Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
SEBAGAIMANA yang telah kita ketahui, bahwa golden age anak-anak atau saat usia 0-5 tahun, tapi ada juga yang menyebutkan usia 0-2 tahun sedang mengalami perkembangan otak yang sangat pesat.
Pada masa perkembangan otak inilah yang akan menentukan kecerdasan anak. Diketahui bahwa pada masa ini otak sedang berkembang sampai 90%.
Namun terkadang terdapat gangguan yang membuat perkembangan otak anak tidak optimal.
Terdapat beberapa gangguan yang membuat perkembangan otak ini tidak bisa optimal atau bahkan terhambat.
Salah satunya akibat adanya inflamasi. Lebih dari itu, tahukah Ayah dan Bunda bahwa ternyata inflamasi juga mempengaruhi kecerdasan otak anak?
Ini karena ternyata inflamasi tidak hanya bisa berpengaruh pada organ tubuh lainnya, melainkan juga dapat mempengaruhi perkembangan otak.
Inflamasi merupakan suatu respons protektif sistem imun terhadap gangguan yang disebabkan oleh iritan. Iritan ini dapat berupa trauma fisik, stres, zat kimia yang merusak, bakteri, virus, dan sebagainya.
Inflamasi berlebihan dalam tubuh dapat memicu berbagai jenis penyakit dan gangguan organ seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker, depresi, dan sebagainya.
Menurut penelitian ditemukan bahwa inflamasi berlebihan pada sistem saraf pusat dapat mengganggu fungsi neuron dan memicu penyakit neurodegeneratif seperti Parkinson, Huntington, Alzheimer, serta penurunan fungsi dan kognitif.
Penelitian yang berkaitan dengan fungsi neuron dan kecerdasan ini dilakukan oleh Haroon E, Raison CL, Miller AH dengan jurnal berjudul Psychoneuroimmunology Meets Neuropsychopharmacology: Translational Implications of the Impact of Inflammation on Behavior. Neuropsychopharmacology, yang terbit pada 2011.
Selain itu juga diperkuat dengan penelitian pada 2016 oleh Chen WW, Zhang X, Huang WJ dengan jurnal berjudul Role of Neuroinflammation in Neurodegenerative Diseases (Review).
Hal ini juga dikuatkan dengan penelitian lain yang dilakukan di daerah kumuh di Bangladesh oleh Nona M. Jiang dan rekan-rekannya dengan judul Early Life Inflammation and Neurodevelopmental Outcome in Bangladeshi Infants Growing Up in Adversity.
Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa terdapat hubungan antara peradangan atau inflamasi dan perkembangan saraf.
Para peneliti tersebut menemukan bahwa anak-anak dari daerah kumuh Mirpur di Dhaka, Bangladesh dengan tingkat sitokin pro-inflamasi yang lebih tinggi memiliki skor perkembangan saraf yang lebih rendah.
Sitokin adalah senyawa kimia yang menjadi sarana komunikasi antar sel-sel terkait dalam sistem imun tubuh.
Dalam penelitian yang dilakukan dengan melakukan pemeriksaan langsung terhadap bayi-bayi tersebut ditemukan bahwa terdapat faktor risiko dari anak-anak yang memiliki kadar sitokin pro-inflamasi yang lebih tinggi.
Di antaranya rata-rata adalah bayi yang mengalami kekurangan gizi, hidup dalam keluarga yang kurang mampu dan mengalami infeksi secara berulang selama masa pertumbuhan.
Selain itu, 51% dari anak-anak tersebut berjenis kelamin laki-laki, 30 persen dari mereka lahir dari ibu dengan tingkat pendidikan yang rendah dan hampir 40 persen pada saat mereka berusia 104 minggu atau sekitar 23 bulan, mengalami stunting.
Dari penelitian tersebut dijelaskan bahwa kondisi malnutrisi, kondisi ekonomi rendah, tingkat pendidikan ibu rendah dan ditambah dengan tingkat depresi ibu yang tinggi secara signifikan menurunkan skor kognitif, kemampuan bahasa, motorik, dan sosial emosi si Kecil.
Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan hasil dari perkembangan saraf otak.
Penelitian yang berlangsung sejak Mei 2011 hingga November 2014 ini telah disetujui oleh Ethical Review Board of the International Centre for Diarrhoeal Disease Research, Bangladesh (Dewan Peninjau Etika untuk Pusat Penelitian Penyakit Diare Internasional di Bangladesh) dan juga Institutional Review Boards of the University of Virginia and the University of Vermont (Dewan Tinjauan Kelembagaan Universitas Virginia dan Universitas Vermont).
Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan erat antara perkembangan saraf otak dan inflamasi atau peradangan, yang disebabkan oleh berbagai hal seperti yang disebutkan sebelumnya.
Sehingga penting bagi orang tua untuk lebih aware terhadap asupan nutrisi dan kondisi kesehatan si Kecil.
Kandungan herbal miliki antiinflamasi
Sementara itu, Generos yang merupakan suplemen herbal untuk kecerdasan otak anak telah terbukti memiliki aktivitas inflamasi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Generos terbukti memiliki aktivitas antiinflamasi yang menghambat radang (pembengkakan) dengan daya antiinflamasi sebesar 58,5% relatif terhadap kontrol negatif.
"Aktivitas antiinflamasi Generos sangat baik untuk mencegah stres oksidatif dan berbagai jenis penyakit, serta melindungi fungsi neuron pada anak," kata tutur Kaprodi Bisma UAD Retnosyari Septiani, S.TP, yang juga sebagai koordinator dalam penelitian ini.
"Sehingga dapat mengurangi risiko penyakit neurodegeneratif serta mengoptimalkan fungsi kognitif dan memori pada anak," jelas Retnosyari.
Tidak hanya itu, sebagai pendukung tumbuh kembang si Kecil, Generos juga mengandung vitamin dan mineral yaitu zat gizi mikro yang sangat dibutuhkan dalam tumbuh kembang tersebut.
Zat gizi mikro itu dibutuhkan oleh tubuh untuk mendukung metabolisme tubuh serta mengoptimalkan fungsi sistem imun.
Adapun zat gizi mikro yang terkandung dalam Generos di antaranya: vitamin A, C, E, magnesium, kalium, mangan, tembaga, zat besi, zinc, fosfor dan kalsium.
Seperti yang telah dijelaskan pada penelitian sebelumnya bahwa sistem imun berkorelasi positif terhadap perkembangan saraf otak anak, maka penting untuk menjaga sistem imun si Kecil agar ia bisa tumbuh cerdas dan dapat mencapai milestones perkembangan sesuai usianya.
Generos juga memiliki aktivitas antimikroba, sehingga bermanfaat untuk mencegah berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh infeksi bakteri patogen, serta menjaga kesehatan tubuh anak.
Aktivitas antimikroba ini berasal dari kandungan berbagai senyawa bioaktif yang terkandung dalam Generos, yakni flavonoid, polifenol, dan kurkuminoid yang berasal dari ekstrak herbal pilihan Generos, yaitu, mengkudu, pegagan, dan temulawak.
Selain itu, aktivitas antimikroba juga dihasilkan oleh Bakteri Asam Laktat (BAL) atau bakteri baik yang terkandung dalam Generos.
Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa Generos menghasilkan zona hambat rata-rata terhadap bakteri Staphylococcus aureus sebesar 2,2 cm dan zona hambat rata-rata terhadap bakteri Escherichia coli sebesar 1,9 cm.
Seperti diketahui bahwa Staphylococcus aureus dan Escherichia coli ini merupakan bakteri patogen yang biasanya menyebabkan diare, penumonia, ISPA, infeksi kulit, dan sebagainya.
Sehingga ini menandakan bahwa antiinflamasi dan antimikroba yang terkandung dalam Generos baik untuk mengawal perkembangan saraf otak anak yang sedang dalam periode emas ini. (Nik/OL-09)
Rencana, program anak kedua Denny dan istrinya akan dilakukan di rumah sakit yang sama tempat istrinya melahirkan anak pertamanya.
Praktik hipnoterapi yang diimplementasikan secara tepat dapat menyembuhkan trauma yang disebabkan oleh perundungan dan meningkatkan prestasi anak di sekolah.
UPAYA memperkuat perlindungan perempuan dan anak dari ancaman tindak kekerasan melalui pengintegrasian sistem antarlembaga terkait harus mendapat dukungan semua pihak.
Pada usia 5 tahun, koneksi yang dibentuk oleh pengalaman sehari-hari dalam bermain, eksplorasi, belajar, akan secara harfiah membangun arsitektur otak mereka.
Pentingnya penguatan data kesehatan, khususnya penyakit zoonosis (penyakit yang ditularkan dari hewan dan unggas) serta pemantauan malnutrisi, agar kasus serupa dapat dicegah sejak dini.
Muklay menyampaikan bahwa seni sebaiknya dipahami sebagai ruang ekspresi, bukan sebagai sarana mencari keuntungan materi semata.
Berdasarkan data pada 2023, terungkap Kalimantan Barat hanya memiliki dua sistem MRI dengan jumlah penduduk mencapai 5 juta jiwa.
Memperingati Hari Kanker Paru-Paru Sedunia, sebuah seminar kesehatan bertajuk Kenali Kanker Paru Sejak Dini digelar.
Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa 35,4% penduduk dewasa Indonesia mengalami obesitas, dengan angka tertinggi tercatat di DKI Jakarta (43,2%).
Pemerintah Singapura telah melarang penggunaan vape karena penambahan zat berbahaya seperti Etomidate ke dalam alat penguap elektronik itu menimbulkan bahaya serius pada penggunanya.
KETUA Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Tjandra Yoga Aditama menyoroti usulan anggota DPR RI agar ada gerbong kereta api khusus untuk perokok.
Pentingnya penguatan data kesehatan, khususnya penyakit zoonosis (penyakit yang ditularkan dari hewan dan unggas) serta pemantauan malnutrisi, agar kasus serupa dapat dicegah sejak dini.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved