Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

BMKG Prediksi Puncak Musim Kemarau Terjadi pada Juli hingga Agustus 2023

Atalya Puspa
24/6/2023 15:28
BMKG Prediksi Puncak Musim Kemarau Terjadi pada Juli hingga Agustus 2023
Ilustrasi musim kemarau(AFP)

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia tahun ini akan terjadi pada Juli hingga Agustus 2023.

Adapun, saat ini terdapat 51% wilayah Indonesia yang telah memasuki musim kemarau. Wilayah itu meiputi Aceh bagian timur, Sumatra Utara bagian timur dan barat, Riau bagian timur, Bengkulu bagian selatan, Lampung bagian selatan, banen, DKI Jakarta, sebagian besar Jawa Barat, sebagian besar Jawa tengahm sebagian besar Jawa Timur, sebagian besar Bali, NTB, NTT, Sebagian Gorontalo, sebagian Sulawesi Tengah, sebgaian Kelupauan Maluku, Maluku Utara, dan Papua.

Prakirawan BMKG Mariln Denata menyatakan, meskipun saat ini sebagain bersar wilayah Indonesia berada pada musim kemarau, dinamika atmosfer harian menunjukkan kondisi yang labil sehigga mengakibatkan potensi pertumbuhan awan hujan menjadi signifikan di beberapa wilayah Indonesia.

Baca juga: Hadapi Kemarau, Cianjur Kejar Perbaikan Jaringan Irigasi Rusak

"Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya ucurah hujan di beberapa wilayah Indonesia dalam sepekan terakhir antara lain aktifnya fenomena madden julian oscillation (MJO) di wilayah Indonesia. Aktifnya MJO di Indonesia bekrontribsi pada peningkatan pertumbhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia," kata Marlin, Sabtu (24/6).

Faktor kedua yaitu aktifnya gelombang ekuator seperti gelombang rossby ekuatorial dan gelombang calvin. Sama seperti MJO, ketika kedua gelombang itu aktif, maka dapat berkontribusi meningkatkan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia.

Baca juga: El Nino, Indonesia Harus Waspada Ancaman Cuaca Panas dan Kemarau Panjang

"Fenomena gelombang Rossby Ekuatorial bergerak dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia dengan melewati wilayah Indonesia. Sebaliknya, gelombang Calvin bergerak dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik melewati wilayah Indonesia," beber dia.

Faktor ketiga yaitu terbentuknya pola-pola pusaran angin, daerah belokan maupun daerah petemuan dan perlambatan percepatan angin atau konvergensi sehingga meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia.

Dengan kompleks dan beragamnya faktor pembentuk cuaca di wilayah Indonesia, perubahan cuaca dapat terjadi begitu cepat. Meskipun sepekan terakhir curah hujan masih cukup tinggi, namun masyarakt harus waspada terhadap potensi kekeringan dan karhutla akibat fenomena el nino yang diikuti oleh fenomena IOD positif pada musim kemarau tahun ini

"Dengan kompleks dan beragamnya faktor pembentuk cuaca di wilayah Indonesia, perubahan cuaca dapat terjadi begitu cepat. Meskipun sepekan terakhir curah hujan masih cukup tinggi, namun masyarakt harus waspada terhadap potensi kekeringan dan karhutla akibat fenomena El Nino yang diikuti oleh fenomena IOD positif pada musim kemarau tahun ini," pungkasnya. (Ata)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya