Headline
KPK akan telusuri pemerasan di Kemenaker sejak 2019.
ANCAMAN kepunahan spesies badak yang ada di Indonesia tidak bisa dielakkan. Hal itu diungkapkan oleh pakar badak dari IPB University Muhammad Agil.
"Jadi terkait dengan populasi kecil, bukan hanya badak, tapi spesies yang lain juga terancam. Karena dalam UU tidak ada terminologi tentang pencegahan kepunahan terhadap satwa. Karenanya action dari pemerintah tidak jelas," kata Agil dalam RDPU Komisi IV dengan Pelaku Kegiatan Konservasi dan Lembaga Konservasi, Selasa (11/4).
Agil memperkirakan, untuk populasi badak sumatra saat ini tinggal tersisa di Kawasan Ekosistem Leuser sebanyak 30 ekor. Sementara itu populasi badak jawa terbanyak ada di Taman Nasional Ujung Kulon dengan perkiraan sebanyak 79 ekor.
Baca juga : Belasan Badak Jawa di Ujung Kulon Dilaporkan Hilang
"Untuk badak sumatra 30 ekor itu tersisa di seluruh dunia. Karena di Malaysia sudah punah tahun lalu," imbuh Agil.
Untuk itu, ia menilai perlu upaya serius dalam mempertahankan populasi badak di Indonesia. Salah satunya ialah dengan menggunakan teknologi Aplikasi Teknologi Reproduksi Berbantu (ART) dan Bio-bank.
Agil menyebut, teknologi reproduksi itu telah terbukti berhasil di sejumlah negara. Salah satu contohnya ialah populasi californian condor di Amerika yang berhasil diselamatkan. Pada 1987 lalu populasi californian condor hanya tersisa 27 ekor dan saat ini sudah ada lebih dari 500 ekor dan semuanya sudah dikembalikan ke alam.
Baca juga : Seekor Anak Badak Jawa Terekam di TN Ujung Kulon
Direktur Eksekutif Yayasan Badak Indonesia Jansen Manansang mengungkapkan hal yang serupa. Dalam rapat terkait dengan konservasi yang dilakukan di Nepal beberapa waktu lalu, ia menyebut hanya badak Indonesia yang berada dalam ancaman kepunahan.
"Semua populasi badak meningkat. Hanya Indonesia yang tertinggal sekali karena ada faktor keamanan perburuan yang masih merajalela dan juga perdagangan satwa," ucap dia.
Ia menilai, perlu pembentukan tim ad hoc nasional untuk menangani konservasi badak jawa dan sumatra dari ancaman kepunahan. Selain itu, perlu upaya lebih kuat dari penegak hukum dalam memperkuat perlindungan badak.
Baca juga : 114 Satwa Endemik Papua Dilepas di Pengunungan Cycloop
"Selain itu upaya reproduksi dibantu teknologi untuk mencegah kepunahan perlu dilakukan. Perlu memperluas kerja sama lintas sektor baik nasional maupun internasional. Banyak sekali pihak internasional yang mau bekerja sama dalam penanganan badak di Indonesia," pungkas dia. (Ata/Z-7)
Kemenhut berupaya melestarikan satwa ikonik Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dengan translokasi dari Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) menuju Javan Rhino Study and Conservation Area
Kemenhut berupaya melestarikan satwa ikonik Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dengan translokasi dari Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) menuju Javan Rhino Study and Conservation Area
Satwa mencakup semua jenis hewan, mulai dari yang berukuran kecil seperti serangga, hingga hewan besar seperti gajah dan paus.
SEEKOR anak badak jawa (Rhinoceros sondaicus) lahir di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Banten.
Anak badak jawa yang baru ditemukan tersebut diberi nama IRIS oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tanggal 6 September 2024, yang disampaikan ketika menerima tamu dari BEZOS.
Setelah sebelumnya tim KLHK dan Polda Banten berhasil menangkap lima buronan pemburu satwa di taman nasional itu, kini sebanyak delapan orang masih dalam tahap pencarian.
Setelah berjuta-juta tahun lamanya, spesies capung bernama Cordualadensa Acorni ditemukan di Dinosaur Provincial Park, Alberta, Kanada.
Anggrek biru (Dendrobium azureum Schuit), spesies langka dan endemik yang hanya ditemukan di Cagar Alam Pulau Waigeo, Raja Ampat, Papua Barat Daya.
Undur-undur laut, atau dikenal juga sebagai mole crab, merupakan krustasea kecil penghuni pantai berpasir.
Perubahan iklim membuat serangga harus beradaptasi. Bagi yang bisa, mereka bertahan. Tapi bagi yang tidak, mereka akan punah.
Fosil tengkorak dinosaurus yang diperkirakan berusia sekitar 200 juta tahun berhasil ditemukan di wilayah Lufeng, barat daya Tiongkok.
Peneliti dalam ekspedisi di Peru menemukan 27 spesies hewan baru, termasuk ikan berkepala aneh dan tikus semi-akuatik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved