Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Agar Terhindar dari Pruritus pada saat Lansia

Mediaindonesia.com
04/11/2022 20:56
Agar Terhindar dari Pruritus pada saat Lansia
Ilustrasi.(MI/Ramdani.)

PEMELIHARAAN kulit harus dilakukan orang-orang sejak dini. Salah satu manfaat pemeliharaan kulit yaitu mencegah kulit gatal hingga berujung pruritus pada saat lansia.

"Jadi enggak bisa setelah tua kita rawat. Dari awal harus memilih sabun yang bagus, meskipun kulit masih lembap. Kemudian, memakai pelembap yang benar. Dipertahankan secara kontinu, tidak on and off," ujar dokter dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (Perdoski) dr Yustin Sumito, SpKK.

Pruritus yang kerap dialami lansia dalam bahasa awal dikenal sebagai gatal yang didefinisikan sebagai sensasi tidak menyenangkan pada kulit sehingga menimbulkan keinginan untuk menggaruk. Secara umum, kondisi ini sebenarnya dapat dikatakan sebagai gejala dari berbagai penyakit kulit tertentu, dan tidak semua menular, tergantung dari penyakit yang mendasari. Pruritus yang menular disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur.

Gejala utama pruritus selain sensasi gatal di kulit, juga dapat disertai gejala lain seperti kemerahan, tanda gores, benjolan, bintik atau lecet, kulit kering dan pecah-pecah dan bercak kasar atau bersisi. Gejala tambahan kondisi ini dapat meliputi perubahan warna kulit yang lebih terang atau lebih gelap dari kulit di sekitarnya, ruam terbentuk pada kulit yang bengkak (peradangan), benjolan besar di area kulit yang terkena dan lepuh atau benjolan berisi cairan pada kulit.

Salah satu faktor risiko pruritus yakni usia lansia atau 65 tahun ke atas. Pada kasus lansia, ada tiga proses utama terkait penuaan yang berhubungan dengan terjadinya pruritus. Pertama, hilangnya fungsi barrier atau pelindung atau pembatas kulit yang menyebabkan turunnya fungsi perbaikan pada kulit. 

Kedua yaitu immunosenescence atau penurunan kerja sistem imun atau sistem perlindungan tubuh serta ketiga yakni neuropati atau abnormalitas sistem saraf yang menyebabkan pruritus cenderung lebih sering mengalami kekambuhan. Selain karena usia, faktor risiko pruritus termasuk riwayat alergi, memiliki kondisi penyakit lain seperti eksim, psoriasis, dan diabetes; sedang hamil; ataupun mereka yang sedang menjalani dialisis. 

Menurut dia, diagnosis dan tatalaksana yang tepat sangat dibutuhkan. Deteksi dini pruritus dilakukan melalui anamnesis atau menanyakan riwayat pasien, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang secara menyeluruh.

Derajat keparahan gatal ada pada skala satu hingga 10. Bila derajat keparahan di atas enam, gatal dirasakan hingga pasien terbangun dari tidur, sudah terjadi gangguan kualitas hidup secara bermakna, sehingga tata laksana agresif dibutuhkan. Tata laksana pertama yang dilakukan yakni dengan menjaga kelembapan kulit dengan memilih sabun dan pelembap yang benar, kemudian memperhatikan durasi mandi maksimal 10 menit. 

Yustin mengingatkan, pengobatan pruritus yang benar dan tuntas tidak sesederhana memakai krim pelembap. Oleh sebab itu jika masih belum sembuh dan berlanjut dalam waktu yang terlalu lama, pengobatan dari dokter disarankan. (Ant/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya