Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Penelitian Dampak Mikroplastik di Udara terhadap Kesehatan Perlu Digencarkan

Atalya Puspa
06/10/2023 11:34
Penelitian Dampak Mikroplastik di Udara terhadap Kesehatan Perlu Digencarkan
Ilustrasi mikroplastik(AFP)

Penelitian mengenai dampak mikroplastik di udara terhadap kesehatan perlu digencarkan. Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan ada empat hal yang perlu diteliti mengenai hal itu.

Pertama, apakah ada kemungkinan dampak jangka panjang seperti asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), fibrosis paru, emifesma dan lain sebagainya.

“Lalu bagaimana dampak nano mikroplastik yang dari paru mungkin menyebar melalui peredaran darah. Apakah karena masuk ke peredaran darah dapat menimbulkan dampak pada organ lain selain paru?” tutur Tjandra dalam keterangan resmi, Jumat (6/10).

Selain itu, bagaimana dan berapa lama mekanisme pernapasan membersihkan diri dari polusi mikroplastik itu. Tjandra melanjutkan, mikroplastik di udara telah dilaporkan di berbagai negara seperti Tiongkok, Inggris dan Jepang. Namun, hingga kini Indonesia masih belum memiliki data terkait hal itu.

Ia membeberkan bahwa mikroplastik merupakan bagian dari polusi, baik di air, yang dapat terminum atau termakan maupun di udara yang dapat terhirup masuk ke saluran napas dan paru.

“Data ilmiah jelas menunjukkan ditemukannya mikroplastik pada dahak dan bahkan jaringan paru manusia. Ini karena ukuran partikelnya kecil sehingga dapat masuk jauh ke dalam paru-paru,” beber dia.

Ia menjabarkan, bentuk dan konsentrasi pencemaran udara akibat mikroplastik dapat dipengaruhi oleh gaya hidup masyarakat, aktivitas antorpogenik dan situasi meterologi setempat.

“Harus diakui bahwa penelitian dampak kesehatan paru akibat mikroplastik masih amat terbatas, sehingga jenis penyakit pasti masih belum dapat ditentukan,” ujarnya.

Namun, menurut Tjandra, ada lima mekanisme kerusakan dalam paru yang dapat terjadi, yakni peradangan, sitotoksitas, disfungsi barier epitel, redox imbalance dan kemungkinan efek sinergi dengan alergen secara umum. (Z-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya