Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

El Nino, Indonesia Harus Waspada Ancaman Cuaca Panas dan Kemarau Panjang

Imam Fachdrian Rachmat (Litbang Media Indonesia)
21/6/2023 03:53
El Nino, Indonesia Harus Waspada Ancaman Cuaca Panas dan Kemarau Panjang
Warga memperlihatkan kondisi sawah yang kering di Desa Pasie Jambu, Kaway XVI, Aceh Barat, Aceh, Kamis (8/6/2023).(ANTARA/Syifa Yulinnas)

MEMASUKI pertengahan 2023, ancaman bencana kembali menghantui Indonesia. 

"Awal musim kemarau 2023 umumnya diprediksi pada April 2023 (119 ZOM, 17%), Mei 2023 (156 ZOM, 22%), Juni 2023 (155 ZOM, 22%). Adapun sifat hujan, pada periode musim kemarau 2023 diprakirakan, bawah normal 327 ZOM (47%), normal 327 ZOM (47%), dan atas normal sebanyak 45 ZOM (6,4%)," ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati. 

Kemarau kali ini juga diprediksi lebih kering jika dibandingkan dengan kondisi kemarau pada tiga tahun terakhir.

Baca juga: Antisipasi Naiknya Harga Jagung Akibat El Nino, Industri Pan Ternak Mulai Cari Subsitusi

BMKG juga memprediksi puncak kemarau panjang terjadi pada Juli dan Agustus 2023. Ancaman ini tentunya tidak main-main karena akan berdampak buruk pada kondisi ketahanan pangan di Indonesia. Selain itu, sulitnya pangan akan membuat terjadinya kenaikan harga pangan yang berdampak pada meningginya inflasi.

 

Disebabkan El Nino dan IOD

Kemarau yang diperkirakan lebih parah daripada kondisi selama tiga tahun belakangan ini terjadi bukan tanpa alasan. Kehadiran El Nino yang terjadi di Samudra Pasifik dan fenomena IOD yang terjadi di Samudra Hindia membuat Indonesia akan mengalami kekeringan dalam beberapa bulan ke depan. Kedua fenomena ini membuat sejumlah daerah di Indonesia mengalami kekeringan.

Seperti yang terlihat dari gambar yang dikeluarkan oleh BMKG, semakin merah suatu tempat menandakan terjadinya peningkatan suhu di wilayah tersebut. Terlihat Indonesia menjadi salah satu daerah yang berwarna oranye sampai merah.

Baca juga: Sejumlah Daerah Perlu Waspada Curah Hujan Rendah Mulai Agustus

Warna merah ini disebabkan udara yang dibawa El Nino dan IOD dari Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Rangkaian fenomena kompleks yang terjadi di lautan kemudian menyebabkan curah hujan akan sangat rendah, kurang dari 30%, sedangkan normalnya berada pada kisatan 85%-115%.

Bahaya bagi pertanian dan hutan

Kemarau panjang kerap kali menimbulkan efek berantai di berbagai negara termasuk Indonesia. Misalnya pada Juli 2022 saat terjadinya kemarau panjang di Indonesia, kebakaran hutan tidak bisa dihindari dan terjadi di Riau. Tidak tanggung-tanggung kondisi ini juga pada akhirnya melahap lebih dari 1.000 hektare lahan. Bahkan, Gubenur Riau saat itu, Syamsuar sampai menetapkan status siaga darurat di wilayahnya.

Selain itu, kemarau panjang biasanya juga akan menyebabkan kekeringan di berbagai wilayah. Minimnya curah hujan menyebabkan banyak sungai dan danau yang menguap sehingga menyebabkan terjadinya kekeringan. Hal ini dapat berdampak buruk pada pertanian yang sangat bergantung pada kondisi perairan di wilayahnya.

Dampak berantai juga akan dirasakan apabila pertanian mengalami kesulitan. Hal ini akan berdampak pada sulitnya pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat yang menimbulkan kenaikan harga pangan karena sulitnya memperoleh kebutuhan pokok tersebut. 

Jika terjadi kenaikan pada komponen utama sudah pasti akan berdampak pada meningkatnya inflasi yang akan berdampak pada daya beli masyarakat secara luas. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik