Kamis 16 Maret 2023, 07:30 WIB

Ini Alasan Makan Satai Dibatasi Maksimal Tiga Kali dalam Sepekan

Basuki Eka Purnama | Humaniora
Ini Alasan Makan Satai Dibatasi Maksimal Tiga Kali dalam Sepekan

ANTARA/Sigid Kurniawan
Ilustrasi

 

DOKTER spesialis penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi medik Faizal Drissa Hasibun tidak melarang orang-orang mengonsumsi satai namun sebaiknya tidak lebih dari dua atau tiga kali dalam sepekan karena tergolong sudah berlebihan.

"Kalau memakai arang dan sering (makan satai yang dibakar dengan arang), tidak disertai konsumsi serat yang cukup, dia akan membuat deposit di permukaan usus, membuat radang karena yang dibakar itu akan menimbulkan oksidasi, yang disebut nitrile amine," kata Faizal, dikuip Kamis (16/3).

Menurut Faizal, risiko radang pada usus akan lebih kecil pada mereka yang menyantap satai (dibakar dengan arang) misalnya hanya sekali dalam sebulan, lebih banyak menyantap sayuran dan buah, serta rutin berolahraga.

Baca juga: Masyarakat Diingatkan untuk Cermati Label Gizi Makanan Olahan

"Memang ada risiko kalau yang memakai arang. Kalau yang tidak pakai arang lebih aman," kata dia.

Selain satai, Faizal juga membahas mengenai penggunaan Teflon. Dia mengingatkan orang-orang agar berhati-hati menggunakan Teflon karena sejumlah literatur menyebut merek untuk bahan kimia sintetik yang disebut polytetrafluoroethylene (PTFE) itu berisiko menimbulkan kanker.

"Bahan dasar panci, terutama penggorengan itu mesti hati-hati. Ada beberapa literatur yang menyebutkan Teflon juga berisiko untuk menimbulkan kanker, terutama teflon yang sering dipakai itu kan terkelupas ya gabung dengan makanan, kalau berulang-ulang, memang berisiko," jelas dia.

Baca juga: Ini Tips Menambah Serat pada Nasi Putih

Sementara itu, seperti disiarkan Healthline, adanya kekhawatiran pada penggunaan peralatan masak Teflon dan risiko kanker bukanlah tentang Teflon itu sendiri, tetapi ada hubungannya dengan asam perfluorooctanoic (PFOA) yakni bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan Teflon.

PFOA pernah digunakan dalam pembuatan Teflon. Sejak 2013, semua produk bermerek Teflon bebas PFOA. Meskipun ada beberapa penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara PFOA dan kanker, tidak ada hubungan yang terbukti antara Teflon dan kanker.

Studi umumnya melibatkan paparan PFOA yang sangat tinggi memunculkan hasil beragam. 

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat polifluoroalkil (PFAS) tingkat tinggi tertentu dapat menyebabkan peningkatan risiko sejumlah kanker seperti kandung kemih, ovarium, prostat dan testis. (Ant/Z-1)

Baca Juga

Antara Foto/Arif F

Kemenag Targetkan Buku Nikah Beralih ke Digital di Tahun Ini

👤Despian Nurhidayat 🕔Minggu 02 April 2023, 15:56 WIB
Kementerian Agama, menargetkan seluruh layanan KUA, termasuk buku nikah, akan beralih ke digital pada tahun...
ANTARA/NOVRIAN ARBI

Kolaborasi Atasi 70 Persen Orang dengan Diabetes di Pedesaan Jawa Barat

👤 M. Iqbal Al Machmudi 🕔Minggu 02 April 2023, 15:17 WIB
Prevalensi diabetes di Indonesia terus meningkat dari 10,7 juta jiwa pada 2019 menjadi 19,5 juta pada 2021, membawa Indonesia ke peringkat...
ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas

UMKM Belum Punya NIB dan NPWP, Masalah Utama Sertifikasi Halal

👤Despian Nurhidayat 🕔Minggu 02 April 2023, 14:30 WIB
Pengurusan sertifikasi halal untuk UMKM sudah dipermudah dengan adanya self...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

Berita Terkini

Selengkapnya

Top Tags

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya