Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia tahun ini akan terjadi pada Juli hingga Agustus 2023.
Adapun, saat ini terdapat 51% wilayah Indonesia yang telah memasuki musim kemarau. Wilayah itu meiputi Aceh bagian timur, Sumatra Utara bagian timur dan barat, Riau bagian timur, Bengkulu bagian selatan, Lampung bagian selatan, banen, DKI Jakarta, sebagian besar Jawa Barat, sebagian besar Jawa tengahm sebagian besar Jawa Timur, sebagian besar Bali, NTB, NTT, Sebagian Gorontalo, sebagian Sulawesi Tengah, sebgaian Kelupauan Maluku, Maluku Utara, dan Papua.
Prakirawan BMKG Mariln Denata menyatakan, meskipun saat ini sebagain bersar wilayah Indonesia berada pada musim kemarau, dinamika atmosfer harian menunjukkan kondisi yang labil sehigga mengakibatkan potensi pertumbuhan awan hujan menjadi signifikan di beberapa wilayah Indonesia.
Baca juga: Hadapi Kemarau, Cianjur Kejar Perbaikan Jaringan Irigasi Rusak
"Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya ucurah hujan di beberapa wilayah Indonesia dalam sepekan terakhir antara lain aktifnya fenomena madden julian oscillation (MJO) di wilayah Indonesia. Aktifnya MJO di Indonesia bekrontribsi pada peningkatan pertumbhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia," kata Marlin, Sabtu (24/6).
Faktor kedua yaitu aktifnya gelombang ekuator seperti gelombang rossby ekuatorial dan gelombang calvin. Sama seperti MJO, ketika kedua gelombang itu aktif, maka dapat berkontribusi meningkatkan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia.
Baca juga: El Nino, Indonesia Harus Waspada Ancaman Cuaca Panas dan Kemarau Panjang
"Fenomena gelombang Rossby Ekuatorial bergerak dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia dengan melewati wilayah Indonesia. Sebaliknya, gelombang Calvin bergerak dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik melewati wilayah Indonesia," beber dia.
Faktor ketiga yaitu terbentuknya pola-pola pusaran angin, daerah belokan maupun daerah petemuan dan perlambatan percepatan angin atau konvergensi sehingga meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia.
Dengan kompleks dan beragamnya faktor pembentuk cuaca di wilayah Indonesia, perubahan cuaca dapat terjadi begitu cepat. Meskipun sepekan terakhir curah hujan masih cukup tinggi, namun masyarakt harus waspada terhadap potensi kekeringan dan karhutla akibat fenomena el nino yang diikuti oleh fenomena IOD positif pada musim kemarau tahun ini
"Dengan kompleks dan beragamnya faktor pembentuk cuaca di wilayah Indonesia, perubahan cuaca dapat terjadi begitu cepat. Meskipun sepekan terakhir curah hujan masih cukup tinggi, namun masyarakt harus waspada terhadap potensi kekeringan dan karhutla akibat fenomena El Nino yang diikuti oleh fenomena IOD positif pada musim kemarau tahun ini," pungkasnya. (Ata)
PENCEMARAN laut dan cuaca ekstrem El Nino menyebabkan hasil tangkapan nelayan di Kota Padang, Sumatra Barat, turun drastis hingga 40 persen.
Di tengah terjadinya fenomena El Nino yang memicu kekeringan di berbagai wilayah Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya anomali yang menarik pada komoditas beras
BPS memperkirakan produksi beras nasional tahun 2024 turun 760 ribu ton atau 2,43% dibandingkan 2023. Kementan meresponsnya dengan mengklaim sudah mengambil langkah mitigasi
Pada periode ini, fenomena El Nino memang menimpa Indonesia. Namun, itu sebenarnya sudah diprediksi sejak akhir 2023.
PETANI melon di kawasan Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, merasa gembira dan bersyukur atas keberhasilan menanam melon.
Upaya pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan terus digencarkan. Salah satu langkah konkrit yang dilakukan adalah melalui program irigasi perpompaan (Irpom).
Ilmuwan terus mencari cara baru untuk mengatasi pemanasan global. Salah satu ide yang muncul adalah menggunakan debu berlian untuk mendinginkan Bumi.
STUDI baru memperingatkan bahwa kematian akibat cuaca panas ekstrem di Eropa diperkirakan melonjak tajam dalam beberapa dekade mendatang.
GENERASI muda terutama generasi Alfa dan setelahnya disebut paling merasakan dampak perubahan iklim. Karena itu, kesadaran dan aksi iklim perlu terus digalakkan di kalangan generasi muda.
Tahun ini, kematian terkait panas di Mediterania menimbulkan kekhawatiran tentang bagaimana perubahan iklim akan mempengaruhi industri perjalanan.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyoroti bahaya fenomena cuaca panas ekstrem yang semakin meningkat di banyak negara.
Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB, mendesak negara-negara untuk bertindak menanggapi dampak panas ekstrem yang dipicu oleh perubahan iklim.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved