Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) telah menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) atas tingginya penularan campak di Indonesia. Hingga Desember 2022, tercatat 31 provinsi melaporkan adanya kasus penularan campak
Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi Ditjen P2P Kemenkes, dr. Prima Yosephine, MKM mengatakan bahwa pemerintah memang sudah melakukan intervensi dengan meningkatkan cakupan vaksinasi. Akan tetapi, pihaknya juga tetap mendorong orang tua untuk bekerja sama dengan segera melengkapi vaksinasi campak pada anak. "Pemerintah tetap menyerukan agar orang tua segera melengkapi imunisasi rutin anak balitanya, termasuk imunisasi campak," ujarnya kepada Media Indonesia, Senin (23/1).
Dijelaskannya, status KLB Campak yang dirilis adalah status sepanjang tahun 2022 yang lalu. Sehingga KLB ini terjadi tidak serentak di setiap daerah dan pemerintah daerah pun melakukan jemput bola untuk meningkatkan cakupan vaksinasi.
Status KLB dinyatakan oleh pemerintah daerah. Dan sejauh ini ditangani sesuai dengan prosedur, yaitu dilakukan penyelidikan epidemiologi (PE) untuk menganalisa penyebaran kasus, penatalaksanaan kasus, pemberian imunisasi tambahan pada anak-anak di sekitar kasus sesuai hasil PE dan penguatan surveilans campak. "Campak merupakan salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang paling cepat menyebar," imbuhnya.
Menurutnya, respons pemerintah terhadap naiknya kasus campak sudah dilakukan sejak tahun 2022 dengan meningkatkan cakupan vaksinasi. Sebab, selama masa pandemi, terjadi penurunan yang cukup signifikan terhadap vaksinasi campak.
"Sebenarnya pemerintah sudah melakukan intervensi dengan melakukan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) yang dimulai pada Mei 2022 sd Okt 2022. Namun memang capaiannya belum dapat mencapai target terutama untuk provinsi di luar Jawa Bali," kata dia.
Sementara itu, Guru Besar Pendidikan Kesehatan Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D. menyebut bahwa pandemi menjadi salah satu penyebab meningkatnya kasus campak. Sebab, pemerintah fokus pada pengendalian covid-19 dan pelayanan kesehatan primer lainnya kemudian ikut terganggu.
"Di awal memang karena covid layanan esensial terganggu, karena SDM fokus pada layanan covid dan juga karena PPKM. Setelah itu karena fasilitas juga fokus pada layanan vaksin covid. Sempat suplai vaksin rutin terganggu (terkait cold chain dll). Selain dari sisi provider juga dari sisi masyarakat pada beberapa daerah vaksin hesitancy juga meningkat," jelasnya.
Untuk itu, Rektor UGM itu mendorong pemerintah untuk menjemput bola, menyisir anak-anak yang belum menerima vaksinasi. Langkah tersebut penting selain juga dukungan dari orang tua. Sebab, terganggunya vaksinasi campak karena pandemi perlu direspons dengan strategi berbeda.
"Ya vaksinasi harus kembali digalakkan karena memang untum memproteksi. Kalau balita banyak kena infeksi tentu akan mengganggu tumbuh kembangnya, yang bisa juga menyebabkan naiknya stunting. Pemerintah dan orang tua, ya dua-duanya harus dilakukan agar meningkatkan cakupan," tandasnya.(H-1)
Imunisasi tidak dapat diberikan kepada anak berkebutuhan khusus apabila dia memiliki gangguan medis kontra indikasi.
Sebanyak 13 provinsi belum mencapai target cakupan imunisasi bayi lengkap 90% dalam tiga tahun terakhir dan tren anak yang belum mendapatkan imunisasi dasar meningkat signifikan.
Akses layanan imunisasi yang terbatas, pasokan vaksin yang terganggu, konflik, situasi kemanusiaan yang sulit menjadi faktot bayi belum diimunisasi.
Vaksinasi influenza memang tidak menjamin anak bebas dari flu sepenuhnya, namun dapat mencegah gejala menjadi berat atau komplikasi serius.
PBB memperingatkan kesenjangan imunisasi semakin melebar, karena maraknya misinformasi dan pemangkasan drastis bantuan internasional.
Salah satu kendala utama dalam mencapai target IDL di Pangkalpinang adalah masih adanya penolakan dari sebagian masyarakat.
Vaksin memiliki beragam manfaat, antara lain untuk melindungi anak dari berbagai macam penyakit berbahaya seperti polio serta mencegah komplikasi berat yang dapat menyebabkan kecacatan.
Vaksin HPV yang selama ini dikenal sebagai perlindungan utama terhadap kanker serviks pada perempuan, kini direkomendasikan juga untuk anak laki-lak
Vaksin influenza untuk anak bisa diberikan pada anak berusia lebih dari 3 bulan. Selain anak, vaksin flu juga perlu diberikan untuk kelompok rentan.
Vaksinasi shingrix terbukti sangat efektif mencegah cacar api dan neuralgia pada pasien yang sudah terkena cacar api.
Vaksinasi BCG pada anak di negara-negara yang tinggi angka TB efektif untuk mencegah penyakit TB yang berat seperti TB di selaput otak, atau TB milier yang dapat menyebabkan sesak napas.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved