Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
Dokter Spesialis Paru dari Rumah Sakit Kanker (RSK) Dharmais, Jakarta, Mariska Pangaribuan, mengugnkapkan perokok pasif memiliki risiko terkena kanker paru hingga empat kali lipat dibandingkan dengan orang yang tidak terpapar asap rokok sama sekali.
"Orang yang tidak merokok, tapi menghirup asap rokok, memiliki empat kali lipat risiko terkena kanker paru dibandingkan yang tidak merokok," ujar Mariska dalam diskusi daring di Jakarta, Kamis (29/2).
Ia mengatakan risiko kanker paru membesar menjadi 13 kali lipat pada perokok aktif, dibandingkan dengan orang yang tidak merokok sama sekali. Risiko penyakit itu bisa muncul lantaran asap rokok mengandung sekitar 4.000 senyawa kimia dan 400 zat berbahaya yang terhirup ke dalam jaringan epitel yang berada di paru-paru.
Baca juga : Belajar dari Perjuangan Kiki Fatmala Melawan Kanker: Pentingnya Hidup Sehat
"Ada 43 zat karsinogenik atau zat yang bisa menyebabkan kanker, yang apabila terhirup dapat menyebabkan perubahan DNA atau kerusakan DNA pada sel, yang pada ujungnya akan menyebabkan keganasan pada sel yang rusak tersebut," ungkapnya.
"Kalau merokok kan tidak cuma sekali. Itu bertahun-tahun. Sehari bisa satu bungkus, dua bungkus. Itu lama-lama, sel tadi tidak bisa kembali bagus lagi. Dia menjadi sel yang rusak dan menjadi sel yang anomali, menjadi sel yang ganas."
Sel ganas tersebut, kata Mariska, dapat membelah diri menjadi sel ganas yang lebih banyak lagi, sehingga kanker dapat menyebar ke organ tubuh lainnya. Untuk itu, ia menegaskan kepada masyarakat yang masih merokok untuk dapat berhenti dari kebiasaan tersebut.
Baca juga : Support System untuk Pasien Kanker Paru Jadi Kunci dalam Mempertahankan Kualitas Hidup
"Karena kebiasaan itu berbahaya, tidak hanya bagi diri sendiri, tapi juga orang lain," jelasnya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin telah menyatakan agar masyarakat melakukan skrining kanker, sehingga penyakit tersebut dapat diketahui sejak dini dan bisa disembuhkan.
"Pesan saya untuk masyarakat, jangan takut untuk skrining dan periksa kanker, karena itu masalah," kata Budi.
Menkes Budi menilai menunda-nunda pemeriksaan kanker justru akan menyebabkan penyakit kanker menjadi semakin parah, semakin kecil peluang kesembuhannya, serta semakin banyak menghabiskan biaya. (Ant/Z-11)
Para ilmuwan mengembangkan sistem kecerdasan buatan yang merevolusi imunoterapi kanker.
Menurut data GLOBOCAN 2022, Indonesia termasuk dalam 10 besar negara dengan jumlah kasus kanker ovarium tertinggi di dunia.
Penelitian terbaru menunjukkan kombinasi radioterapi dan imunoterapi dapat “membangunkan” tumor paru-paru yang sebelumnya kebal pengobatan.
Banyak tantangan yang dihadapi pasien kanker anak dan keluarga, terutama yang berasal dari latar belakang keluarga prasejahtera.
MENILAI prevalensi gangguan tidur di antara pasien kanker sangat penting untuk memahami gejala dan mengidentifikasi strategi manajemen yang tepat.
Louis Van Gaal pertama kali didiagnosis menderita kanker prostat pada 2020, tetapi memilih merahasiakan kondisinya itu dari publik dan pemain saat masih melatih Belanda pada Piala Dunia 2022.
Seorang pria 55 tahun mengalami pembengkakan menyakitkan pada jari dan jempol kaki yang ternyata gejala langka kanker paru metastatik.
Kanker paru-paru merupakan salah satu jenis kanker yang paling mematikan dan kerap terdeteksi pada stadium lanjut. Penyakit ini menyerang sistem pernapasan dan dapat menyebar ke organ vital.
Deteksi dini kanker paru dengan LDCT terbukti mengurangi angka kematian hingga 24%.
Pemeriksaan kanker yang termasuk dalam layanan CKG antara lain, kanker paru, usus, leher rahim, dan payudara pada orang dewasa.
Sebuah studi dari IARC menyatakan proporsi kanker paru-paru pada orang yang tidak pernah merokok semakin meningkat, dengan polusi udara sebagai salah satu faktor utama.
Diperlukan strategi yang memungkinkan deteksi dini, diagnosis yang akurat, dan pengobatan yang merata hingga ke daerah terpencil.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved