Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
Periset Iklim dan Atmosfer dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eddy Hermawan mengakui bahwa upaya modifikasi cuaca untuk mengatasi polusi udara di DKI Jakarta belum maksimal. Itu terjadi lantaran kondisi awan yang belum matang dan durasi modifikasi yang singkat.
"Belum tepat untuk penyemaian baik dari segi awan maupun arah. Kecepatan angin juga tidak mendukung," ujar Eddy di Jakarta, Rabu (30/8).
Peneliti Ahli Utama itu mengungkapkan hujan yang mengguyur Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi selama beberapa hari terakhir bukan hasil dari modifikasi cuaca. HUjan itu dipicu oleh Siklon Tropis Saola yang berada di Filipina.
Baca juga: Inilah Dampak Berolahraga di Luar Rumah Saat Kondisi Udara Buruk
Siklon Tropis Saola memiliki kecepatan angin maksimum sebesar 85 knot atau setara 155 kilometer per jam dengan tekanan udara minimum sebesar 955 miliar.
"Badai itu menarik awan dan uap air dari berbagai tempat dengan cepat, salah satunya dari perairan selatan Pulau Jawa," tuturnya.
Baca juga: Demi Kurangi Polusi, IESR Setuju Pertalite Dihapuskan
Eddy juga menyoroti upaya pemerintah yang menyemprotkan air dari gedung-gedung tinggi untuk mencuci udara agar kadar polusi turun. Menurut dia, cara itu bisa dicoba karena tidak ada lagi solusi instan untuk mengatasi polusi udara di Jakarta.
"Kalau menunggu Jakarta diguyur hujan, kita tunggu monsun Asia mulai masuk atau kapan Indian Ocean Dipole (IDO) itu mulai mendekati fase netral," imbuh Eddy.
Fenomena osilasi suhu air permukaan laut atau Dipol Samudra Hindia bergerak ke posisi netral baru akan terjadi pada akhir Desember, Januari, dan Februari 2024.
Edy meyakini dampak El Nino masih cukup kuat terasa di Indonesia bahkan hingga Maret, April, dan Mei 2024.
"Ini yang perlu kita waspadai. Memang sifat El Nino kali ini tidak kuat, tetapi durasinya cukup lama sekitar 9-12 bulan," tandasnya. (Z-11)
Kemudian ada teknologi sensor supaya tahu kapan zona merah. Selain itu, ada truk embun sudah dilakukan di kota-kota Tiongkok.
Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya polusi udara merupakan langkah krusial dalam menekan dampak kesehatan yang ditimbulkan.
BMKG mengungkapkan, berdasarkan hasil pemantauan, dalam siklus harian, konsentrasi PM2,5 tertinggi di wilayah DKI Jakarta ialah selepas malam hari hingga menjelang pagi hari.
Kualitas udara di Jakarta, Senin (14/10) pagi masuk urutan ke delapan sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.
POLUSI di DKI Jakarta menimbulkan dampak kesehatan dan kerugian yang besar bagi masyarakat.
Transportasi merupakan sumber polusi lokal utama di Jakarta. Namun, industri dan pembangkit listrik juga berkontribusi terhadap buruknya kualitas udara mengakibatkan polusi di DKI Jakarta.
Menurut Hanarko Djodi Pamungkas, ketahanan pangan harus dibarengi dengan tanggung jawab menjaga laut dari pencemaran.
PENELITI Gender dari Pusat Riset Politik BRIN Kurniawati Hastuti Dewi mengatakan, tindakan khusus sementara diperlukan untuk memperkuat keterwakilan perempuan di politik.
INDONESIA melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan menjadi tuan rumah gelaran World Science Forum (WSF) ke-12 pada 2026. Ini menandai pertama kalinya WSF diselenggarakan di Asia.
KEPALA BRIN Laksana Tri Handoko menekankan Indonesia tak perlu ikut-ikutan jejak negara maju seperti Amerika Serikat yang menciptakan ChatGPT atau Tiongkok yang menciptakan DeepSeek dalam AI
Solar maksimum merupakan fase siklus 11 tahun aktivitas bintik (sunspot) pada matahari yang diperkirakan terjadi pada Juli ini.
Pusat Pengurangan Risiko Bencana Universitas Indonesia melakukan kerja sama bidang Limnologi dan Hidrologi dengan BRIN untuk persiapan dan adaptasi perubahan iklim.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved