Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
BERBAGAI bencana alam terjadi di Indonesia dalam waktu berdempetan. Sebut saja erupsi gunung ruang, hingga yang teranyar ialah banjir lahar hujan dan tanah longsor Sumatra Barat. Berbagai bencana alam memang mengancam Indonesia, seperti banjir, gempa bumi dan tanah longsor. Karenanya, pengarusutamaan informasi kebencanaan menjadi sangat penting untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat. Plt Ketua Pusat Studi Bencana Alam Universitas Gadjah Mada Muhammad Anggri Setiawan mengungkapkan,
“Salah satu strategi penting dalam pengarusutamaan informasi kebencanaan adalah mempopulerkan isu-isu kebencanaan di tengah masyarakat. Hal ini perlu dilakukan dengan mempertimbangkan demografi, budaya, dan kebiasaan masyarakat setempat,” kata Anggri, Jumat (17/5).
Menurut dia, dengan memahami informasi kebencanaan yang relevan dengan konteks kehidupan mereka, masyarakat akan lebih siap dalam menghadapi dan mengurangi dampak negatif dari bencana. “Upaya ini diharapkan dapat membangun budaya tanggap bencana yang kuat dan menyeluruh di masyarakat,” pungkasnya.
Baca juga : Manusia Sebagai Penentu Katastrofe
Menyusul bencana banjir lahar hujan dan tanah longsor yang menerjang Sumatra Barat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan memperkuat sistem peringatan dini banjir lahar hujan dan tanah longsor atau 'galodo' di sekitar kawasan rawan bencana Gunungapi Marapi. Hal ini disampaikan oleh Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Suharyanto.
Galodo sendiri merupakan istilah yang dikenal oleh masyarakat Minangkabau berupa aliran sungai disertai dengan sedimen (pasir, kerikil, batu dan air) dalam satu paket/ unit dengan kecepatan tinggi atau air bah.
Suharyanto mengatakan pihaknya akan mendorong penguatan sistem peringatan dini bagi masyarakat khususnya yang berada tidak jauh dari kaki Gunungapi Marapi di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Agam. Nantinya, pembangunan sistem peringatan dini tersebut akan bekerjasama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Baca juga : Antisipasi Potensi Bencana, BPBD DKI Turunkan Tim Reaksi Cepat
"Segera buat sistem peringatan dini menggunakan kabel untuk mengukur tinggi muka air karena kan itu tidak mahal jadi bisa menggunakan hibah dan rehabilitasi atau dana siap pakai nanti kami akan terus mendampingi pemerintah daerah," kata Suharyanto.
Suharyanto juga menekankan pentingnya penguatan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana lahar hujan Gunung Api Marapi. Untuk itu, dirinya meminta agar pemerintah pusat dan daerah mengawal dan merealisasikan pembangunan sabo dam sebagai bagian dari infrastruktur mitigasi, memasang rambu zona bahaya, serta memasang alat pemantau curah hujan dan ketinggian muka air sungai.
"Mohon pembangunan sabo dam itu dikawal, tahun ini sampai tahun depan bisa 25 sabo dam bersama Kementerian PUPR, ini bagian dari infrastruktur mitigasi di aliran lahar dingin," tegas Suharyanto.
Penguatan kesiapsiagaan, mitigasi, dan peringatan dini tersebut merupakan bagian dari amanah UU Nomor 24 Tahun 2007, yang mana penanggulangan bencana meliputi upaya prabencana dan pascabencana. Tahap prabencana meliputi pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan dan peringatan dini. Di mana hal tersebut merupakan kunci guna mengurangi risiko bencana di masa mendatang termasuk upaya meminimalisir dampak korban jiwa. (Ata/Z-7)
Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat juga menyebabkan kejadian longsor di Desa/Kecamatan Subang
BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geosofika (BMKG) memprakirakan hujan akan terjadi di sejumlah daerah di Jawa Barat (Jabar) dalam sepekan ke depan.
Tanah longsor terjadi di Dusun Pahing, Desa Pamulihan, Kecamatan Subang, Selasa (14/11) dinihari.
Tanah longsor di wilayah itu dipicu tingginya intensitas curah hujan sejak Selasa (14/11) petang. Hujan berlangsung lama.
Sebuah tebing setinggi 70 meter longsor dan menimbun dua rumah.
Kabupaten Tasikmalaya berada di peringkat kedua kerawanan bencana terbanyak di Jawa Barat.
Tingginya curah hujan mengakibatkan debit air Sungai Ciwalen meluap. Kondisi itu mengakibatkan pondasi Jembatan Cibogo tergerus hingga akhirnya roboh
Rata-rata kerusakan terjadi pada bagian atap rumah karena terbawa angin kencang saat hujan deras melanda.
Kerusakan pada bagian atap terjadi di Pasar Hanggar Cokelat dan Pasar Rakyat Jabar Juara.
Persiapan sudah dilakukan, terutama melengkapi semua peralatan guna mempercepat evakuasi di titik lokasi bencana,
BMKG memperkirakan musim hujan datang merata di Garut pada akhir November.
Harus segera disiapkan langkah-langkah antisipatif demi meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi ancaman potensi berbagai jenis bencana.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved