau punah. Saya tidak ingin kita menjadi orang asing di negeri kita sendiri" ujar Alex saat didapuk panitia untuk berbicara ikhwal motivasinya menulis buku Pengantar Linguistik, Nariq Edang itu.

Alex Puaq Wulohering salah satu tokoh Edang yang berkiprah di Kabupaten Sikka, NTT sebagai ASN. Masa pensiun, tidak menyurutkan niatnya untuk terus berkarya, mencegah bahasa tuturnya hilang dari peradaban.

Penulis senior itu memaknai adagium yang dipopulerkan oleh Pramoedya Ananta Toer, 'Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian'.

Baca juga : 20 Kepala Daerah Terima Penghargaan karena Lestarikan Bahasa Daerah

Alex Puaq Wulohering salah satu tokoh Edang yang berkiprah di kota Maumere, Kabupaten Sikka sebagai ASN.

Alex Wulohering saat memberikan gambaran tentang perjuangan menulis buku, menjelaskan bahwa buku ini terinspirasi satu tahun sebelum pensiun.

"Saya berpikir mau lakukan apa setelah pensiun? Kalau mau kerja kebun tentu saya sudah tidak mampu, mau buka kios saya juga tidak punya bakat ke situ, mau caleg saya kira waktu saya sudah lewat, kemudian saya memutuskan untuk kembangkan minat tulis saya. Maka setelah 14 tahun mendalami linguistik dan membaca sejumlah referensi maka hari ini lahirlah buku ini," ujar Wulohering.

Baca juga : Dalam 4 Tahun, 70 Bahasa Daerah Berhasil Direvitalisasi

Ia mengaku, mengumpulkan berbagai dokumen guna memperkaya tulisannya, antara lain manuskrip kuno berbahasa Belanda dari pak Andres Nula liliweri, juga tulisan Barnes soal Edang dan juga kembali belajar serta mendalami ilmu linguistik.

Apresiasi pemda

Penjabat Bupati Lembata, Paskalis Ola Tapobali yang diwakili asisten satu Setda, Donatus Ladjar saat kegiatan tersebut mengapresiasi terbitnya buku Pengantar Linguistik Nariq Edang ini.

Donatus Ladjar mengatakan, di era globalisasi dan modernisasi saat ini, bahasa daerah menghadapi ancaman kepunahan atau perubahan yang signifikan.

Baca juga : Puluhan Bahasa Daerah Terancam Punah Karena Minim Digunakan

Karena itu upaya pemeliharaan dan pelestarian bahasa daerah menjadi sangat penting dalam mempertahankan keberagaman budaya dan identitas bangsa, melalui upaya revitalisasi bahasa daerah, dokumentasi dan penelitian tentang bahasa daerah.

"Saya memberikan apresiasi kepada Alex Puag Wulohering yang melakukan penelitian secara mandiri tentang Bahasa Kedang yang akhirnya
menghasilkan sebuah buku berjudul Pengantar Linguistik Narig Edang-Sebuah Kajian Tentang Struktur Internal Bahasa Kedang. Kita tahu bahwa Bahasa Kedang merupakan salah satu rumpun bahasa di Kabupaten Lembata yang memiliki ciri khas tersendiri, baik dari sisi fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik, yang lahir dan berkembang secara alamiah melalui penuturan lisan dan diwariskan secara turun temurun," kata dia. 

Buku Pengantar Linguistik Narig Edang Sebuah Kajian Tentang Struktur Internal Bahasa Kedang, lanjutnya, adalah karya monumental yang dipersembahkan Alex Puag Wulohering bagi Kabupaten Lembata, teristimewa dalam upaya melakukan revitalisasi Bahasa Kedang sebagai salah satu unsur kekayaan budaya di Kabupaten Lembata.

"Saya berharap peristiwa launching hari ini tidak saja sebagai wujud apresiasi atas dedikasi Bapak Drs. Alex Puag Wulohering, tetapi juga dapat menjadi momentum yang membangkitkan motivasi bagi kita semua untuk semakin mendalami kebudayaan kita melalui kajian maupun penelitian, tidak hanya tentang bahasa daerah tetapi juga terhadap semua kekayaan budaya yang ada di daerah ini, sebagai upaya menjaga kekayaan budaya Lembata agar tetap hidup dan berkembang dari generasi ke generasi," ujar Asisten Satu Setda Lembata, Donatus Ladjar, mewakili Penjabat Bupati Lembata, Paskalis Ola Tapobali. (H-2)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya