Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

HI Unas Gandeng FPCI Bahas Indonesia-Kanada sebagai Entrepreneurial State

Media Indonesia
26/11/2023 21:49
HI Unas Gandeng FPCI Bahas Indonesia-Kanada sebagai Entrepreneurial State
Ketua Program Studi Hubungan Internasional Unas Harry Darmawan S Hum MSi memberikan sambutan dalam acara public lecture, di Unas, Jakarta.(Ist)

INDONESIA dan Kanada merupakan dua negara yang memiliki kesamaan dalam hal entrepreneurial state, terutama sebagai anggota G20. Indonesia bahkan tengah gencar mencetak wirausaha unggul dan inovatif untuk bisa menjadi negara maju.

Dengan kesamaan sebagai entrepreneurial state, program studi Hubungan Internasional (HI) Fisip Universitas Nasional (Unas) bekerja sama dengan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) menyelenggarakan public lecture (kuliah umum) bertema Canada and Indonesia as entrepreneurial states: The G20 and beyond, di Unas, Jakarta.

Baca juga: Indonesia-Canada CEPA Diharapkan Rampung Akhir 2024

Hadir pembicara asal Kanada yakni, Prof Andrew F Cooper yang merupakan Professor of Balsillie School of International Affairs, University of Waterloo, dengan Dr Irma Indrayani MSi sebagai moderator.

Ketua Program Studi HI Fisip Unas Harry Darmawan S Hum M Si menyampaikan kegiatan public lecture ini merupakan kerja sama antara program studi HI Fisip Unas dan FPCI dengan harapan dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas mahasiswa terutama mahasiswa program studi HI.

“Dalam hal ini meningkatkan kapasitas dan kapabilitas para mahasiswa terkait kekuatan kewirausahaan kedua negara,” ungkap Harry, melalui keterangan tertulis, Minggu (26/11).

Baca juga: Resmi jadi Mitra Strategis ASEAN, Kanada Tawarkan Kerja sama untuk Ketahanan Pangan

Dia menjelaskan ada 8 isu yang dibahas pada public lecture itu antara lain perbedaan dan persamaan kedua negara seperti kondisi demografis, posisi global, sumber daya utama produsen/eksportir mineral, risiko sumber daya, kehutanan, serta kesamaan dunia memandang Indonesia dan Kanada sebagai entrepreneurial states.

Pada kesempatan itu, Prof Andrew menyampaikan model kekuatan menengah kurang cocok membandingkan Indonesia dan Kanada. Hal menarik dalam konteks ini adalah masing-masing memiliki kepentingan nasional serta tujuan berbeda.

"Namun perbedaan itu tidak boleh dibesar-besarkan, lantaran keduanya mendukung ketertiban dan aturan internasional. G20 memberikan ikatan untuk fokus pada ambisi kekuatan menengah jadi kekuatan negara besar, meski diimplementasikan dengan karakteristik nasional berbeda," tutup Andrew. (RO/S-2)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sidik Pramono
Berita Lainnya