Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Banyaknya aksi kekerasan yang dilakukan anak atau remaja akhir-akhir ini bukanlah fenomena random yang terjadi begitu saja. Kejahatan itu terjadi karena buruknya pola asuh orang tua pada masa kini.
"Anak itu menjadi kasar karena kurang diasuh orang tuanya. Kasar karena orang tuanya suka mengucapkan kata kasar, melihat orang tuanya kasar. Itu psikologi anak," ujar rektor Institut Agama Islam Hamzanwadi (IAIH) NWDI Pancor Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi melalui keterangan tertulis, Kamis (27/4).
TGB melanjutkan bila merujuk dari apa yang disampaikan oleh Ulama Syeikh Abdul Jailani, itu termasuk dari penyakit kehidupan. Penyakit kehidupan, lanjutnya, muncul tiga perkara, yaitu tabiat yang rusak, kebiasaan yang ditetapkan, dan pertemanan yang buruk.
Baca juga: Anak AG Divonis 3,5 Tahun Penjara, Apa Kata Jaksa?
"Ini adalah bagian dari tabiat yang rusak dan itu adalah hal yang haram. Psikologi barat memang tidak menyampaikan ini, tetapi dalam Islam aspek ini kuat," jelasnya.
Hal tersebut disampaikan TGB sebagai respons dari fenomena anak muda yang menganiaya pemuda lain hingga koma. Bahkan sempat menggegerkan satu Indonesia.
Baca juga: Penganiayaan oleh Anak Perwira Polda Sumut, CCTV Rumah Rusak
Bahkan, baru-baru ini, muncul kasus terbaru yang hampir sama. Lebih parahnya, ayah pelaku yang merupakan perwira polisi hanya menonton tanpa melerai.
Anak harus memahami dan menghargai diri dan lingkungan serta mengetahui konsekuensi hukum dan akibat dari kekerasan/perundungan.
Selain itu, anak-anak juga perlu dilatih untuk berani bersuara terhadap berbagai hal negatif yang dialaminya, misalnya dari tindak kekerasan.
Kasus KDRT cukup banyak dialami oleh pasangan, baik yang masih dalam status pacaran maupun menikah
Dinas Pendidikan Pemkab Sumedang bertekad Meminimalkan terjadinya kasus-kasus kekerasan terhadap anak, utamanya di lingkungan sekolah.
Saat demonstrasi hari Kamis (22/8) misalnya, korban yang sempat dievakuasi ke kampus Unisba mencapai 16 orang.
Seorang perempuan berusia 30-an menderita luka ringan tetapi tidak memerlukan perawatan apa pun.
Upaya mencegah terjadinya kenakalan remaja di kalangan pelajar perlu dilakukan dengan menanamkan pendidikan karakter. Sasarannya kalangan pelajar SD, SMP, maupun SMA/SMK.
Beberapa faktor penyebab merebaknya kenakalan remaja karena butuh pengakuan dari geng jalanan hingga faktoe ekonomi
Kombes Sambodo Purnomo Yogo mengatakan hal tersebut tidak dibenarkan. Ia menilai dengan meninggalnya korban, sang supir bisa terbebas menjadi tersangka.
Para remaja itu diketahui hanya lari-lari sambil mengacungkan senjata tajam untuk membuat konten di media sosial.
Sejumlah kegiatan untuk mengurangi kejahatan jalanan sudah dilakukan. Beberapa program sudah ada yang berjalan.
Kepolisian Sektor Sukaraja, Polres Bogor, tangkap tiga orang remaja yang menggelar aksi perang sarung dengan membawa senjata tajam di Desa Pasirlaja.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved