Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
SAAT ini, pandemi covid-19 telah menuju era endemi dengan tingkat penularan dan keparahan yang terkendali. Namun, kondisi endemi covid-19 harus tetap diwaspadai mengingat sifat virus corona yang mudah bermutasi dan berisiko timbulnya varian baru.
Vaksinasi adalah salah satu kunci pengendalian infeksi covid-19. Pada masa transmisi varian Delta dan Omicron, terjadi peningkatan kasus covid-19 anak di berbagai negara. Bahkan, WHO tetap merekomendasikan pemberian vaksinasi covid-19 pada anak.
Golongan usia anak merupakan golongan umur yang paling ringan saat terinfeksi covid-19. Salah satu penyebab hal tersebut adalah dampak dari vaksinasi rutin yang diterima anak sebelumnya. Vaksinasi rutin yang diterima anak dapat menguatkan sistem imun anak terhadap infeksi lain di luar target imunisasi yang dituju melalui mekanisme imunitas heterolog.
Baca juga : Pengemudi Ojek Daring Sebut Vaksin Modal Penting dalam Bekerja
Imunitas heterolog adalah kekebalan tambahan yang merupakan induksi respon imun oleh satu antigen terhadap antigen lain yang berbeda setelah ada pajanan dari antigen atau patogen tersebut.
Vaksinasi Difteri-Tetanus-Pertusis (DTP) adalah salah satu vaksin rutin yang telah lama direkomendasikan pada anak. Penelitian terdahulu memperlihatkan riwayat vaksinasi DTP berhubungan dengan rendahnya tingkat keparahan covid-19.
Bukti-bukti dari berbagai penelitian terdahulu menimbulkan hipotesis bahwa antigen vaksin DTP berpotensi memberikan kekebalan tambahan terhadap virus Corona.
Baca juga : Legislator Sebut Pemerintah Kerja Maksimal Tangani Pandemi
Dalam penelitian yang dilakukan Theresia Santi dalam disertasinya untuk Program Doktor Ilmu Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dia ingin mengetahui pengaruh pemberian vaksinasi DT ulangan pada anak yang mendapat vaksinasi covid-19 terhadap kekebalan tubuh anak melalui Kajian terhadap Antibodi Spike-Receptor Binding Domain dan Interferon Gama-Sel T Spesifik SARS-CoV-2 sehingga dapat diketahui pengaruh vaksinasi Difteri-Tetanus (DT) terhadap respons imun vaksinasi covid-19 pada anak usia 6–7 tahun.
Santi melakukan penelitian pada 154 anak usia 6–7 tahun dari 26 sekolah di wilayah kecamatan Senen, Jakarta Pusat, dengan pemeriksaan laboratorium di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Anak yang diikutsertakan dalam penelitian adalah anak sehat dengan status gizi normal, tanpa riwayat terkena covid-19 melalui wawancara dengan orangtua pasien, dengan status vaksinasi bervariasi.
Baca juga : AS Mulai Percobaan Pertama Vaksin Covid-19 pada Manusia
Dilakukan perbandingan antara kelompok anak yang sudah mendapat vaksinasi covid-19 dan sudah vaksin DT, dibanding yang sudah vaksin covid-19 namun belum vaksin DT. Diperiksakan kadar kekebalan terhadap covid-19 maupun terhadap difteri.
Hasil penelitian memperlihatkan adanya peningkatan kekebalan anak terhadap covid-19 pada anak yang telah diberikan vaksinasi DT sebelum pemberian vaksin covid-19.
Anak usia 6–7 tahun yang telah mendapat vaksinasi DT memiliki kadar kekebalan dua kali lipat terhadap covid-19, dibanding anak yang belum mendapat vaksinasi DT.
Baca juga : Kasus Covid-19 Naik, Kebijakan Vaksin Berbayar Per 1 Januari 2024 Tidak Pas
Pada penelitian ini juga didapatkan hanya dua per tiga anak yang memiliki kekebalan terhadap difteri, sehingga berisiko mengalami Kejadian Luar Biasa difteri di kemudian hari. Selain itu, penelitian ini juga mendapatkan data keinginan orangtua untuk vaksinasi covid-19 pada anak.
Sebanyak 67% orangtua menginginkan anak mendapat vaksinasi covid-19, walaupun saat ini ketersediaan vaksin covid-19 untuk anak masih terbatas.
Hasil penelitian memperlihatkan manfaat vaksin DT yang dapat diberikan sebelum vaksin covid-19 apabila program vaksinasi covid-19 akan dilanjutkan.
Baca juga : Kembali Tarik Retribusi Rusun, Pemprov DKI: Status Darurat Covid-19 Sudah Dicabut
Apabila masih terdapat keterbatasan vaksin covid-19, hasil penelitian ini juga dapat diimplementasikan untuk tetap meningkatkan program imunisasi DT ulangan untuk anak.
Vaksinasi DT kemungkinan memiliki kemampuan memicu proteksi terhadap infeksi SARS-CoV-2 bagi anak yang belum mendapat vaksin covid-19 karena dapat menjadi ajuvan pembentukan antibodi pada infeksi alamiah covid-19.
Direktur Indonesia Medical Education and Research Institute (IMERI) Prof Badriul Hegar Syarif, yang juga menjadi promotor disertasi tersebut menyampaikan, penelitian Santi sebagai mahasiswa program doktor Ilmu kedokteran FKUI memperlihatkan bahwa terdapat imunitas heterolog vaksinasi DT ulangan pada usia 6 tahun terhadap covid-19 dengan adanya perbedaan bermakna kadar antibodi humoral maupun seluler antara anak yang sudah mendapat vaksin DT booster dibanding yang belum.
Oleh karena itu, pesan Prof Badriul pada orangtua, lakukan imunisasi ulang DT harus dilakukan untuk mempertahankan imunitas anak terhadap Difteri dan Tetanus, sementara Imunisasi DT ulang yang diberikan sebelum imunisasi cCovid-19 sangat bermanfaat untuk meningkatkan kadar antibodi terhadap covid-19.
Prof Badriul juga mengingatkan bahwa pada keadaan tidak tersedia vaksin Covid-19 untuk anak, imunisasi ulangan DT juga sangat bermanfaat, karena akan meningkatkan antibodi covid-19 pada anak yang terinfeksi alamiah, meskipun tidak sebesar bila divaksinasi covid-19. (RO/Z-1)
Pengurus IDI, Iqbal Mochtar menilai bahwa kekhawatiran masyarakat terhadap vaksin berbasis Messenger Ribonucleic Acid (mRNA) untuk covid-19 merupakan hal yang wajar.
Teknologi vaksin mRNA, yang pernah menyelamatkan dunia dari pandemi covid-19, kini menghadapi ancaman.
Menteri Kesahatan AS Robert F. Kennedy Jr. membuat gebrakan besar dengan mencabut kontrak dan membatalkan pendanaan proyek vaksin berbasis teknologi mRNA, termasuk untuk covid-19.
PEMERINTAH Amerika Serikat membekukan dana sebesar 500 juta dolar AS yang dialokasikan untuk proyek vaksin mRNA produksi produsen bioteknologi CureVac dan mitranya, Ginkgo Bioworks.
Stratus (XFG), varian COVID-19 baru yang kini dominan di Indonesia, masuk daftar VOM WHO. Simak 5 hal penting menurut Prof. Tjandra Yoga Aditama.
LAPORAN terbaru Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa covid-19 XFG atau covid-19 varian stratus menjadi varian yang paling dominan di Indonesia.
Saat ibunya diimunisasi maka zat antibodi-nya akan bisa masuk melalui plasenta dan saluran tali pusar ke si bayi
Masalah stunting di Indonesia belum kunjung reda. Namun, infeksi tersembunyi seperti Respiratory Syncytial Virus (RSV) ternyata bisa memicu lahirnya bayi stunting.
Hepatitis B merupakan infeksi virus yang menyerang hati dan dapat bersifat akut maupun kronis.
Vaksin memiliki beragam manfaat, antara lain untuk melindungi anak dari berbagai macam penyakit berbahaya seperti polio serta mencegah komplikasi berat yang dapat menyebabkan kecacatan.
Vaksin HPV yang selama ini dikenal sebagai perlindungan utama terhadap kanker serviks pada perempuan, kini direkomendasikan juga untuk anak laki-lak
Akses layanan imunisasi yang terbatas, pasokan vaksin yang terganggu, konflik, situasi kemanusiaan yang sulit menjadi faktot bayi belum diimunisasi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved