Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
DOKTER spesialis anak divisi endokrinologi RS Cipto Mangunkusumo Ghaisani Fadiana mengatakan komplikasi diabetes melitus dapat dicegah dengan cara deteksi dini sebagai usaha untuk meminimalisir komplikasi di kemudian hari.
Ghaisani, dalam diskusi tentang diabetes melitus, yang diikuti secara daring, Jumat (8/9), mengatakan ada beberapa bentuk deteksi dini yang bisa dilakukan agar komplikasi tidak terjadi terlalu awal dan mengusahakan agar diabetes yang diderita anak jauh dari komplikasi berat.
Pertama, dengan cara screening rutin setiap tahun pada anak-anak, terutama usia masuk pubertas kalau sudah dan mengalami diabetes sekitar 3 sampai 5 tahun.
Baca juga: Vaksinasi Influenza Penting Bagi Penyandang Diabetes
"Contohnya untuk evaluasi fungsi kesehatan dan kemudian kita akan periksa urine apakah ada kebocoran di ginjalnya dan fungsi persyarafan, kita akan kita cek per tahun tujuannya supaya deteksi dini," kata Ghaisani.
Selanjutnya, upaya untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih awal adalah dengan menjaga dan mengontrol gula darah dalam batas yang normal, yang disebut dengan pemeriksaan HbA1C. Kadar gula darah harian yang disarankan dalam pemeriksaan ini adalah 150 mg/dl.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan mencegah terjadinya komplikasi secara dini dan meningkatkan harapan hidup hingga 20-30 tahun ke depan.
Baca juga: Mulut Kering di Pagi Hari adalah Gejala Diabetes, Ini Penyebab dan Cara Pencegahannya
Ghaisani menjelaskan, secara umum, komplikasi diabetes melitus terbagi dua yaitu komplikasi akut dan kronik.
Komplikasi akut terjadi jika gula darah rendah atau gula darah tinggi, sementara komplikasi kronik terbagi dalam dua kelompok besar yang disebut a1 yaitu makrovaskuler dan mikrovaskuler.
Makrovaskuler meliputi pembuluh daeah besar yang nantinya bisa berakibat pada kelainan jantung dan kadar kolesterol tinggi. Sedangkan komplikasi mikrovaskuler meliputi pembuluh darah kecil yang menyerang tiga organ utama tubuh yaitu retina pada mata, kelainan fungsi ginjal, dan kelainan di persarafan.
Jika ada komplikasi akut bisa ditangani langsung di rumah sakit tanpa harus dirujuk dengan antidosis dan perawatan di rumah sakit.
Namun, jika terjadi komplikasi yang terkena organ seperti retina yang berdampak pada penglihatan atau gangguan fungsi ginjal bisa dirujuk ke rumah sakit pusat untuk dipantau tidak hanya dari diabetesnya namun dari segi komplikasinya.
Sementara itu, Ghaisani mengingatkan pada orangtua tidak perlu khawatir jika anak didiagnosa diabetes melitus, karena perlakuannya tidak akan berbeda dengan anak lainnya. Anak dengan diabetes melitus masih bisa tumbuh dengan baik dan punya pertumbuhan yang normal bahkan bisa berprestasi di bidang akademik.
Bahkan, ia mengatakan anak atau remaja dengan diabetes melitus tetap bisa berpuasa pada bulan Ramadan, dengan selalu memantau gula darah. Konsultasikan dengan dokter agar bisa dilihat tren gula darahnya selama beberapa bulan sebelumnya.
"Jadi garis besarnya mungkin ada sedikit penyesuaian dosis insulin, pemantauan gula darah itu yang paling penting," pungkas Ghaisani. (Ant/Z-1)
Skoliosis merupakan kelainan pada bentuk tulang belakang yang tumbuh ke samping menyerupai huruf C atau S.
Ada 5 gejala skoliosis yang wajib diketahui para orang tua agar dapat ditangani sedini mungkin.
Penyakit mata tiroid, juga dikenal sebagai oftalmopati tiroid atau penyakit Graves, adalah kondisi di mana mata seseorang terpengaruh gangguan pada kelenjar tiroid.
Meskipun tidak ada hubungan langsung, sekitar 30% penderita Graves mengalami TED. Mengubah pola makan dapat menjadi kunci dalam mengelola gejala kedua kondisi ini.
Penyakit Graves dan Struma Basedow merupakan gangguan kelenjar tiroid yang sering kali disamakan. Ini perbedaannya.
Batu ginjal, atau yang dikenal dengan istilah medis nefrolitiasis, adalah kondisi umum di mana material keras terbentuk di ginjal dan menyebabkan rasa sakit yang parah saat kemih keluar.
Studi klinis yang diterbitkan dalam jurnal New England Journal of Medicine menemukan obat diabetes mampu melambatkan perkembangan masalah motorik terkait penyakit Parkinson.
Meskipun obat-obatan dapat menjadi solusi dalam pengelolaan kondisi tersebut, banyak orang mencari alternatif alami untuk mengontrol atau bahkan mengurangi risiko berbagai penyakit.
Penelitian terbaru menunjukkan obat untuk mengatasi diabetes dan obesitas, dapat meningkatkan risiko kelumpuhan lambung (gastroparesis).
Sebanyak 1 dari 10 orang di dunia menderita penyakit ginjal kronis (PGK), namun 9 dari 10 orang yang didiagnosis menderita tidak menyadari kondisinya.
“Tepung olahan dapat berkontribusi pada berbagai kondisi kesehatan yang serius, termasuk penambahan berat badan, sindrom metabolik, diabetes dan lainnya,"
Mencegah kesulitan membuang air kecil pada perempuan bisa dilakukan dengan rutin berolahraga dan menerapkan gaya hidup sehat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved