Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
KEPALA Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, kondisi kekeringan masih berpotensi terjadi pada awal Oktober 2023. Hal ini dikatakan dapat mempersulit upaya penanganan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di beberapa wilayah Indonesia.
“Perlu diketahui bahwa kondisi kekeringan ini mungkin masih berlangsung pada minggu ini, dari Senin-Minggu depan. Sehingga betul-betul kesiagaan dari Satgas Pengendalian Karhutla di daerah itu sangat penting karena kalau kita terlambat melakukan respons awal itu eskalasinya bisa sangat luas,” ungkapnya dalam Disaster Briefing, Senin (2/10).
Lebih lanjut, dalam dua pekan terakhir, BNPB telah menerima laporan 56 kejadian bencana yaitu kebakaran hutan dan lahan sebanyak 36 laporan atau 68%, kemudian kekeringan 12,21%, cuaca ekstrem 7%, dan banjir 2,4%.
Baca juga : Krisis Air Bersih Dialami Hampir 60 Ribu Warga Banyumas
Secara distribusi spasial, menurut Muhari, karhutla hampir terjadi di seluruh tempat dan kekeringan dominan terjadi di Jawa dan Bali.
“Sementara banjir terjadi di Deli dan Pulau Sulu tapi ini terjadi karena pengaruh atau akibat dari dampak fenomena regional pembentukan typhoon di utara perairan Indonesia,” kata Muhari.
Baca juga : Hujan Buatan Diintensifkan di Sumatra Selatan
Untuk karhutla, di wilayah Sumatra terjadi di bagian selatan, sementara di Jawa tersebar merata dan di Jawa Tengah baru-baru ini telah terjadi kebakaran di lereng Gunung Lawu seluas 200 hektare.
“Kami baru saja menerima permintaan dukungan untuk deploy water bombing dari KLHK supaya upaya pemadaman dari kebakaran yang terjadi di lereng gunung ini bisa lebih cepat. Sebelumnya kita bisa memadamkan api di Gunung Bromo dan di beberapa tempat lain sehingga ini akan kita prioritaskan upaya kawasan yang saat ini masih terbakar di Gunung Lawu bisa kita kendalikan,” tuturnya.
Sementara itu, di Kalimantan, karhutla dominasi terjadi di bawah garis ekuator, sementara di atas garis ekuator masih terpapar oleh hujan sehingga durasi karhutla realtif singkat.
Muhari mengatakan, dari 25-30 September 2023, wilayah di atas garis ekuator memiliki eksposur hujan yang sangat tinggi seperti Jambi dan Riau yang dikatakan telah terpapar awan hujan yang cukup intens sehingga upaya pengendalian karhutla berjalan baik
Melihat kondisi kekeringan yang masih akan terjadi di awal Oktober 2023 ini, menurutnya diperlukan kesiapsiagaan dari seluruh pemangku kepentingan. Selain itu, masyarakat juga diminta untuk tetap menjaga kesehatan dalam kondisi kekeringan saat ini. (Z-5)
Pemantauan Media Indonesia, Kamis (31/7) hujan masih turun di sejumlah daerah di Jawa Tengah terutama di kawasan pegunungan dan dataran tinggi, namun dengan intensitas yang menurun.
Mundurnya musim tanam disebabkan adanya revitalisasi atau perbaikan saluran irigasi baik air yang mengalir melalui Saluran Induk Cipelang dan Saluran Induk Sindupraja.
Selain itu, BPBD juga akan membangun tiga sumur bor untuk mengatasi krisis air bersih.
KEMARAU panjang semakin berlanjut menyelimuti kawasan Provinsi Aceh.
“Sampai hari ini belum ada permintaan, meskipun prakiraan musim kemarau sebenarnya sudah dimulai pada dasarian ketiga bulan Mei. Tapi kita siapkan,”
TIGA daerah di Jawa Timur dalam status siaga darurat kekeringan akibat kemarau yang mulai melanda.
Pemerintah Provinsi Kalbar mencatat luas area terdampak kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di wilayah tersebut mencapai 1.149,02 hektare, per 31 Mei 2025.
BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat di wilayah pesisir untuk tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi gempa dan tsunami yang dapat terjadi kapan saja.
Sasaran target OMC pada awan potensial di atas areal gambut yang rawan terbakar, di antaranya di atas lahan gambut di Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjungjabung Timur
Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Abdul Muhari meminta masyarakat untuk tidak meremehkan tsunami 50 cm akibat gempa Rusia karena tetap bisa membunuh.
“Jangan remehkan tsunami 50 sentimeter. Di Teluk Youtefa, Papua, gelombang dari tsunami Jepang 2011 meningkat menjadi hampir 4 meter karena efek amplifikasi di dalam teluk,"
BNPB setelah gempa dahsyat di Kamchatka, Rusia, Rabu (30/7) pagi, meminta masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir Indonesia untuk evakuasi karena ada potensi tsunami
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved