Yayasan Pendidikan Pelita Harapan Luncurkan Dua Klinik Layanan Kesehatan Mental

Media Indonesia
14/8/2023 18:05
Yayasan Pendidikan Pelita Harapan Luncurkan Dua Klinik Layanan Kesehatan Mental
Stephanie Riady selaku Direktur Eksekutif Yayasan Pendidikan Pelita Harapan saat membuka dua klinik di Jakarta, Senin (14/8).(Ist)

YAYASAN Pendidikan Pelita Harapan (YPPH)  meluncurkan dua klinik layanan kesehatan mental sekaligus yaitu Jakarta Children’s Growth Center (JCGC) dan Jakarta Adult Psychology Center (JAPC) di Gedung St. Moritz Education Building, Kawasan Lippo Mall Puri Indah, Jakarta Barat.

JCGC merupakan layanan kesehatan mental dan tumbuh kembang khusus anak-anak dan remaja, sedangkan Jakarta Adult Psychology Center (JAPC), untuk melayani klien dewasa dan pasangan.

JCGC untuk menjawab kebutuhan dari anak dengan kebutuhan khusus dengan jumlah yang tidak sedikit di Indonesia.

Baca juga: Berbuat Baik dapat Membantu Mengatasi Depresi

Menurut data statistik yang dipublikasikan Kemenko PMK pada Juni 2022, angka kisaran penyandang disabilitas anak usia 5-19 tahun adalah 3,3% atau 2.197.833 anak. 

Penyandang disabilitas anak dapat dipetakan menjadi berbagai disabilitas, termasuk disabilitas intelektual, kesulitan belajar khusus, disabilitias fisik, disabilitas sosial, gangguan perhatian dan hiperaktivitas, ataupun gangguan spektrum autisme.

Juga seiring dinamisnya beragam aspek kehidupan masyarakat serta kompleksnya persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat urban pun semakin membutuhkan terwujudnya kesehatan mental.

Komitmen Utamakan Pendidikan Inklusi

Melalui Jakarta Children’s Growth Center (JCGC), YPPH berkomitmen mengutamakan pendidikan inklusi melalui pusat pelayanan psikologi, tumbuh kembang dan terapi.

JCGC menyediakan berbagai pengetesan dan pemeriksaan psikologis, berupa: evaluasi komprehensif profil mental anak (child comprehensive evaluation), tes inteligensi (IQ), tes kesiapan sekolah (school readiness test), serta tes minat dan bakat (career pathway & exploration test). 

Baca juga: Berkebun Bisa Kurangi Risiko Kanker dan Meningkatkan Kesehatan Mental

Di samping pemeriksaan psikologis, program yang disediakan JCGC mencakup layanan terapi seni, terapi bermain, terapi musik, terapi wicara, terapi okupasi, dan psikoterapi lain yang terbukti secara ilmiah. 

JCGC juga dilengkapi dengan teknologi terapi neurofeedback yang merupakan teknik mutakhir untuk melatih otak agar berfungsi dan beroperasi pada level maksimal, juga melatih jalur saraf sehingga membuat berbagai wilayah otak dapat berfungsi lebih baik.

Terapi ini terbukti efektif pada beberapa anak dengan kesulitan mempertahankan fokus perhatian, termasuk pada anak dengan ADHD.

"Semua anak itu unik, dan harus didukung untuk mencapai potensi terbaik mereka. Beberapa anak membutuhkan terapi okupasi untuk mengatasi masalah motorik," kata Stephanie Riady selaku Direktur Eksekutif Yayasan Pendidikan Pelita Harapan di Jakarta, Senin (14/8).

Baca juga: Orang Tua Harus Berperan Aktif Antisipasi Kejahatan Digital bagi Anak Disabilitas

"Anak-anak lain membutuhkan terapi wicara untuk mengatasi masalah bicara. Sementara yang lainnya membutuhkan konseling psikologis untuk mengatasi masalah perilaku atau kesehatan mental. JCGC hadir untuk memastikan tidak ada anak yang tertinggal," jelas Stephanie.

JAPC, Layanan Bagi Segmen Dewasa 

Layanan kedua yang juga diluncurkan YPPH hari ini adalah Jakarta Adult Psychology Center (JAPC), yang menyediakan layanan bagi segmen dewasa, pasangan dan keluarga dengan berfokus pada tiga program layanan, yaitu pemeriksaan psikologis, konseling dan psikoterapi, serta coaching dan psikoedukasi. 

Program unggulan yang ditawarkan mencakup tes kecocokan pasangan (untuk pasangan yang akan dan sudah menikah) serta layanan dukungan kelompok pada komunitas spesifik, misal: orang tua dengan anak berkebutuhan khusus atau individu dengan penyakit terminal.

Pendekatan Unik

JCGC dan JAPC dikelola di bawah Breakthrough For Life (BFL) Center, yang ditargetkan untuk memberikan layanan one stop solution untuk isu kesehatan mental, dengan dukungan lebih dari 20 praktisi yang ahli dan tersertifikasi di bidangnya, yang terdiri dari psikolog, pendidik, terapis wicara, dan terapis okupasi, terapis seni, dan terapis bermain dan  layanan penunjang lainnya.

Sejak didirikannya, BFL memiliki visi spesifik yang membedakannya dengan beberapa pusat kesehatan mental lainnya. 

Baca juga: Wali Kota Sukabumi Siap Bangun Sekolah Inklusi dan Beri Santunan

Karel Karsten Himawan, Ph.D., Psikolog Klinis yang dipercaya menjadi direktur program di BFL menegaskan, “BFL menawarkan pendekatan yang unik dalam memberikan layanan kesehatan mental, yakni pendekatan yang berbasis relasi."

"Di BFL, kami percaya bahwa isu mental tidak bisa lepas dari konteks relasi, sehingga fokus terapi ialah pemulihan relasi antara individu dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, termasuk dengan Penciptanya,” jelas Karel.

Dalam penanganan kasus-kasus anak, pendekatan berbasis relasi tercermin sebagaimana disampaikan oleh Fransisca Febriani Sidjaja, Ph.D., yang akrab disapa Febri, salah seorang psikolog klinis anak yang berpraktik di JCGC. 

Febri menjelaskan, “Pendekatan-pendekatan dalam menangani anak dengan kebutuhan khusus perlu tidak hanya berfokus pada pembentukan target perilaku seperti yang diharapkan."

"Tetapi lebih dari itu harus turut mengakomodasi kebutuhan individu itu untuk membangun relasi yang sehat dengan orang tua, pengasuh, dan lingkungannya. Di BFL, pendekatan relational-based approach akan terefleksi dalam setiap program yang kami tawarkan,” jelasnya. (RO/S-4)


 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya