Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
PADA 2023, penderita HIV di Indonesia diperkirakan ada sebanyak 515.455 orang. Karenanya, butuh penanganan masif untuk terus menurunkan kasus HIV di Indonesia.
Dikatakan oleh Kepala Tim kerja HIV/AIDS Kementerian Kesehatan Endang Lukitosari, salah satu kunci dari pemutusan mata rantai HIV ialah dengan melakukan pencegahan pada ibu hamil. Pasalnya, risiko penularan HIV dari ibu hamil terjadi sekitar 20-45%.
“Namun, belum semua ibu hamil melakukan screening HIV. Dari yang discrening terdapat 0,3% positif HIV dan baru 46,3% memulai ARV,” kata Endang dalam acara Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (13/12).
Baca juga : Mengenal Komplikasi Infeksi HIV pada Sistem Saraf
Ia mengakui, masih banyak hambatan yang ditemui dalam penanganan HIV. Selain screening yang rendah, masalah stigma dan diskriminasi masih ada.
Tidak hanya stigma diskriminasi di kalangan masyrakat dan tenaga kesehaan tapi juga cukup besar stigma yang ada di dalam internal dari ODHIV.
Baca juga : Penanganan HIV dan AIDS Perlu Dilakukan Secara Bersama
“Ini menyebabkan semakin banyak yang takut untuk berobat mencari pengobatan dan masih banyak isu HIV dan belum ada obat yang mampu mempertahankan, hal-hal seperti itu menjadi hambatan untuk kita mencapai indikator dan target yang ditetapkan,” bebernya.
Problem lainnya ialah baru 40% ODHIV yang kemudian melakukan pengobatan ARV. Padahal targetnya ialah 95%.
“Hambatan terbesar adalah tidak melanjutkan pengobatan karena banyak faktor, salah satunya merasa tidak sakit, terutama di awal-awal stadium karena tidak menunjukkan gejala sakit sehingga merasa sehat, tidak lanjut atau malu kemudian juga menghentikan karena harus setiap bulan ambil obat dan lain sebagainya,” beber dia.
Padahal, ODHIV yang minum obat teratur bisa tidak menularkan lagi ke orang lain dan virusnya tidak terdeteksi lagi. Dalam waktu tiga bulan minum obat ARV, 90% virus dalam tubuh penderita HIV sudah bisa tersurpresi.
“Ini yang belum diketahui banyak pihak bahwa virus HIV bisa dikendalikan dan tidak menularkan lagi,” beber dia.
Adapun, ia menjelaskan bahwa kasus HIV, khususnya pada anak tidak berdiri sendiri. Pada anak, kasus HIV berkaitan erat dengan infeksi pada ibu hamil. Karenanya, penting untuk skrining HIV pada ibu hamil.
“Penangaan HIV pada anak membutuhkan pendekatan komperhensif seperti imunisasi, pencegahan IO, nutrisi, ARV, dan PASI,” ucap dia.
Sebenarnya, lanjut dia, keberhasilan sudah bisa kita lihat dari adanya penurunan insiden kasus baru, tapi belum sebanyak yang kita harapkan penurunannya. Pada 2010, kasus HIV di Indonesia berada di angka 48.487 kasus. Lalu pada 2020 turun menjadi 27.580 kasus dan pada 2030 diharapkan kasus menurun jadi 21.270 kasus.
“Harapannya dengan screening yang lebih masif, ada kelompok kunci dan khusus dan termasuk ibu hamil bisa menurunkan insiden kasus baru ini,” beber dia.
Adapun, Kemenkes memasang target hingga 2030 agar 95% kasus bisa dicegah, 95% ODHIV mengetahui statusnya, 95% ODHIV melakukan pengobatan, 95% virus ODHIV bisa dihilangkan oleh ARV, 95% pemutusan mata rantai penularan HIV, 95% perempuan punya akses untuk HIV dan kesehatan reproduksi serta 90% ODHIV dan orang yang berisiko mempunyai akses untuk layanan terintegrasi.
“Untuk mencapai taret tersebut butuh dukungan kebijakan kementerian/lembaga dan dukungan penemuan kasus, sosialisasi dan advokasi oleh pemerintah daerah. Itu sangat dibutuhkan.
Nurul Saadah Andriani dari Yayasan Sentra Advokasi Perempuan, Difabel dan Anak mengungkapkan, perlu edukasi yang masif terkait dengan mencegah HIV/AIDS pada ibu hamil.
“Sering kali perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga dalam kondisi hamil, apakah mereka punya hak mengontrol dirinya sendiri atas organ reproduksinya dan berpikir untuk tidak menularkan kepada pihak lain dan mengontrol aktivitas seksualnya,” beber dia. (Z-5)
Penelitian menunjukkan ibu-ibu di Indonesia lebih dari 30%-40% anemia yang berdampak pada lemahnya imunitas tubuh.
Saat ibunya diimunisasi maka zat antibodi-nya akan bisa masuk melalui plasenta dan saluran tali pusar ke si bayi
Masalah stunting di Indonesia belum kunjung reda. Namun, infeksi tersembunyi seperti Respiratory Syncytial Virus (RSV) ternyata bisa memicu lahirnya bayi stunting.
Pajanan rokok pada ibu hamil berdampak risiko stunting seperti kelahiran bayi dengan berat badan rendah (BBLR) hingga zat berbahaya yang dapat menghambat pertumbuhan janin.
Mengonsumsi makanan seperti ikan yang kaya omega-3 dapat membantu perkembangan otak dan mata janin.
Rokok tidak hanya berbahaya bagi kesehatan para perokok, tetapi juga bagi kesehatan orang-orang di sekeliling mereka.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melontarkan kecaman keras atas insiden kekerasan yang menimpa dr. Syahpri Putra Wangsa, Sp.PD, di RSUD Sekayu
Kemenkes menegaskan pentingnya kerja sama lintas sektor untuk mempercepat penanggulangan DBD yang setiap tahun masih menjadi ancaman kesehatan masyarakat.
Kemenkes mengatakan bahwa program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di Sekolah akan digelar setiap setahun sekali, yang bertepatan dengan tahun ajaran baru sekolah.
Paparan polusi udara berisiko menyebabkan asma, ISPA, penyakit kardiovaskular, penyakit paru sampai dengan resisten insulin pada kelompok usia muda seperti anak-anak dan remaja.
Kemenkes menyebut total kasus covid-19 dari Minggu ke-1 hingga Minggu ke-30 tahun 2025 sebanyak 291 kasus
Menurut data Kementerian Kesehatan, 75% kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit tidak menular (PTM), serangan jantung dan strok.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved