Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
Narkoba secara umum dapat memberikan dampak pada sistem saraf pusat, memodifikasi persepsi, suasana hati, dan perilaku individu yang mengonsumsinya. Ketika narkoba dimasukkan ke dalam tubuh manusia, baik melalui konsumsi oral, inhalasi, atau penyuntikan, zat-zat di dalamnya memiliki kemampuan untuk mengubah pikiran, suasana hati, perasaan, dan tingkah laku seseorang.
Meskipun bagi sebagian orang, narkoba mungkin memberikan efek penenang atau hiburan sesaat, namun dampak jangka panjangnya dapat menjadi serius dan berpotensi menimbulkan ketergantungan sehingga memicu bahaya bagi para penggunanya.
Adiksi fisik dan psikologis adalah konsekuensi yang sering terkait dengan penggunaan narkoba secara berkelanjutan. Kondisi ini menciptakan kebutuhan yang terus-menerus untuk mengonsumsi zat-zat tersebut guna menjaga keseimbangan fisik dan psikologis tubuh. Pada dasarnya, narkoba adalah jenis obat-obatan yang seharusnya digunakan dalam konteks medis untuk tujuan tertentu, seperti untuk anestesi atau sebagai bagian dari perawatan penyakit tertentu.
Baca juga: Kenali Jenis Narkoba untuk Antisipasi dan Memahami Risikonya
Inilah dampak buruk narkoba bagi kesehatan:
1. Penurunan fungsi otak dan gangguan mental akibat penggunaan narkoba
Menurut jurnal ilmiah berjudul "Cognitive function during early abstinence from opioid dependence: a comparison to age, gender, and verbal intelligence matched controls" di BMC Psychiatry, narkoba dapat memberikan dampak negatif pada fungsi otak dan kesehatan mental seseorang. Zat-zat narkotika yang masuk ke dalam tubuh mampu mengubah neurotransmiter di otak, menghambat komunikasi normal antara sel-sel saraf, dan ini menjadi pemicu munculnya berbagai gangguan mental seperti depresi, kecemasan, dan gangguan bipolar. Selain itu, penggunaan narkoba dalam jangka panjang dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif, mengganggu kemampuan belajar, dan merusak kemampuan berpikir jernih.
2. Kerusakan fisik pada tubuh karena penggunaan narkoba
Akibat penggunaan narkoba dalam jangka panjang, tubuh dapat mengalami kerusakan fisik yang serius. Contohnya, penggunaan narkoba seperti heroin atau kokain dapat merusak organ internal, seperti hati, ginjal, dan paru-paru. Efek narkoba juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, gangguan pernapasan, serta mengakibatkan penurunan sistem kekebalan tubuh, membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit.
Baca juga: BNN dan UNODC Cegah Penyelundupan Narkoba di Wilayah Perbatasan
3. Kecanduan dan gangguan perilaku akibat narkoba
Dampak serius dari penggunaan narkoba adalah risiko kecanduan. Zat narkotika dapat menyebabkan perubahan kimia dalam otak, memicu kondisi kecanduan yang sulit untuk dihentikan. Kecanduan ini dapat menyebabkan gangguan perilaku, seperti perubahan kepribadian, kehilangan kendali diri, dan peningkatan risiko terlibat dalam perilaku kriminal.
4. Dampak sosial dan ekonomi
Penggunaan narkoba tidak hanya memengaruhi kesehatan individu, tetapi juga memiliki dampak serius pada aspek sosial dan ekonomi. Penggunaan narkoba dapat merusak hubungan personal, menyebabkan isolasi sosial, dan mengganggu stabilitas keluarga. Selain itu, biaya pengobatan dan rehabilitasi bagi individu yang terjerat narkoba dapat memberikan beban ekonomi yang besar bagi diri mereka dan keluarga. Bila perilaku ini menyebar secara massal, dapat menjadi sumber gangguan keamanan dan finansial bagi masyarakat dan negara.
5. Risiko overdosis dan kematian akibat narkoba
Risiko overdosis merupakan ancaman nyata bagi para pengguna narkoba. Menurut jurnal ilmiah berjudul "Causes of death among people who used illicit opioids in England, 2001–18: a matched cohort study" dalam The Lancet Public Health, peningkatan toleransi terhadap narkoba membuat pengguna cenderung menggunakan dosis yang lebih tinggi, meningkatkan risiko overdosis. Overdosis narkoba dapat menyebabkan kerusakan organ yang parah, kegagalan pernapasan, bahkan kematian. Kombinasi zat-zat yang tidak terkontrol dalam narkoba ilegal juga meningkatkan risiko overdosis yang tidak terduga.
6. Kerusakan pada ginjal
Penggunaan narkoba dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, khususnya jenis kokain dan ekstasi. Berdasarkan jurnal "Cocaine Hurts Your Kidneys Too: A Rare Case of Acute Interstitial Nephritis Caused by Cocaine Abuse" di Cureus, toksisitas kokain dapat menyebabkan cedera ginjal akut. Penggunaan narkoba jenis kokain, terutama dalam jumlah besar dan secara kronis, dapat merusak jaringan otot dan masuk ke dalam aliran darah, yang dapat menyebabkan gagal ginjal.
7. Risiko gagal jantung
Menurut studi di The American Journal of Medicine yang berjudul "The Impact of Substance Abuse on Heart Failure Hospitalizations," penggunaan narkoba dapat meningkatkan risiko gagal jantung. Penyalahgunaan narkoba dapat menjadi penyebab utama orang mengunjungi rumah sakit karena mengalami gagal jantung. Penggunaan kokain juga dapat meningkatkan risiko gangguan irama jantung, penurunan aliran darah koroner, dan penyempitan diameter arteri koroner.
8. Meningkatkan risiko infeksi penyakit menular
Penggunaan narkoba, terutama melalui penyuntikan, berkontribusi pada 1 dari 10 kasus HIV. Selain itu, narkoba suntik juga menjadi faktor penyebaran hepatitis C. Namun, narkoba juga berisiko mendorong perilaku seksual berisiko, seperti hubungan seks tanpa kondom.
9. Gangguan gastrointestinal
Penggunaan narkoba juga dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal atau pencernaan. Berbagai masalah pencernaan, seperti mual, sembelit kronis, muntah, sakit perut, GERD, hingga kerusakan pada kerongkongan, dapat terjadi akibat narkoba. Penggunaan kokain dan metamfetamin bahkan dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal parah, seperti vasospasme arteri mesenterika, yang dapat menyebabkan kolitis iskemik dan kematian jaringan usus.
10. Pemicu psikosis
Penggunaan narkoba dapat memicu psikosis, kondisi yang membuat pengidapnya sulit membedakan imajinasi dan kenyataan. Psikosis dapat menyebabkan halusinasi, seperti melihat atau mendengar hal-hal yang sebenarnya tidak ada. Meski sebagian besar kasus psikosis tidak langsung terkait dengan penggunaan narkoba, pengaruh narkoba dapat memperburuk masalah mental yang sudah ada.
11. Meningkatkan risiko keinginan bunuh diri
Penggunaan narkoba dapat memiliki efek yang tidak terduga pada suasana hati, membuat pengguna lebih impulsif, dan meningkatkan risiko keinginan bunuh diri. Efek narkoba juga dapat memperburuk masalah mental yang mungkin sudah ada pada individu pengguna.
Namun, penyalahgunaan narkoba sering kali terjadi, di mana beberapa kalangan menggunakan obat-obatan tersebut dengan maksud yang tidak sesuai dengan petunjuk medis. Jenis-jenis narkoba yang ada memiliki efek dan gejala yang berbeda-beda, dan perlu dicatat dengan tegas bahwa narkoba seharusnya tidak digunakan untuk disalahgunakan. Penggunaan narkoba yang tidak bertanggung jawab dapat mengakibatkan dampak serius pada kesehatan, hubungan sosial, dan kesejahteraan umum seseorang.
Salah satu pengungkapan besar ialah membongkar jaringan Meidi yang menyelundupkan sabu dari Aceh ke Jambi dengan truk.
BNN dan TNI AL berhasil mencatatkan sejarah dalam penindakan narkoba terbesar yakni 2 ton sabu (metamfetamina) dari sebuah kapal motor di Perairan Karimun Anak.
Pil ekstasi sebanyak 1.162 butir disita Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya dari seorang pria berinisial JS di Penjaringan, Jakarta Utara.
Bea Cukai Soekarno-Hatta bersama Polres Bandara menggagalkan penyelundupan cartidge vape berisi etomidate oleh sindikat narkotika, melibatkan empat tersangka.
Polda Metro Jaya membongkar peredaran narkotika jaringan internasional yang diduga berasal dari Malaysia. Narkotika jenis sabu dengan total berat 3 kilogram (kg) berhasil diamankan polisi.
Operasi gabungan Bea Cukai dan Bareskrim Polri berhasil menggagalkan upaya penyelundupan 192 bungkus narkotika jenis sabu di wilayah Bireuen, Aceh.
DUA pria di Kabupaten Aceh Timur, Aceh, yang terlibat dalam sindikat penyelundupan narkoba ditangkap Tim Direktorat Tindak Pidana Narkoba (Ditpidnarkoba) Bareskrim Polri.
Kedua tersangka mengakui kepemilikan barang-barang tersebut dan langsung dibawa ke Mapolres Pesisir Selatan untuk proses penyidikan lebih lanjut.
Sepanjang April-Mei 2025 Kepolisian Daerah (Polda) Kalsel berhasil menangani 239 kasus kejahatan narkoba dengan barak bukti disita mencapai 54,8 kilogram sabu dan 10.355 ekstasi.
Oknum petugas yang bertugas di Polda Kalteng tersebut diduga mengetahui dan membantu aktivitas istrinya dalam peredaran sabu di Wilayah Kecamatan Timpah, Kabupaten Kapuas.
Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya menangkap seorang pria berinisial DP, berusia 27 tahun. ia kedapatan membawa 5,6 kilogram (kg) sabu dan 5.020 butir ekstasi di Depok, Jawa Barat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved