Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
IKATAN Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan agar orangtua baru memberikan paracetamol atau obat penurun panas saat suhu tubuh anak telah menyentuh atau melebihi 38 derajat celcius.
"Kalau soal demam, suhu normal itu 36,5 sampai 37,5 derajat ya. Pemberian paracetamol dapat diberikan ketika suhu anak pas 38 derajat Celcius ke atas atau anak sudah merasakan kondisi yang tidak nyaman," kata Dokter Spesialis Anak Melia Yunita, dikutip Selasa (7/5).
Menanggapi kapan waktu yang tepat untuk memberikan paracetamol pada anak, anggota IDAI itu menuturkan akan lebih baik bila orangtua menyalakan pendingin ruangan dan mengenakan baju yang berbahan tipis pada anak ketika demam dibandingkan terburu-buru memberi paracetamol.
Baca juga : Ini Tips Memberikan Obat Demam kepada Anak Agar Sesuai Dosis
Hal tersebut karena demam merupakan tanda yang dihasilkan tubuh ketika sedang melawan bakteri atau virus asing yang masuk ke dalam tubuh.
Usai melakukan kedua hal tersebut, Melia menyarankan agar orangtua tidak mengukur suhu tubuh anak dengan menggunakan telapak tangan. Tujuannya untuk meminimalisasi perburukan yang dapat terjadi pada kesehatan anak.
"Kalau mengukur suhu tubuh jangan pakai tangan, anak-anak kalau enggak bisa minum obat, kita minimalisir penyebabnya. Kalau misal dipegang dengan tangan hangat tapi kemudian (saat dicek) suhunya cuma 37 derajat, tunda dulu. Lebih baik kasih air minum saja," ucap dia.
Baca juga : Orangtua Diingatkan tidak Beri Obat Penurun Panas pada Anak yang Alami Demam Pascaimunisasi
Kalau demam anak tidak turun dan anak mulai merasakan keluhan buruk seperti pusing, hidung tersumbat dan batuk, orangtua bisa segera memberi paracetamol yang disesuaikan dengan takaran saji atau rekomendasi dokter.
Selama mengonsumsi paracetamol, orangtua yang melakukan konsultasi biasanya diberikan pilihan jenis obat seperti tablet, puyer dan obat sirop.
Guna memastikan obat dikonsumsi anak dengan baik, ia meminta orangtua untuk tidak mencampur obat dengan makanan atau minuman manis karena dapat menurunkan efektivitas.
Baca juga : Ini Beda Demam Biasa dengan Demam Tifoid
"Jangan kasih cokelat batang, obatnya kalah sama cokelat nanti. Paling bagus beri air putih saja ya. Orangtua suka cerita anak tidak mau minum air putih, jangan-jangan orang tuanya di rumah tidak mencontohkan dan minum yang lain, jadi jangan biasakan begitu. Kalau dibarengi minuman manis, mungkin hasilnya tidak kelihatan sekarang, tapi di kehidupan anak berpuluh tahun kemudian," papar Melia.
Melia menambahkan dengan meminumkan obat dengan air putih, efek obat dapat lebih terasa seperti demam anak turun dan dahak yang menyebabkan anak batuk bersifat lebih encer. Anak pun dapat merasa lebih nyaman untuk bergerak.
Di sisi lain, ia mengingatkan supaya orangtua tetap memperhatikan asupan gizi anak agar imunitas terjaga serta kebutuhan waktu istirahat mereka di samping pemberian paracetamol.
Pencegahan penularan melalui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di rumah juga sangat menunjang anak sembuh lebih cepat. Contohnya mencuci tangan usai beraktivitas dan memakai masker.
"Jangan sampai satu sakit, satu rumah ikut sakit. Kalau si kecil sudah diminta pakai masker tapi malas dan tidak mau, kita yang pakai agar tidak ada penularan di dalam rumah," pungkas Melia. (Ant/Z-1)
Berbicara kepada anak-anak tentang penyakit serius, seperti kanker bisa menjadi tantangan besar bagi orang tua.
Momen lebaran bukan hanya tentang kebahagiaan, tetapi juga kesempatan bagi anak-anak untuk belajar mengelola uang.
Artis, model, dan pembawa acara Dian Ayu Lestari membagikan tips liburan bersama anak-anak, termasuk memilih tempat yang cocok dan mempersiapkan peralatan penting.
Si kecil cenderung lebih mudah pilek dan batuk di musim hujan. Pengaruh cuaca pada perkembangan kuman menjadi salah satu penyebabnya.
Agar anak tidak stunting, upaya pencegahan perlu dilakukan sejak jauh hari, bahkan sebelum masa kehamilan.
Sebagian orang tua melarang anak bermain hujan. Padahal, bermain di tengah hujan memberi sejumlah manfaat buat anak.
Studi menunjukkan semakin banyak waktu yang dihabiskan remaja di media sosial, semakin besar kemungkinan mereka mengalami perundungan terkait berat badan.
Hasil survei baru menunjukkan banyak orangtua merasa stres saat menghadapi waktu makan anak-anak mereka.
Survei Ohio State University Wexner Medical Center menemukan sekitar 66% dari 1.005 orangtua merasa tuntutan menjadi orangtua membuat mereka merasa kesepian.
Untuk mencegah perilaku tantrum pada anak, perlu diterapkan komunikasi yang baik sejak dini dan orangtua harus menjadi contoh yang baik pada anak.
Yuks mengenal lebih dekat apa itu helicopter parenting dan dampaknya.
alah satu alasan anak mengalami tantrum yakni kesulitan mengekspresikan keinginannya
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved