Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Obesitas merupakan salah satu akar dari berbagai masalah kesehatan, salah satunya diabetes anak. Obesitas yang terjadi sejak usia anak akan sulit disembuhkan secara total alias berisiko menetap hingga dewasa. Anak yang sudah mengalami obesitas sejak kecil, akan sulit menurunkan berat badanya hingga dewasa karena sudah terbiasa mengalami obesitas.
Selain itu, anak dengan diabetes melitus tipe 2 hampir 90 persen mengalami obesitas. Berbeda dengan diabetes melitus tipe 1 yang bisa kurus, sehingga sedini mungkin agar obesitas dicegah.
"Semakin tua obesitas maka semakin berbahaya karena komplikasinya jangka panjang, jadi yang penting sedini mungkin kalau bisa pre-school, kalau anak di bawah 5 tahun sudah obesitas dan di atas 5 tahun masih obesitas maka menetap sampai dewasa sehingga sulit lepas dari obesitasnya," kata Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi IDAI, Dokter Muhammad Faizi, dalam konferensi pers, Selasa (7/3).
Baca juga: Prinsip 5210 Bisa Bantu Anak Anda Terhindar dari Diabetes
Pada kondisi obesitas anak, sel-sel lemak akan bertambah jumlahnya, tetapi obesitas pada dewasa selnya membesar. Jika obesitas dimulai dari anak dan ketika remaja kurus, sel-sel masih tetap ada dan akan mudah sekali menjadi obesitas jika mengulangi kebiasaan lamanya.
"Obesitas di waktu kecil akan mudah sekali menjadi obesitas di waktu besar. Tetapi bagaimana pun apakah dia akan berlanjut menjadi obesitas lagi tergantung seberapa kuat mempertahankan tubuhnya dengan menjalankan kebiasaan yang sehat," jelasnya.
Baca juga: IDAI Ungkap Bahaya Obesitas pada Anak
Oleh karena itu, penanganan obesitas di lingkungan remaja adalah masalah kepatuhan untuk tidak mengonsumsi makanan tinggi gula, garam, lemak, dan tepung. Dibutuhkan bantuan semua pihak, terutama keluarga untuk mengantisipasi penyakit obesitas.
"Di luar negeri ada namanya sugar dan soft drink tax (pajak MBDK). Kalau di Indonesia belum ada namun tata laksananya sudah dilakukan tapi memang kepatuhannya cukup rendah karena godaan yang sangat tinggi," kata Ketua Pengurus Pusat IDAI, Dokter Piprim Basarah Yanuarso.
Piprim juga menekankan protein hewani bisa dikenalkan sejak MPASI. Dengan mengonsumsi protein hewani, anak bisa terpenuhi gizinya sekaligus bisa mencegah stunting dan obesitas
"Jika kita fokus pada real food dan anak dikenyangkan dengan protein hewani, serat, sayuran jadi kenyangnya lama. Real food bisa dari pepes ikan, telur, opor, dan makanan tradisional lainnya," ujar Piprim.
(Z-9)
Tidak hanya menyenangkan, bermain juga diakui sebagai sarana penting untuk menumbuhkan berbagai keterampilan hidup yang esensial.
Langkah yang dapat dilakukan orangtua dalam mendorong anak supaya terbiasa mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi antara lain melalui pembelajaran dari kebiasaan sehari-hari.
Kebiasaan makan bergizi seimbang beragam dan aman pada anak bukan semata tentang apa yang disajikan, namun juga penanaman nilai gizi secara konsisten dalam keluarga.
Orangtua dianjurkan untuk menyajikan camilan sehat seperti buah potong segar, jagung rebus, ubi kukus, bola-bola tempe, puding susu tanpa gula tambahan, atau dadar sayur mini.
Pertanian tetap menjadi sektor terbesar untuk pekerja anak, menyumbang 61% dari semua kasus, diikuti oleh jasa (27%), seperti pekerjaan rumah tangga.
Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia Gita Kamath mengatakan bidan merupakan inti dari sistem perawatan kesehatan primer, terutama bagi perempuan dan anak perempuan.
dr Ika menghimbau untuk memperhatikan apakah ada luka gores pada kaki sebelum hendak melakukan terapi ikan.
Salah satu indikator utama fundamental yang baik BRI tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan Pre-Provision Operating Profit (PPOP) BRI hingga akhir Desember 2024 yang mencapai 9,6% YoY.
Olahraga malam hari memberikan manfaat dan juga memiliki risiko. Simak penjelasannya berikut.
Rutin berolahraga minimal 30 menit dengan frekuensi 3-4 kali per minggu juga menjadi salah satu cara gaya hidup sehat jika ada riwayat diabetes.
Penelitian terbaru mengungkap fakta mengejutkan: duduk terlalu lama dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit kardiovaskular, termasuk gagal jantung.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved