Senin 05 Juni 2023, 12:41 WIB

Program Pencegahan Merokok Paling Efektif Berbasis Sekolah

Basuki Eka Purnama | Humaniora
Program Pencegahan Merokok Paling Efektif Berbasis Sekolah

ANTARA/Raisan Al Farisi
Seorang tenaga kesehatan memberikan konseling berhenti merokok kepada seorang warga di Puskesmas Garuda, Bandung, Jawa Barat.

 

DOKTER spesialis anak dan Sekretaris Satgas remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Angga Wirahmadi mengatakan remaja yang sudah telanjur terpapar rokok dapat diintervensi dengan dukungan berbasis sekolah agar tidak menjadi perokok aktif.

"Ternyata program pencegahan merokok yang paling efektif adalah program pencegahan berbasis sekolah. Dan provider program yang paling berhasil untuk mengubah persepsi remaja tentang merokok adalah guru atau edukator," ucap Angga, dikutip Senin (5/6).

Ia mengatakan, sejatinya, ada tiga program yang bisa diimplementasikan untuk mencegah remaja merokok yaitu berbasis keluarga, sekolah, dan juga berbasis internet.

Baca juga: Indonesia Masih Setengah Hati Kendalikan Rokok

Dokter di RS Hermina Jatinegara itu mengatakan prinsip yang disarankan untuk pencegahan berbasis sekolah adalah dengan social influence theory, yaitu mengajarkan tentang kemampuan remaja untuk menolak ajakan merokok, dan social competence yaitu meningkatkan kompetensi sosial, keterampilan, keahlian, kemampuan remaja secara umum sehingga bisa jauh dari keinginan merokok.

Program pencegahan merokok di sekolah bisa dilakukan dengan larangan merokok di area sekolah serta tidak mempromosikan rokok dalam kegiatan sekolah. 

Memasang poster bahaya merokok dan bekerja sama dengan dinas kesehatan untuk sosialisasi bahaya merokok juga perlu dilakukan sehingga sekolah bisa mendapat predikat Kawasan Tanpa Rokok.

Baca juga: Waspada! Menghirup Asap Rokok Memicu Kanker Paru-Paru

Guru juga bisa sangat membantu dalam menghentikan adiksi merokok pada remaja dengan memberi kesempatan pada remaja, ataupun memunculkan potensi minat bakat dan perkumpulan remaja di sekolah, sehingga remaja bisa fokus pada aktivitas mereka dan lebih mudah untuk berhenti.

Selain berbasis sekolah, pencegahan remaja yang kecanduan merokok juga bisa dilakukan dengan basis keluarga. Hal yang harus didahulukan adalah orangtua memberi contoh untuk menghentikan kebiasaan merokok.

"Orangtua melarang, jangan membiarkan anak merokok. Karena ketika orangtua membiarkan anak merokok, remaja mengatakan hal itu hal yang biasa. Dan arahkan ke remaja untuk mencari bantuan terkait menghentikan merokok," tambah Angga.

Sementara pencegahan berbasis internet bisa dilakukan dengan larangan dari pemerintah terkait konten merokok di media sosial atau iklan.

Dokter yang menamatkan pendidikan di Universitas Indonesia itu mengatakan ada empat tahapan adiksi merokok pada remaja yaitu tahap preparation, saat remaja melihat merokok sebagai kegiatan yang menyenangkan dan pereda stres. 

Biasanya remaja melihat kegiatan tersebut dari orang terdekatnya seperti ayah atau saudara maupun paparan media sosial dan iklan.

Tahap kedua adalah initiation yaitu ketika remaja mulai mencoba merokok karena rasa ingin tahu dan ingin tampil keren seperti teman-teman sebayanya yang merokok. 

Pada tahap ini, remaja biasanya merokok pada waktu tertentu dan tidak rutin misalnya setelah makan atau jika sedang berkumpul bersama teman.

Setelah sudah merasa rokok menjadi sarana penghilang stres, remaja akan masuk ke tahap ketiga yaitu becoming a smoker, saat mereka sudah merokok minimal 4 batang sehari. 

Dan, tahap terakhir adalah sudah menjadi perokok aktif yang bisa menghabiskan satu bungkus rokok atau lebih yang disebut tahap maintenance of smoking.

"Biasanya semakin hari jumlah rokok yang dikonsumsi semakin bertambah. Jadi dari 4 batang sampai akhirnya 1 bungkus, lalu mungkin menjadi lebih. Tahap yang terakhir adalah maintenance of smoking, atau sudah menjadi perokok yang setia, perokok yang aktif, yang sudah kecanduan," imbuh Angga.

Namun di samping itu, Angga mengatakan nyatanya keinginan remaja untuk berhenti merokok juga cukup tinggi. Dari data Adolescent Health Profile tahun 2021, sebesar 68% remaja perempuan usia 13-15 tahun ingin mencoba berhenti merokok dan 81% remaja laki-laki ingin melakukan hal yang sama.

"Namun, mereka biasanya jarang meminta bantuan orang lain untuk berhenti merokok. Padahal bantuan itu sangat diperlukan. Sehingga remaja mengatakan bahwa rasanya sulit untuk berhenti merokok," kata Angga.

Hal yang bisa dilakukan untuk mendukung remaja berhenti merokok adalah dengan menghindari lingkungan yang dekat dengan merokok, dan mengarahkan remaja tersebut untuk melakukan kegiatan positif. 

Remaja juga perlu menghindari pengaruh untuk merokok dengan menghindari teman-teman yang merokok, meyakini bahwa merokok bukan sarana pergaulan, dan jangan malu untuk menolak merokok.

"Prestasi kita ditingkatkan, contohnya di bidang olahraga, di bidang minat, hobi, ngaji, dan yang lain-lain," ungkap dia.

Terapi dengan tenaga kesehatan juga bisa dilakukan untuk mengatasi kecanduan merokok pada remaja dengan melakukan terapi psikososial seperti konseling motivasi dan terapi farmakologis dengan obat-obatan atau terapi pengganti nikotin. (Ant/Z-1)

Baca Juga

Ist

Kaji Cara Cegah Kebakaran TPA, Menteri LHK Siti Nurbaya Kunjungi Tiga Provinsi

👤Media Indonesia 🕔Minggu 01 Oktober 2023, 00:54 WIB
Kunjungan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya untuk menyelidiki penyebab kebakaran beberapa TPA dan mengkaji cara...
Ist

Preventa Padukan Layanan Kesehatan Preventif dan Peluang Berwirausaha Sosial

👤Media Indonesia 🕔Sabtu 30 September 2023, 23:58 WIB
Preventa adalah konsep bisnis yang didedikasikan untuk para tenaga medis yang bercita-cita menjadi...
MI/HO

RSUI dan PUN Gelar Baksos Katarak dan Bibir Sumbing

👤Media Indonesia 🕔Sabtu 30 September 2023, 23:52 WIB
Kegiatan bakti sosial ini merupakan bentuk kepedulian bersama RSUI, PUN, dan Perdami...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

MI TV

Selengkapnya

Berita Terkini

Selengkapnya

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya