Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PUSAT Kajian Hang Lekir menyelenggarakan acara bedah buku 79 Kisah di Balik Liputan Istana, Kamis (7/3). Angka 79 dipilih berdasarkan usia Republik Indonesia tahun ini.
Bertujuan untuk memperkenalkan 79 Kisah di Balik Liputan Istana kepada publik, bedah buku ini menghadirkan mantan wartawan Harian Kompas Maria Hartiningsih sebagai narasumber, juga wartawan Jakarta Post dan Tempo Debra Yatim sebagai Moderator.
Menguliti seluk-beluk istana bukan hanya dari perspektif politik. Begitulah cara paling jitu mendeskripsikan isi buku ini.
Baca juga : Bamsoet Apresiasi Buku News Maker, Satu Dasawarsa The Politician Senayan
Mantan wartawan Harian Kompas yang telah bertugas dari era Presiden Soeharto hingga Joko Widodo, J Osdar, yang ceritanya juga tertuang di dalam buku ini, menyatakan seharusnya istana terbuka lebar untuk masyarakat yang ingin bersuara.
“Istana harusnya seperti kantor kelurahan, mudah diakses rakyat yang ingin menyampaikan aspirasi dan persoalannya," ujar Osdar.
Pun demikian, tetap ada cerita-cerita yang tidak bisa diberitakan. Osdar mencontohkan ceritanya ketika memberitakan rencana perjalanan Presiden Soeharto. Dia kena marah karena seharusnya rencana tersebut tidak boleh disebarkan kepada publik. Namun, Osdar mengaku tidak gusar karena Istana Negara tidak pernah jadi mimpinya.
Baca juga : Gelar Diskusi Beasiswa Bersama Mahasiswa, Raja Juli: Kuliah Tiket Hidup
“Sebenarnya saya itu mau jadi wartawan olahraga, karena hobi basket, tapi malah jadi wartawan istana,” ungkap Osdar.
Yang membuat buku yang diterbitkan Penerbit Kompas ini unik adalah perbedaan gaya setiap Presiden.
Karena keputusan Presiden mempengaruhi nasib para wartawan Istana. Osdar mengatakan jika Istana di era Presiden Abdurrahman Wahid jauh dari kekangan protokoler, hal yang sama tidak bisa dikatakan di masa Orde Baru.
Baca juga : Diluncurkan, Kisah Lika-liku Hidup Jenderal Idealis HR Dharsono
“Di masa Soeharto ada litsus untuk melihat keturunan para wartawan Istana, bahkan untuk jadi wartawan Istana harus melewati tahap wawancara tiga hari,” ucapnya.
Editor dan penyusun rangkaian cerita buku 79 Kisah di Balik Istana, Elvy Yusanti, mengatakan salah satu tantangan terbesar dalam menyusun buku ini adalah ingatan.
Penggalian ingatan beberapa wartawan harus dilalui dalam waktu yang lama. Bahkan Elvy bercerita, beberapa cerita baru diterimanya menjelang deadline. Dia pun mengatakan jarang ada wartawan yang menulis buku harian untuk menceritakan keseharian dalam peliputan.
Baca juga : Inilah Buku Sejarah yang Mengupas Konflik Internal di Partai Politik
“Mungkin hal ini yang seharusnya dimiliki oleh wartawan,” ucap Elvy menjelaskan cara mempertahankan ingatan wartawan.
Di sisi lain, buku ini dikritik habis oleh Maria Hartiningsih. Istana, bagi Maria, adalah tempat yang penuh kemunafikan. Sebab, orang-orang di dalamnya tidak menunjukkan keadaan sebenarnya.
“Ketawa-tawa, senyum-senyum, padahal sebenarnya tidak seperti itu,” kecam Maria.
Baca juga : Di Gelaran IIBF 2021, Buku 'Legasi Pak Harto' Dibahas dan Dikupas
Kekurangan buku ini, menurutnya, semua cerita menunjukkan Istana secara baik dan tidak menyisakan tempat untuk kritisisme.
“Tidak ada cerita yang kritis kepada kepala negara, semuanya baik-baik saja,” kritiknya
Pun demikian, dia juga menjelaskan bahwa cerita-cerita ramah ini bagus untuk penjualan. Konten dalam buku ini, jelas Maria, ringan dan enak dibaca.
“Buku ini ringan dan tidak perlu dibaca dengan dahi berkerut,” pungkasnya. (Z-1)
Kegiatan bedah buku berjudul Pengaruh Asing dalam Kebijakan Nasional Studi Kasus Pengembangan Industri Pesawat Terbang diselenggarakan program studi Doktor Ilmu Politik Fisip Unas.
Ia berharapi anak muda Riau semakin banyak yang bisa berkuliah ke luar negeri.
Keberagaman Indonesia juga, menurut Prof Yudian menjadikan negara Indonesia sebagai negara terhebat dalam pendirian negara.
Anak yang diperlakukan dengan kekerasan oleh orang dewasa itu kemudian hari juga melakukan hal yang sama kepada tetangganya yang masih kecil
Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) menyelenggarakan acara Bedah Buku Perang Semesta Melawan Sindikat Penempatan Ilegal
Media Indonesia menggelar uji kompetensi wartawan (UKW) sesuai dengan standar Dewan Pers dengan mengusung tema Peran pers membangun Indonesia maju.
Sebelumnya, terjadi intimidasi terhadap sejumlah pewarta olehpolisi saat meliput demo buruh di depan gedung DPR RI, beberapa waktu lalu.
Balkoters, sebutan wartawan Balai Kota-DPRD, membagikan bantuan pangan, hand sanitizer, masker, sabun, hingga penyemprotan disinfektan di presroom Balai Kota-DPRD.
Hasilnya, Tubagus mengatakan korban negatif HIV.
Suwandi menilai anaknya tidak depresi dan tidak memperlihatkan rasa sedih sebelum meninggal.
Kejadian kecelakaan tunggal berawal saat korban sedang mengendarai sepeda motor Vespa bernomor polisi B 4134 KPH dari arah barat menuju timur.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved