Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
SEBANYAK 62 pemakalah paper hadir secara online pada 2nd International Conference of Sustainable Architecture and Engineering (2nd ICoSAE) yang diselenggarakan secara hybrid pada Rabu (23/11).
Dekan Fakultas Teknik Universitas Kristen Indonesia (FT UKI) Dikky Antonius mengatakan, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat penting dalam membantu mengatasi tantangan global untuk memelihara lingkungan yang berkelanjutan bagi generasi yang akan datang.
“Konferensi internasional ini memang memberikan wadah bagi para akademisi, peneliti dari universitas, praktisi, mahasiswa, atau para profesional untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang perkembangan arsitektur dan teknik di era 5.0," jelasnya.
"Jadi nanti kita bisa tahu inovasi apa yang perlu dikembangkan di bidang masing-masing sehingga kita bisa siap menghadapi persoalan dan tantangan di era 5.0,” kata Dikky kepada Media Indonesia.
Mengusung tema “Smart Living Environment in Sustainable Architecture and Engineering Technologies Towards Industry 5.0.”, konferensi internasional ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk saling berbagi pengetahuan.
Terlebih lagi pada era industri 5.0, banyak tenaga manusia yang digantikan oleh robot dan menyebabkan pengangguran.
Menurutnya, jika masyarakat Indonesia tidak segera menyesuaikan diri, maka akan tertinggal dari negara lain.
“Dalam menghadapi 5.0 ini kita sering tidak peduli kepada lingkungan, karena semuanya kan mengarah kepada digital," ujarnya.
Baca juga: Binus University Bermitra dengan SHARE untuk Pertukaran Mahasiswa
"Namun ketika mengarah ke sana, banyak sekali limbah dan seterusnya yang berdampak kepada lingkungan, atau bahkan kepada pengangguran, karena sudah smart system kemudian banyak orang yang diberhentikan,” ungkap Dikky.
“Kita berharap sih dengan riset ini dapat inovasi-inovasi baru, sehingga akhirnya sistem yang kemudian menggantikan manusia, manusianya bisa mengerjakan hal yang jauh lebih tinggi ke depannya, seperti yang digantikan oleh sistem,” tambahnya.
Sebanyak 400 partisipan dari berbagai negara hadir secara hybrid pada 2nd ICoSAE. Mereka terdiri dari berbagai universitas yang ada di dalam dan luar negeri.
“Untuk jumlah pesertanya terdiri dari universitas yang ada di Indonesia, Malaysia, Filipina, Taiwan, Qatar, USA, Inggris, India,” jelas Dikky.
Selain pada 2nd ICoSAE, FT UKI juga telah berkolaborasi dengan berbagai universitas di luar negeri, salah satunya adalah dengan universitas di Filipina.
“Sebenarnya kami sudah membuat beberapa kelas gabungan antara FT UKI misalnya dengan universitas di Filipina," terangnya.
"Kemudian beberapa dari universitas kami exchange student ke sana, lalu beberapa dosen kami mengajar di sana, mereka juga ngajar di sini. Memang tahapnya baru Asia, karena memang 2030 kita mengarahnya masih di Asia,” ungkap Dikky.
Dukungan Bagi Disabilitas
Pada kontribusinya yang mengarah kepada lingkungan, teknologi, dan industri 5.0, FT UKI saat ini tengah membuat prototype sebuah alat yang akan membantu para tuna netra.
“Ini ada tongkat yang bisa mendeteksi misalnya air atau misalnya jalanan yang cukup berbahaya untuk tuna netra,” ungkap Dikky.
Tongkat ini mampu membaca kondisi jalanan dengan jarak 2 hingga 150 cm ke depan, 2 hingga 75 cm ke kiri dan kanan.
Selain dapat menguji jarak, alat ini juga diuji untuk membaca objek apa saja yang dapat dideteksi serta menguji sensor air yang tingginya 1,5 cm lebih tinggi dari ujung tongkat.
Setelah riset selesai dipresentasikan pada 2nd ICoSAE, rencananya tongkat itu akan diproduksi dan diharapkan akan bermanfaat bagi para tuna netra.
“Oh iya nanti kita akan produksi, cuma hari ini kita akan present risetnya dulu. Baru nanti kita akan membuat produknya,” tutur Dikky. (RO/OL-09)
Program ini bisa dijadikan momentum bagi perguruan tinggi guna membangun sinergi lintas negara dalam bentuk kerja sama akademik internasional.
Perguruan tinggi di Indonesia didorong meningkatkan upayanya dalam internasionalisasi. Ini diwujudkan Fakultas Farmasi Universitas Pancasila dengan universitas dari Filipina.
STIH Adhyaksa telah menjalin kerja sama pula dengan Pemerintah Daerah Probolinggo dan dalam waktu akan menjalan kerja sama dengan Pemerintah Daerah Lahat.
Infrastruktur kampus harus mendukung proses belajar yang adaptif, berbasis teknologi, dan kolaboratif sehingga mampu mencetak lulusan yang siap bersaing secara global.
Menurutnya, pendekatan link and match amat penting agar mahasiswa dan alumni UBSI dapat terserap dengan baik di pasar kerja, terutama dalam skala internasional.
Ajang ilmiah internasional bergengsi ini menjadi puncak rangkaian WSEEC ke-5 yang mengusung format hybrid untuk menjangkau peserta global secara inklusif.
Konferensi ini bertujuan memberdayakan perempuan dari berbagai latar belakang dan mendorong partisipasi aktif mereka dalam membentuk masa depan bangsa.
Accor menggelar Konferensi General Manager 2025 untuk Indonesia dan Malaysia pada 17–18 Februari 2025 di Mövenpick Hotel Jakarta City Centre dengan tema “CONNECT”.
Experiential learning bertujuan mengubah pembelajaran literasi menjadi pengalaman yang bermakna, relevan, dan menyenangkan bagi siswa.
Tema yang diangkat konferensi internasional Untar ini menyoroti perlunya perubahan ini karena masyarakat sekarang mengharapkan perusahaan untuk mendukung perubahan sosial dan lingkungan.
IC-NCD 2024 ini diselenggarakan Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Universitas Nasional (Unas) yang bekerja sama dengan Center for Botanicals and Chronic Disease.
Perwakilan dari Persatuan Insinyur Indonesia (PII) mengikuti CAFEO 42 yang digelar di Malaysia. Keikutsertaan itu dimaksudkan untuk mencari partner atau jaringan di bidang pertambangan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved