Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
Psikolog klinis anak dan remaja dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (UI), Vera Itabiliana Hadiwidjojo, melihat tawuran sebagai bagian dari kenakalan remaja semakin menjadi fenomena rutin dengan alasan yang relatif sama sejak dulu hingga sekarang.
"Ini semakin menjadi fenomena rutin dengan keparahan yang semakin mengerikan," ujar Vera melalui keterangan tertulis, Minggu (18/2).
Menurut Vera, ada dua faktor yang menjadi alasan para remaja melakukan tawuran, yakni internal dan eksternal. Faktor internal, jelasnya, adalah fungsi otak yang belum optimal dari remaja membuat mereka kurang dapat memikirkan konsekuensi jangka panjang. Mereka juga masih didominasi emosi dalam berperilaku atau mengambil keputusan.
Baca juga : Dua Warga Menteng Dibacok Remaja di Belakang SMP 8 Menteng
"Remaja ingin merasa menjadi bagian dari satu kelompok dan jika merasa diterima oleh kelompok tersebut maka remaja akan cenderung mengikuti nilai dari kelompok tersebut termasuk jika nilainya mengandung kekerasan," terangnya.
Sementara dari faktor eksternal, Vera mengatakan itu dipengaruhi tradisi tawuran di sekolah dan lingkungan. Sekolah yang dekat dengan lingkungan yang berisiko kekerasan, seperti pasar, terminal, tongkrongan geng, menjadi alasan para remaja melakukan tawuran.
Alasan eksternal lainnya termasuk tidak ada pengamanan atau pencegahan di lingkungan dan tidak ada wadah yang dapat menyalurkan energi mereka.
Baca juga : Kekerasan Anak Muncul dari Pola Asuh yang Rusak
Berbicara fenomena tawuran remaja masa kini, Vera menyoroti adanya peran media sosial yang dapat mengakomodir kebutuhan mereka, salah satunya menjadi perhatian banyak orang.
"Media sosial menjadi alat yang dapat mengakomodir kebutuhan remaja yang cenderung suka sensasi, ingin dianggap berani, rebel serta keren dan menjadi perhatian orang banyak," ungkapnya.
Awal tahun ini, tawuran remaja di Jakarta melibatkan massa yang terbagi dari dua kelompok di kolong jembatan layang (fylover) Pasar Rebo, Ciracas, Jakarta Timur. Mereka menggunakan senjata tajam seperti celurit dan parang saling menyerang sehingga menyebabkan seseorang terluka parah di bagian pergelangan tangannya.
Baca juga : Cegah Tawuran Saat Ramadan, Gerai Indomaret Diminta Batasi Jam Operasional
Polisi mengatakan media sosial (medsos) menjadi alat komunikasi untuk melakukan janji untuk bertemu. Polisi telah beberapa kali menggagalkan rencana tawuran, salah satunya pada Minggu (11/2). Saat itu, polisi menangkap delapan remaja bersenjata tajam yang hendak tawuran di Jalan Cengkareng Barat, Cengkareng, Jakarta Barat. (Ant/Z-11)
Melalui pembaruan fitur Pelibatan Keluarga, TikTok berupaya agar orangtua dan wali dapat lebih terlibat dalam mendampingi pengalaman digital anak remaja mereka
Anak dan remaja membutuhkan ruang yang aman dan suportif untuk menyalurkan tekanan emosional yang mereka rasakan, terutama pada masa transisi seperti awal tahun ajaran baru.
Keterlibatan remaja sejak awal menjadi fondasi utama Gerakan RAW termasuk dalam merumuskan nama, nilai, dan arah strategis yang mencerminkan suara dan kebutuhan mereka.
Kasus diabetes pada anak muda makin meningkat akibat pola makan buruk dan gaya hidup pasif. Kenali penyebab, dampak, dan cara pencegahannya sejak dini.
Banyak orang tua lupa memeriksakan kesehatan remaja secara rutin. Padahal, masa remaja rentan terhadap masalah pubertas
3 masalah mental remaja: identitas diri, emosi, dan sosial. Peran orang tua krusial dalam masa tumbuh kembang usia 10–18 tahun.
Pendekatan sekolah terhadap siswa pada hari pertama bisa menjadi penentu bagaimana anak akan menjalani proses pendidikan selanjutnya.
"Kalau sudah di atas 7 tahun itu sebenarnya sudah tidak boleh (saat mandi) ditengok-tengok lagi, apalagi sama orangtua yang beda gender, karena menghormati anak juga,"
Perilaku menyimpang tidak semata-mata merupakan bentuk kenakalan, melainkan "sinyal" dari ketidakseimbangan dalam ekosistem kehidupan anak.
Meskipun pertanyaan soal kapan hamil terlihat sederhana, tetapi tidak bisa dipungkiri ada beberapa perempuan yang tersinggung. Ini cara menanggapinya menurut psikolog.
Orang yang melakukan flexing biasanya ingin terlihat sukses dari apa yang dia miliki untuk membangun citra orang terhadap dirinya atau agar dia mendapat pengakuan dari komunitasnya.
SEJUMLAH anak tampak kerap memegang genital atau alat kelaminnya sehingga tak jarang orangtua merasa khawatir melihat kebiasaan tersebut. Ini penyebabnya kata psikolog.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved