Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Jemaah Haji Pengidap Diabetes Harus Cermat Jaga Kesehatan di Tanah Suci

Ihfa Firdausya
13/5/2024 21:35
Jemaah Haji Pengidap Diabetes Harus Cermat Jaga Kesehatan di Tanah Suci
Jamaah calon haji menunggu pemberangkatan ke Tanah Suci di Bandara Soekarno Hatta(Antara)

JEMAAH ibadah haji pengidap diabetes membutuhkan persiapan lebih. Pasalnya, sejumlah risiko mengintai dari aktivitas fisik yang panjang saat beribadah di Tanah Suci. Dokter spesialis penyakit dalam divisi Endokrin, Metabolik, dan Diabetes RS Cipto Mangunkusumo dr Farid Kurniawan, SpPD, PhD menyebut diabetes merupakan penyakit nomor 3 terbanyak yang diderita jemaah haji Indonesia.

Dari 2018 hingga 2023, katanya, diabetes masuk 5 besar penyakit yang menyebabkan jemaah haji dirawat di klinik kesehatan haji maupun di rumah sakit Arab Saudi. Karena itu, istithaah kesehatan penting dilakukan calon jemaah haji.

"Terkait diabetes, istitaah pada 2024 ini disyaratkan HbA1c kurang dari 8%. Kalau lebih dari 8% maka harus dilakukan evaluasi pengobatan," kata dr Farid dalam webinar bertajuk Perjalanan Haji Bagi Diabetesi, Sabtu (11/5).

Baca juga : Penderita Diabetes Harus Persiapkan Hal Ini sebelum Berangkat Haji!

Ia menjelaskan, HbA1c adalah rata-rata kadar gula darah dalam 3 bulan terakhir. Pemeriksaan HbA1c akan meminimalisasi risiko-risiko penderita diabetes saat menjalankan ibadah haji, termasuk memastikan obat apa saja yang harus dibawa.

Farid menyampaikan, jemaah haji pasien diabetes harus berhati-hati pada beberapa hal saat di Tanah Suci. Risiko-risiko yang harus diwaspadai antara lain luka pada kaki, dehidrasi, serangan panas (heat stroke), gula darah terlalu rendah atau terlalu tinggi, dan infeksi.

Untuk mengatasi atau mencegah risiko-risiko itu, harus ada persiapan khusus yang dilakukan oleh pasien diabetes sebelum berangkat haji. Pertama adalah konsultasi ke dokter untuk menanyakan persiapan apa saja yang harus dilakukan dan obat-obatan yang harus dibawa.

Baca juga : Jemaah Haji Diimbau tidak Bawa Barang Berlebihan

Kemudian untuk mencegah infeksi, jemaah haji diwajibkan melakukan vaksinasi dan membawa alat pelindung diri, antara lain masker, alkohol swab. Jangan lupa membawa alas kaki serta alat-alat perawatan kaki yang lain.

Hal penting lain yang harus dibawa adalah insulin. "Jumlah insulin harus dihitung kira-kira kalau untuk 40 hari di sana berapa banyak, baik untuk insulin pen maupun jarum insulinnya," kata dr Farid.

"Alat pengukur gula darah dengan jumlah strip dan lanset yang cukup, itu juga harus dihitung," imbuhnya.

Baca juga : 731 Calon Jemaah Haji Kota Batam Siap Berangkat

Ia juga menyarankan agar menyimpan insulin di dalam kulkas atau cooler bag. "Tetapi jangan sampai insulinnya membeku. Jangan disimpan di freezer, atau kalau di pesawat, insulin dibawa di tas yang ditenteng, bukan koper yang masuk bagasi supaya tidak beku," jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, perawat dari RS Cipto Mangunkusumo Ita Octavia Astuti, S.Kep menyampaikan bahwa kaki harus mendapat perhatian lebih dari jemaah pasien diabetes. Hal itu mengingat aktivitas berjalan yang panjang dari ibadah haji.

Sejak dalam pesawat, Ita menyarankan para jemaah untuk sering melakukan peregangan (streching) setiap dua jam. Hal itu diperlukan karena penerbangan yang lama dengan kondisi tubuh statis, kaki terlalu lama menggantung, hingga AC pesawat dingin.

Baca juga : 20 Perusahaan Katering Dikontrak Kemenag Layani Kebutuhan Konsumsi Jemaah Haji

"Secara keseluruhan stretching otot-otot tubuh, terlebih untuk penyandang diabetes, ada senam kaki. Boleh dicari di Youtube senam kaki diabetes. Bisa dilakukan di pesawat," katanya.

Sementara saat melakukan ibadah di Tanah Suci, pastikan pakai alas kaki yang nyaman dan aman. Alas kaki yang disarankan adalah yang empuk, teksturnya aman, dan tidak mudah mencederai. Jangan lupa pakai kaos kaki.

Ita juga menyarankan jemaah untuk selalu mengecek kakinya setelah beraktivitas. "Setelah tawaf dan sai, cek kaki, selonjoran, supaya melancarkan kembali peredaran darah di kaki," katanya.

"Sela-sela jari kaki coba dilihat, lembab tidak, ada benda asing gak. Karena pasien diabetes yang sudah mengalami gangguan rasa, sudah gak terasa nyeri lagi. Kadang sandal yang dipakai ketinggalan tapi tidak terasa. Makanya sendalnya harus ada talinya supaya tidak lepas," imbaunya.

Sementara itu, dietisien dari RS Cipto Mangunkusumo Lilik Fauziyah Ahmad, S.Si, T, RD menekankan pola makan yang harus teratur untuk menjaga gula darah tetap stabil. Kemudian hidrasi harus optimal.

"Minum cukup air putih untuk mencegah dehidrasi selama aktivitas ibadah. Ketika menjalankan ibadah haji, kita tidak merasa haus meskipun cuacanya sangat panas sehingga membuat para jemaah terutama yang lansia kadang-kadang tidak merasa haus akhirnya tidak minum," ujarnya.

Untuk itu, katanya, usahakan membawa tempat minum ke mana pun dan minum setiap 30 menit atau 1 jam sekali. "Hindari mengkonsumsi air dingin atau es. Biasanya jemaah haji Indonesia karena cuaca panas minum dingin, tapi dikhawatirkan timbul batuk atau ada masalah dengan tenggorokan," jelas Lilik.

Ia menyebut prinsip menu makanan sehat untuk jemaah haji pada dasarnya sama seperti orang yang sehat, yakni gizi seimbang. Pertama adalah makanan pokok tetapi tidak harus nasi. Kemudian buah dan sayur 3-5 porsi dalam satu hari.

Lalu asupan protein hewani atau nabati. Bisa juga ditambah susu. Sementara gula, garam, dan lemak lebih sedikit kebutuhannya.

"Diperbanyak sayuran dan buah. Misalnya di sana mendapatkan sayur agak sedikit, mungkin kita bisa maksimalkan untuk mengkonsumsi buah-buahan," katanya. (Z-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik